Latar Belakang Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia
Dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Karena perbankan syariah merupakan lembaga intermediasi, Pembiayaan merupakan fungsi utama dari perbankan syariah, sehingga perlu mendapat
perhatian khusus, karena pembiayaan yang lancar dapat meningkatkan perekonomian. Dalam menyalurkan pembiayaan ada banyak faktor yang
mempengaruhinya baik internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam bank sendiri sedangkan faktor eksternal adalah faktor
diluar perbankan. Dari sisi internal, untuk menyalurkan pembiayaan tentu bank perlu
memperhatikan kesehatan bank, karena bank yang sehat lebih berpeluang menyalurkan pembiayaan dengan baik dbandingkan dengan bank tidak sehat.
untuk melihat apakah suatu bank sehat atau tidak dapat diukur melalui kinerja
keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Dalam Surat Edaran BI No. 924DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi faktor
CAMELS Capital, Assets Quality, Manajement, Earning, Liquidity, dan Sensitivity. Aspek Capital meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
KPMM atau Capital Adequacy Ratio CAR, aspek Assets meliputi Non Prforming Finance NPF, aspek Earning meliputi Return On Equity ROE,
Return On Asset, dan Operational Efficiensy Ratio BOPO, dan aspek Liquidity meliputi Financing To Deposite Ratio FDR.
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan, CAR, NPF, ROA, FDR, dan BOPO Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009- 2013
Periode CAR
ROA NPF
FDR BOPO
Pembiayaan Maret-09
33,74 2,65
8,41 128,83
83,10 39,308
Juni-09 28,15
2,98 7,91
130,21 73,20
42,195 Sep-09
30,27 3,10
8,12 131,55
72,91 44,523
Maret-10 31,35
3,57 7,37
129,05 76,18
50,206 Juni-10
29,64 3,71
6,92 135,20
75,20 55,801
Sep-10 29,10
3,47 7,43
135,82 76,93
60,970 maret-11
16,57 1,97
3,60 93,22
77,63 74,258
juni-11 15,92
1,84 3,55
94,93 78,13
82,618 Sep-11
16,83 1,80
3,50 94,97
77,54 82,839
Maret-12 15,33
1,83 2,76
87,13 77,77
204,239 Juni-12
16,12 2,05
2,88 98,59
75,74 117,592
Sep-12 14,98
2,07 2,74
102,10 75,44
130,357 maret-13
14,30 2,39
2,75 102,62
72,95 161,081
juni-13 14,30
2,10 2,64
1 14,43 76,18
171,227 Sep-13
14,19 2,04
2,80 103,27
77,75 177,320
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, data diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio keuangan CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. CAR terendah terjadi pada
September 2013 sebesar 14,19 dan tertinggi pada Maret 2009 sebesar 33,74. Sementara ROA tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar 3,71 dan
terendah pada September 2011 sebesar 1,80. NPF tertinggi terjadi pada Maret sebesar 8,41 dan terendah pada bulan juni 2013 sebesar 2,64. FDR
tertinggi pada September 2009 sebesar 131,55 dan terendah pada maret 2012 sebesar 87,13. BOPO tertinggi terjadi Maret 2009 sebesar 83,10 dan terendah
September 2010 sebesar 72,91. Sementara pembiayaan terus mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi terjadi ada September 2012 sebesar 204,239
Miliar Rupiah.
Rasio keuangan mengalami fluktuasi sementara pembiayaan terus mengalami peningkatan meskipun sempat mengalami perlambatan pada kuartal
tiga 2013 akibat perlambatan ekonomi Indonesi yang terkena dampak krisis keuangan global. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa rasio
keuangan bank berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh aal Hendri dkk 2011 tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankankan syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan Dana pihak
ketiga, Financing deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan.
Sementara dari sisi eksternal, Bank syariah sebagai lembaga keuangan tentu pertumbuhannya dapat di pengaruhi oleh kondisi ekonomi makro seperti
kenaikan dan penurunan inflasi, BI rate, dan Kurs secara umum sangat dimungkinkan sekali juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk
meningkatkan dana pihak ketiga dalam industri perbankan syariah. Kondisi makro ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu
pembiayaan.
Tabel 2.1 Grafik Inflasi, BI Rate, dan Kurs di Indonesia Periode 2009-2013
Periode Inflasi
BI rate KursRp
Januari 2009 9.17
3.72 11.080.50
Januari 2010 7.36
9.17 9.275.45
Januari 2011 6.26
7.36 9.037.38
Januari 2012 6.26
6.26 9.109.14
januari 2013 7.32
17.92 9.687.33
Sumber: Bank Indonesia, Data Diolah
Grafik diatas menjelaskan tentang fluktuasi inflasi, BI Rate, dan Inflasi periode lima tahun terakhir yaitu 2009-2013. Dari dari grafik dapat dilihat
inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,17 , angka yang cukup tinggi ini disebabkan dampak krisis ekonomi amerika subprime
morthage tahun 2008. Sementara BI rate juga paling tinggi pada tahun tahun
2013 sebesar 17,92. Dan pada 2009 terjadi kemerosotan nilai rupiah hingga mnencapai 11.808 per US akibat ketidakseimbangan neraca perdagangan, atau
jumlah impor melebihi ekspor. Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu
dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu
perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung
mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.
3
Kenaikan ini harga barang akan berakibat pada menurunya daya beli mayarakat kemudian
menimbulkan penurunan nilai uang yang mengakibatkan masyarakat enggan untuk menabung. Hal ini akan berakibat pada permodalan bank sehinga akan
berdampak pada pembiayaan. Sebagimana dijelaska oleh Prtama Maharja dan Manurung Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin rendah. Penelitian yang dilkukan oleh Bani Pamungkas 2012 menemukan bahwa
inflasi dalam jangka penjang berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah periode 2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh
chorida 2010 , menemukan bahwa inflasi berpengaruh terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan menegah.
Faktor eksternal yang mempengaruhi Pembiayaan adalah BI Rate. BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank
Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagi acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil
operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga
3
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI, 2004, h. 155
lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ardianto 2011 dengan judul pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi dan BI rate terhadap pembiayaan dan
implikasinya terhadap ROA. Penelitian ini menemukan bahwa BI rate berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
Kurs atau nilai tukar rupiah juga berpengaruh terhadap pembiayaan.
Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US US Dollar. Nilai tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya mekanisme pasar.
5
Bank syariah sebagaimana bank konvensional akan terpengaruh oleh gejolak mata uang sejauh peranan mata uang tersebut dalam transaksi bank dan
sebanyak deposit dalam mata uang asing yang dimilki oleh bank tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya Fitriyani menemukan bahwa Kurs
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan konsep dan teori yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan
kurs berpengaruh terhadap pembiayaan di perbankan syariah. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan diatas
serta penelitian
terdahulu, maka penelitian ini penting dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.
4
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. 2008, h. 225
5
Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, Yogyakarta: BPFE UGM, 2008 h.
Penelitian ini akan mengambil judul
“ Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia.
”