sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 yaitu dengan
ketentuan sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus
juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
satu miliar rupiah. 3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Definisi UKM dalam Kepmenperindag adalah suatu usaha
dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 milyar termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan BPS mengenai jenis UKM
berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu: a. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja dibawah 3
orang termasuk tenaga yang tidak dibayar, b. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5
– 9 orang, c. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20
– 99 orang.
2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Menurut Putri 2008, didapatkan bahwa pelaksanaan proyek usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif
dinyatakan layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek
finansial, pengajuan kredit komersil KUR dinyatakan layak dengan kriteria NPV positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net
BC Rasio 1,30 Net BC Ratio 1. IRR 24 lebih besar dari suku bunga Kredit Usaha Ringan KUR 16, dan masa pengembalian
selama 2 tahun 3 bulan 18 hari tidak melebihi masa pinjaman yaitu 5
tahun. Dari analisis switching value penurunan pendapatan sampai dengan 14 masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika
penurunan pendapatan lebih dari 14. Komponen pendapatan yang berubah pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis
switching value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11.
Komponen biaya yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan konsentrat. Kemudian Analisis switching value, yaitu penurunan
pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10.
Perdana 2007 menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan gurame kelompok tani tirta maju, Kelurahan Situgede, Kabupaten Bogor.
Analisis kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa rencana usaha Tirta Maju dikategorikan layak untuk diimplementasikan pada aspek
pasar, teknis, manajemen maupun finansial. Analisis pendapatan usahatani menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500,- dan
RC sebesar 1,29. Sedangkan, dalam analisis penilaian investasi usaha diperoleh nilai NPV, PI, IRR, dan PBP masing-masing sebesar Rp
10.433.512,-; 1,67; 28,9 persen ; dan 2,9 periode. Lalu, hasil-hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan rencana usaha Tirta
Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor
harga pakan buatan pellet tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan rencana usaha ini.
Salah satu Usaha Kecil dan Menengah UKM di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery
EBB. EBB bermaksud membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan
penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan
usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan 1 Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, 2 Menilai efisiensi saluran distribusi
brownies di Kota Bogor, 3 Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB dan 4 Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha
EBB. Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah
pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran
distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan,
toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern. Marjin terbesar diperoleh produsen melalui penjualan langsung
yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa
EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai risiko yang relative besar ditanggung
EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan
usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang
diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66.
Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun
pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box.
.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak
konsumen potensial, dengan adanya perkembangan zaman yang mengubah pola hidup masyarakat saat ini yang senang berkumpul atau bersosialisasi di
tempat makan. Selain itu, studi kelayakan bisnis memberikan masukan mengenai target atau pencapaian yang harus diraih untuk mempertahankan
kelangsungan usaha yang didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut timbul keinginan
dari pemilik perusahaan untuk mengembangkan usaha yang dikelola dengan manajemen yang baik. Mengingat saat ini begitu banyak usaha jasa boga di
Bogor yang semakin menjamur. Untuk mengetahui pengembangan usaha yang dijalankan warung
Surabi, dilakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek-aspek kelayakan usaha seperti aspek finansial dan non-finansial yang dapat dilihat
dari aspek pasar, teknis, finansial, manajemen dan sosial. Dari aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net BC, IRR, PBP, dan analisis
switching value. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan usaha yang dijalankan oleh Warung
Surabi. Gambar 1 adalah kerangka pemikiran pada penelitian ini.