2. Return On Asset ROA
Return on Asset ROA merupakan suatu pengukuran kemampuan
manajemen bankdalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan. Dendawijaya, 2000.
Return On Asset ROA merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan manajemen dalam meghasilkan pendapatan dari pengeloan
aset.
15
Rasio profitabiltas menggambarkan seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan dari penjualan
dan pendapatan investasi. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan rata-rata aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Rumus ROA yaitu:
Sumber : Kasmir 2010: 115
15
Kasmir, pengantar manajemen keuangan, Kencana, jakrta ,2010, h. 115
Semakin tinggi ROA berarti semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan aset yang menghasilkan laba bersih setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA
semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan ketika tingkat profitabilitas bank tinggi maka pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat.
3. Non Performing Financing NPF
NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban atas pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada lembaga keuangan
syariah. Atau dengan kata lain NPF adalah persentase pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mengkategorikan NPF dalam beberapa level
yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet.
Banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran akan akan membawa dampak pendapatan yang diikuti aliran masuk cash
basis sedikit maka pendapatan yang dibagi antara bank syariah dan shahibul maal juga sedikit yang akhirnya membawa dampak kecilnya pendapatan
yang diterima oleh pemilik dana shahibul maal. Begitu sebalikanya, penyaluran dana yang tidak besar namun dilakukan dengan efektif dan
efisien, produktif serta kualitas penyaluran dana yang baik akan menyebabkan banyak debitur akan melakukan pembayaran angsuran dan
akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan dibagi antara bank syariah
dan pemilik dana juga besar yang mengakibatkan pendapatan yang diterimah cukup besar.
16
NPF yang terus meningkat akan menyebabkan turunya profitabilitas serta kepercayaan nasabah kepada bank syariah yang pada akhirnya nasabah
enggan untuk menaruh dananya dibank syariah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pembiayaan bermasalah Non Performing
Finance akan meyebabkan turunya jumlah pembiayaan yang akan disalurkan. Sebaliknya penurunan non performing finance akan
meningkatkan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syaraiah. Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian terdahulu.
Sejalan dengan konsep dan teori yang telah dijelaskan diatas penelitian yang dilakukan oleh Fikry kurniadi menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Hadiyyatul Maula 2009,NPF
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
4. Financing Deposit Ratio FDR
Financing Deposit Rasio FDR adalah rasio antara keseluruahan jumlah kredit pembiayaan dengan dana yang diterima bank.
17
Kebutuhan likuiditas
16
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005 h.5
setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya.
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan kepda nasabah
dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank
untuk pembiayaan. Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit semakin besar. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa FDR
berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.
5. BOPO Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainya. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan opereasional. Rasio
biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.
Semakin rendah BOPO bearti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yan diperoleh bank akan semakin besar. Rumus BOPO adalah sebagai berikut:
BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila
terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan
produk-produk yang ditawarkan. Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya opersional,
rendahnya biaya opersional akhirnya pendapatan bank mangalami kenaikan. Kenaikan pendapatan bank tentu berpengaruh terhadap penyaluran
pembiyaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh terhadap pembiyaan.
6. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa
inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala
Manurung mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang- barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.
18
Sementara menurut Sukirno inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah besar dibandingkan
dengan penawaran barang dipasar.
19
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
atau dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa.
18
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI, 2004, h. 155
1919
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, h. 333
Inflasi Memiliki beberapa dampak buruk terhadap individu dan masyarakat, menurut Pratama Raharja dan Manurung sebagaimana dikutip
oleh Nur Rioanto arif
20
yaitu: 1. Menurunya tingkat kesejahteraan masyarakat
Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau malah
semakin rendah,
apalagi bagi
orang-orang yang
berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga- harga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu
yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri sipilataupun karyawan.
2. Memperburuk distribusi pendapatan. Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan nilai riil dari pendapatanya dan pemilik kekayaan akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi kekayaan tetap seperti
tanah atau bangunan dapat mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaan. Dengan demikian inflasi akan menyebabkan
pembagian pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap dengan para pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak merata.
3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi Inlasi menganggu stabilitas ekonomi dengan merusak
perkiraan atas kondisi di masa depan ekspetasi para pelaku
20
Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam, Bandung, Alfabeta, 2010, h. 92-93
ekonomi. Sehingga hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara, karena akan memunculkan perilaku
spekulasi dari masyarakat. Selain dampak
21
pak diatas, dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung, oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi
para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin rendah.
Selain itu, menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, teruama
funsi tabungan nilai simpanan, fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga mengarahkan investasi pada hal-hal non produktif yaitu penumpukan kekayaan hoarding seperti:
tanah, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainya.
22
Kondisi tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap pembiayaan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa kenaikan dan penurunan
inflasi akan berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan perbankan syaria. Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian yang dilakukan oleh Bani
Pamungkas 2012 menemukan bahwa inflasi dalam jangka penjang
21
Ibid, h. 107
22
Adwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007h. 139
berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah periode 2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh chorida 2010 , menemukan
bahwa inflasi berpengaruh terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan menegah.
7. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas liquidity management di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
23
BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate
digunakan sebagi acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate.
Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate
23
Laporan kebijakan Moneter Indonesia. Diaskses pada tanggal 15 Maret 2014 di www.bi.go.di
dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.
24
Suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan akan menjadi acuan dunia kredit dengan pengertian jika sebuah lembaga pembiayaan
menggunakan dana modal dari bank Indonesia, maka suku bunga Bank Indonesia menjadi dasar perhitungan jasa kredit yang akan dibebankan
kepada debitur atau konsumen. Suku bunga ini akan disetarakan sebagai biaya modal pokok pengadaan dana dan akan ditambahkan dengan rentang
bunga tambahan sebagai biaya operasional usaha dan resiko yang terkandung dalam pembiyaan kredit.
25
Penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ardianto 2011 dengan judul pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi dan BI rate terhadap pembiayaan dan
implikasinya terhadap ROA. Penelitian ini menemukan bahwa BI rate
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaa 8.
Kurs atau Nilai Tukar
Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US US Dollar. Nilai tukar tersebut
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya
24
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. 2008, h. 225
25
“aplikasi suku Bunga Bank Indonesia” diakses pada tanggal 12 maret 2013 dari http:www.kredit-ku.comsuku
bunga bank indonesia.html
mekanisme pasar.
26
Jika harga rupiah terhadap dollar melemah, maka sebaliknya permintaan terhadap mata uang dollar akan meningkat. Hal ini
disebabkan karena investor cenderung akan melepas rupiah dan akan membeli dollar.
Menurut Douglas Greenwald1982:430 yang dikutip oleh Adiwarman Karim,
27
exchange rates adalah nilai tukar uang atau yang lebih popular disebut dengan kurs mata uang adalah catatan quotation harga pasar dari
mata uang asing foreign currency dalam harga mata uang domistik dimestic curreny atau harga mata uang domistik dalamvaluta asing.
Nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainya dan digunakan dalam berbagai transaksi,
antara lain
transaksi perdagangan
internasional,turisme, investasi
internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati batas-batas geografis maupun batas-battas hukum.
Penentuan kurs valuta asing dapat dibedakan kepada dua sistem: kurs tetap dan kurs fleksibel. Yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem
penetuan nilai mata uang asing di mana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga tersebut tidak diubah dalam
jangka masa yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah nilai mata
26
Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, Yogyakarta: BPFE UGM, 2008 h.
27
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008h.157
uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di pasaran valuta asing dari hari ke hari.
28
Bank syariah sebagaimana bank konvensional akan terpengaruh oleh gejolak mata uang sejauh peranan mata uang tersebut dalam transaksi bank
dan sebanyak deposit dalam mata uang asing yang dimilki oleh bank tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya Fitriyani menemukan
bahwa Kurs berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan konsep dan teori yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan atau penurunan kurs berpengaruh terhadap pembiayaan di perbankan syariah.
28
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Jakarta, PT, RajaGrafindo Persada, 2000, h. 197
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pertumbuhan pembiayaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, meskipun sempat mengalami perlambatan pada
kuartal ketiga pada tahun 2013 dan dengan kondisi rasio keuang perbankan syariah yang meunjukkan angka yang fluktuatif dari tahun ke tahun demikian juga dengan
kondisi perekonomian makro terus mengalami pergolakkan. Perbankan syariah sebagai industri jasa keuangan sudah tentu dapat terpengaruh dengan kondisi
makro ekonomi yang bergejolak. Peneitian ini mencoba mengindikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
volume pembiayaan di perbankan syariah Indonesia dengan variabel dependen berupa total volume pembiayaan murabahah, salam, istisna, ijarah, mudhrabah,
musyarakah, dan qard perbankan syariah dan variabel independen berupa CAR, NPF, FDR, ROA, BOPO, Inflasi, BI Rate dan Kurs. Penelitian ini menggunakan
analisis kuantitatif dengan pendekatan Error Correction ModelECM, selain itu dilakukan juga studi kepustakaan untuk melengkapi proses penelitaian.
B. Sumber Data dan Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif bersumber dari data sekunder yang berupa data Statistik Perbankan Syariah Indonesia, laporan
kebijakan Moneter Indonesia time series 2009-2013 yang dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia melalui website resmi bank Indonesia
www.bi.go.id .
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk logaritmalog.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan meneliti dokumen-dokumen. Berupa
laporan statistik perbankan syariah dan laporan kebijakan moneter Indonesia
periode 2009-2013 D.
Teknik Penulisan Sripsi
Adapun teknik Penulisan skripsi ini berdasarkan buku” Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta 2012”
E. Teknik Analis Data
Tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah proses yang saling berkaitan dan berurutan sehingga jika pengujian A belum dilakukan maka tidak
dapat melakukan pengujian B. ECM digunakan untuk melihat adanya indikasi keseimbangan jangka pendek. Pengujian ini baru dapat dilakukan bila terbukti
adanya indikasi keseimbangan jangka panjang antar variabel yang di uji. Indikasi adanya keseimbangan jangka panjang ini dapat diketahui melalui uji kointergrasi.
Sementara itu, variabel-variabel yang diuji dapat dikatakan memiliki hubungan atau terkointerasi apabila stasioner pada ordo yang sama. Oleh karena itu, tahap
pertama dalam pengujian ini adalah melakukan uji stasioner untuk mengetahui
pada orde berapa variabel-variabel yang diuji stsioner.
1. Uji stasioner Masalah model regresi yang melibatkan data deret berkala kadang
memberikan hasil-hasil yang semu, atau bernilai meragukan, permukaan hasilnya terlihat baik tapi setelah diteliti lebih lanjut terlihat mencurigakan.
Masalah yang ditemukan dalam time series adalah masalah stsioneritas data. Masalah stasioneritas ini menjadi penting mengingat regresi yang dilakukan
dalam kondisi yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi lancung spurious regression
.
29
Indikasi dari regresi lancung ini dapat dilihat dari R-squared yang tinggi dan t-statistik yang kelihatan signifikasn namun tidak memiliki arti jika
dikaitkan dengan teori ekonomi. Tujuan uji stasioner ini adalah agar mean-nya stabil dan random errornya=0nol sehingga model regresi yang diperoleh
mempunyai kemampuan prediksi yang andal dan tidak spurious. Jadi, jika kita menggunakan data deret berkala, kita harus memastikan
bahwa deret berkala individualnya bersifat stasioner atau terintegrasi bersama.
30
Dalam melakukan uji stasioner ada dua tahap analisis yaitu:
29
Agus Widarjono, ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009 h. 315
30
Damondar N. gujarati, Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit Erlangga, Edisi ketiga, 2006 h.171