Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pergerakan Inflasi fluktuatif tinggi pada awal 2009 dan kemudian turun lagi Desember 2009
kemudian meningkat lagi. Peningkatan tertinggi terjadi pada periode juli 2010 yaitu sebesar 11,90 dengan angka penurunan tertinggi sebesar juni
2012 sebesar 0,57. Pergerakan inflasi yang cenderung fluktuatif mengikuti kondisi perekonomian Indonesia yang terkena imbas krisis
keuangan yang melanda eropa. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat mendorong kenikan tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini
berimbas pada tigkat pembiayaan perbankan sayariah yang mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kenaikan dan penurunan inflasi berpengaruh terhadap Volume pembiayaan perbankan syariah diIndonesi.
3. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia BI Rate
Grafik 4.3 BI rate Periode Januari 2009- September 2013 dalam Persen
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik diatas diatas menggambarkan pergerakan BIrate dari periode 2009-2013. Dapat dilihat Bahwa pergerakan BI rate yang
mengalami fluktuasi, mulai dari januari 2009 sebesar 3,75 kemudian meningkat pada januari 2010 turun lagi pada setember
2011 dan kemudian turun lagi pada periode 2012 dan mengalami pergerakan tidak terlalu tinggi pada periode maret 2013 sebesar
15,54 dan angka terendah periode Januari 2010 sebesar 3,7. Pergerakan BI rate ini akan berpengaruh terhadap naik dan turunya
tingkat pembiayaan pada perbankan syariah dibuktikan dengan peningkatan pembiayaan yang terjadi pada 2012 saat tingkat suku
bunga mengalami peningkatan.
4. Data KursEchange Rate
Grafik 4.4 Nilai Tukar Rupiah Kurs Periode Januari 2009
– September 2013 dalam RupiahRp
Sumber Bank Indonesia, data diolah
Grafik diatas berbentuk hampir mirim piramida terbalik yang menandakan rupiah melemah periode awal 2009 dan kemudian terus
menguat hingga periode 2011 dan kemudia mengalami penurunan lagi hingga 2013. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahawa nilai tukar
Rupiah terhadap Dollas Amerika Serikat sangat fluktuatif mengikuti harga pasar valuta asing. Namun ada kenaikan yang cukup tajam yang
terjadi pada periode Januari 2009 dimana nilai tukar Rupiah terhadap US melemah signifikan hingga menyentuh level Rp 11.080 per Dollar
Amerika serikat. Lemahnya nilai rupiah ini disebabkan pada tidak seimbangnya neraca perdagangan. Fluktuasi kurs ini akan berpengaruh
terhadap arus investasi yang masuk ke Indonesia sehingga akan berdampak pula terhadap pembiayaan pada perbankan syariah.
5. Data
Capital Adequacy RatioCAR
Grafik 4.5 Capital Adequacy Ratio
CAR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode januari 2009- September 2013
Su mber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa CAR mengalami fluktuasi, CAR mengalami kenaikan dan penurunan selama periode
penelitian, kenaikan paling signifikan terjadi pada periode November 2009 sebesar 34,57. CAR yang meningkat mengindikasikan bahwa
modal meningkat. Hal ini jika dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa pembiayaan mengalami peningkatan pada periode
dimana CAR mengalam penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan dan penurunan CAR berpengaruhh terhadap pembiayaan
perbankan syariah.
6. Data Return On asset ROA
Grafik 4.6 Return On Asset
ROA bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Grafik diatas menggambarkan perkembangan ROA perbankan
Syariah di Indonesia. Berdasarka grafik dapat dilihat bahwa ROA mengalami fluktuasi. Return On AssetROA perbankan syariah tertinggi
pada periodeMei 2010 sebesar 3,97. Tingginya ROA ini menandakan bahwa perbankan syariah mengalami peningkatan return yang akan
berimplikasi pada pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.jika dikaitkan dengan pembiayaan, terlihat bahwa pembiayaan juga
mengalami peningkatan disaat ROA meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan dan penurunan ROA berpengaruh terhadap pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia.
7. Data
Non Performing Finance NPF
Grafik 4.6 Non Performing Finance
NPF bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan grafik diats dapat dilihat bahwa NPF mengalami
fluktuasi selama periode penelitian, pertumbuhan tertinggi terjadi pada periode maret 2009 sebesar 8,41 dan angka terendah terjadi pada
periode Desember 2012 sebesar 2,22. Jika dikaitkan dengan Pembiaayaan perbankan syariah, pembiayaan justru meningkat saat NPF
menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa naik turunya NPF berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
8. Data Financing Deposit RatioFDR
Grafik 4.7 Financing Deposit Ratio FDR bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Periode Januari 2009- September 2013
Sumber: Bank Indonesia, Data diolah
Grafik diatas menggambarkan tingkat pertumbuhan FDR yang juga mengalami fluktuasi dari satu periode ke periode lainya. Berdasarkan
grafik terlihat bahwa FDR tertinggi pada periode April 2009 sebesar 139,88 dan terendah pada periode januari 2012 sebesar 87,27 . jika
dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa maka FDR adalah banyaknya pembiayaan yang disalurkan disbanding dengan total dana
pihak ketiga, sehingga rasio ini tinggi menandakan tingkat pembiayaan yang tinggi.
9. Data Beban Operasional Beban OperasionalBOPO
Grafik.4.8 Biaya Operasional Beban Operasional BOPO bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Grafik diatas menggambarkan pertumbuhan BOPO perbankan
Syariah periode penelitian. Pergerakan BOPO mengalamai fluktiasi. Tinggi pada periode januari 2009 dan kemudian sangat rendah pada
Desember 2009 dan kemudian meningkat lagi dan seterusnya berfluktuatif. Fluktuasi BOPO disebabkan karena perubahan biaya
operasional dan beban opersional. Rasio BOPO yang tinggi mengindikasikan bahwa bahwa biaya operasional yang terlalu tinggi. Hal
ini akan berdampak pada penurunan tingkat pembiayaan perbankan syariah. Jika dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa
pertumbuhan terlihat bahwa pembiayaan meningkat ketika BOPO menurun, sehingga dapat dikatkan bahwa naik dan turunya BOPO
berpengaruh terhadap Pembiayaan perbankan syraiah di Indonesia.
B. Analisis Pengujian Statistik Estimasi Error Correction Model.
1. Uji Akar-akar Unit Unit Root Test
Masalah yang sering ditemukan dalam time series adalah masalah stasioneritas data. Masalah ini menjadi penting mengingat regresi yang
dilakukan dalam kondisi yang yang mengandung akar unit tidak stasioner akan menghasilkan regresi lancung spurious resression yaitu kondisi
dimana hasil regresinya menunjukkan nilai koefisiensi determinasi yang tinggi,
dan t statistik yang signifikan, tetapi secara teori tidak memiliki hubungan yang berarti.
Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata varians dan kovariansnya konstan sepanjang periode waktu. Metode yang akhir-akhir ini
banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji stasioneritas data adalah uji akar-akar unit unit root test.
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pengujian Philip peronPP yang dipernalkan oleh Philips Peron1988 dan
Augmented Dicky FullerADF yang diperkenalkan oleh Dickey Fuller1979.
Analisis tahap pertama bertujuan untuk menguji ada unit rootakar unit pada variabel-variabel penelitian dengan menggunakan tes Augmented
Dickey Fuller ADF dan Phlilips Peron PP.
Hasil pengujian akar-akar unit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil Estimasi Akar-akar unit pada level
Philips PeronPP dan Augmented Dickey-Fuller ADF Variabel
PP Nilai kritis
ADF Nilai Kritis
LNInflasi 2.279861
2.914517 1.756416
2.914517 LNBIrate
7.408730 2.914517
3.008923 2.914517
LNKurs 1.229196
2.914517 0.833791
2.914517 LNCAR
2.743672 2.914517
1.456682 2.914517
LNROA 2.465939
2.914517 1.930795
2.914517 LNNPF
3.361926 2.914517
1.681674 2.914517
LNFDR 2.577839
2.914517 2.636161
2.914517 LNBOPO
3.586749 2.914517
3.669343 2.914517
Sumber: Data diolah Tabel-tabel diatas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan Philips PeronPP dan Augmented Dickey Fuller ADF. Melihat nilai t- statistik dan nilai kritis PP dan ADF masing-masing variabel dapat
diketahui bahwa pada derajat 5 hanya ada sebagian variabel yang stasioner
pada uji PP dan ADF tersebut yaitu variabel BIrate, NPF dan BOPO. Variabel tersebut stasioner karena t-statistik PP dan ADF lebih besar dibandingkan
dengan nilai kritis statistik PP dan ADF pada tabel. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa sebagian variabel tidak stasioner sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel belum stasioner pada orde yang sama dan masih mengalami persoalan pada akar-akar unit yaitu memiliki unit root oleh karena itu perlu
dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
2. Uji Derajat Integrasi Degree on Integration Test
jika data pada level tidak stasioner maka data tersebut harus diuji derajat integrasi Integration test Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pada derajat atau orde keberapa data yang diteliti akan stasioner. Pengujian ini dilakukan pada akar-akar unit diatas, jika ternyata data tersebut tidak
stasioner pada derajat pertama. Seperti pada uji akar-akar unit sebelumnya, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat
dilihat dengan membandingkan nilai t-statistik PP dan ADF yang diperoleh dari koefisien regresi dengan nilai kritis distribusi statistik. Jika nilai t-
statistik PP dan ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi pertama, maka data dikatakan stsioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya
lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tingggi sehingga diperoleh data yang stsioner. Hasil dari pengujian
derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: