Geologi Iklim KONDISI UMUM LAPANGAN

kesuburannya ditentukan oleh sifat bahan asalnya. Kebanyakan tanah Aluvial mengandung cukup banyak hara, sehingga dianggap tanah yang subur tetapi mempunyai faktor pembatas kondisi drainase. Tanah Latosol merupakan tanah dengan ciri morfologi yang umum, yaitu tekstur liat sampai lempung, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Tanah Planosol merupakan endapan lempung dari laut dengan solum dangkal, berwarna kelabu sampai kuning, tekstur horizon A liat, horizon C lempung, struktur pejal dan pH berkisar dari 6,5 sampai 8. Tanah Podsolik merah kuning mempunyai lapisan tanah permukaan yang sudah sangat tercuci, berwarna kelabu cerah sampai kekuningan di atas horizon akumulasi yang bertekstur relatif berat berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil dan permeabilitas rendah. Kandungan bahan organik, kejenuhan basa, dan pH rendah pH 4,2-4,8. Oleh karena itu, kesuburan tanah Podsolik merah kuning termasuk rendah dan jenis tanah ini juga mudah tererosi REKI, 2009.

4.5 Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bangko skala 1:250.000 tahun 1984 di areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan maupun di Provinsi Jambi terdapat tiga formasi geologi, sebagai berikut: Air Benakat Tma : mengandung perselingan batu lempung dan batu pasir dengan sisipan konglomerat gampingan, batu lanau, napal dan batu bara. Di areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan formasi ini letaknya memanjang di bagian Tengah dan bagian Utara, sedangkan di areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi terletak di sebagian wilayah bagian Barat Laut dan Timur Laut. Kasai QTk : terbentuk dari tufa, tufa berbatu apung dengan sisipan batu pasir, tufaan dan batu lempung tufaan. Di areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan formasi ini terletak di wilayah bagian Barat dan sedikit di Utara, sedangkan di areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi terletak di bagian Barat dan Timur dengan lereng datar. Muaraenim Tmpm : terdiri dari batu pasir dengan selingan batu pasir tufaan dan batu lempung dengan sisipan batu bara dan bahan gunung api. Di areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan, formasi ini menempati wilayah paling luas terutama di sebelah selatan, sedangkan di areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi formasi ini terhampar merata dan dominan hampir di sebagian besar areal restorasi. Secara rinci, penyebaran formasi geologi di kedua areal tersebut disajikan pada tabel. Tabel 5 menggambarkan penyebaran formasi geologi di areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi. Tabel 5 Penyebaran Formasi Geologi di Areal Restorasi Ekosistem di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi Formasi Geologi Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Jambi Luas Ha Luas Ha Formasi Air Bekanat Tma 8.853 10.791 Formasi Kasai Qtk 4.926 12.301 Formasi Muaraenim Tmpm 38.391 26.093 Total 52.170 49.185

4.6 Lahan

Berdasarkan Peta Land System and Land Suitability Bakosurtanal, 1989 diacu dalam REKI, 2009 terdapat dua sistem lahan, yaitu Sistem Lahan Muara Beliti MBI dan Sistem Lahan Sungai Aur SAR. Sistem lahan SAR mendominasi areal restorasi di Provinsi Sumatera Selatan 69 dari total luas areal yang letaknya memanjang dari Utara ke Selatan di bagian Timur, Tengah dan Barat areal, sedangkan untuk areal restorasi di Provinsi Jambi 58 dari total luas areal yang letaknya di bagian Barat Laut dan Timur. Karakteristik lahan secara umum berupa daerah datar, bergelombang sampai berbukit, berasal dari batuan tufa sedimen dan memiliki curah hujan yang tinggi. Berdasarkan penilaian kesesuaian lahan, areal tersebut cocok untuk tipe penggunaan lahan budidaya kehutanan, pertanian, agroforestri, peternakan dan perkebunan Tabel 6 REKI, 2009. Tabel 6 Sistem Lahan dan Kesesuaian Lahan untuk Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Areal Restorasi Ekosistem, Provinsi Sumatera Selatan dan di Areal Lokasi Restorasi Ekosistem, Provinsi Jambi No. Sistem Lahan Kode Luas ha Kesesuaian Lahan Sumatera Selatan Jambi 1. Muara Beliti MBI 16.155 21.269 Perumahan, lahan kering, lahan basah, agroforestri, perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, peternakan, HTI, Hutan Alam.

2. Sungai Aur

SAR 36.025 27.916 Peternakan, agroforestri, perkebunan karet, kelapa sawit, kopi, HTI, Hutan Alam. Jumlah 52.170 49.185 Sumber: RKUPHHK PT REKI Tahun 2008 – 2017 REKI 2009.

4.7 Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan mempunyai tipe iklim A sangat basah dengan pola distribusi hujan basah sepanjang tahun dengan nilai Q = 0 tanpa bulan kering. Nilai Q merupakan perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering 60 mm dan jumlah rata-rata bulan basah 100 mm. Curah hujan tahunan sebesar 2.461 mmtahun dengan rata-rata bulanan 205,1 mmbulan. Rata-rata curah hujan bulanan berkisar 101-320 mm. Curah hujan tertinggi pada bulan Maret dan terendah pada bulan Agustus, jumlah hari hujan bulanan berkisar 7-8 hari Juni dan September sampai 16 hari Desember dengan rata-rata 11,5 haribulan. Dengan kondisi seperti ini diperlukan adanya antisipasi pengelolaan sungai-sungai dengan baik, sehingga air dapat mengalir dengan baik dan tidak menimbulkan banjir yang berlebihan REKI, 2009. Berdasarkan suhu udara yang diamati di Stasiun Meteorologi Musi Banyuasin yang meliputi data suhu rata-rata, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari, menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata di areal restorasi berkisar antara 27,9º C pada bulan Mei dan 26,7º C pada bulan Desember dan Januari. Suhu udara rata-rata sebesar 27,2º C REKI, 2009. Sama halnya dengan iklim di areal restorasi ekosistem di Sumatera Selatan, menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi yaitu kelompok hutan Hulu Sungai Meranti-Hulu Sungai Lalan mempunyai tipe iklim A sangat basah dengan pola hujan basah terjadi sepanjang tahun dengan nilai Q = 0 tanpa bulan kering. Nilai Q merupakan perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering 60 mm dan jumlah rata-rata bulan basah 100 mm. Curah hujan bulanan per tahun 2.305,5 mm dan hari hujan per tahunn 189,9 hari hujan, dengan demikian intensitas hujan di areal ini yaitu sebesar 12,37 mm, curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 274 mm dan bulan November sebesar 255,7 mm, sedangkan curah hujan bulanan rata-rata terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 80,5 mm REKI, 2009. Berdasarkan suhu udara yang diamati di Stasiun Meteorologi Sultan Thaha yang meliputi data suhu rata-rata, kelembaban, dan kecepatan angin, berkisar antara 28,95º C pada bulan Mei dan 24,50º C pada bulan Januari. Suhu udara rata- rata yaitu sebesar 26,23º C REKI, 2009.

4.8 Hidrologi