Berlian dan Rahayu 1995 dalam Ginting 2009, menyatakan bahwa rebung bambu tali tidak bisa dimakan oleh karena rasanya pahit.
2.4 Bambu Hitam
Nama ilmiah bambu hitam adalah Gigantochloa atroviolacea Widjaja. Tinggi bambu hitam mencapai 20 m, batang berbulu tipishalus dan tebal, dinding
batang hingga 8 mm dengan diameter 6-8 cm jarak buku 40-50 cm. Warna bambu jenis ini hijau-coklat, tua-keunguan atau hitam. Bambu hitam dapat
tumbuh di tanah tropis dataran rendah, lembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1500-3700 mm, dengan kelembaban relatif sekitar 70 dan temperatur
20-32 °C. Bambu ini juga dapat tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah vulkanik merah. Bambu jenis ini banyak digunakan untuk bahan pembuatan
instrumen musik seperti angklung, calung, gambang dan celempung. Bambu hitam berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel.
Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. Menurut Berlian dan Rahayu 1995 dalam Ginting 2009 menyatakan
bahwa bambu yang digunakan sebagai bahan baku OSB sebelum dikonversi menjadi strand, harus melewati tahap pembagian setiap ruasnya, kemudian
pengulitan. Hal ini dikarenakan kehadiran kulit tidak digunakan pada produk akhir OSB karena akan mengurangi kekuatan dan menggangu perekatan.
2.5 Perekat Fenol Formaldehida
Perekat fenol formaldehida adalah molekul berbobot rendah yang terbentuk dari phenol dan formaldehid. Perekat ini termasuk ke dalam perekat
termoset. Beberapa sifat yang dimiliki oleh perekat termoset yaitu kekuatan kohesif dari termoset melebihi kekuatan tarik kayu, memiliki kepolaran cukup
tinggi dan viskositas cukup rendah untuk penetrasi ke dalam pori-pori mikro dalam kayu yang secara mekanis berindak sebagai jangkar. Dalam proses
perekatan antara PF dengan kayu terdapat prinsip kohesi dan prinsip adhesi. Hasil ikatan antara kayu dengan perekat dikenal adanya teori adhesi spesifik dan adhesi
mekanis. Perekat spesifik terjadi karena adanya ikatan kimia kayu dengan perekat yaitu, melalui ikatan hidrogen. Perekat mekanis terjadi karena bahan perekat
masuk ke dalam rongga-rongga yang ada pada kayu lalu mengeras dan terjadi proses penjangkaran.
Karakteristik perekat fenol formaldehida PF dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik perekat fenol formaldehida PF
Parameter Sifat
Penampakan Larutan merah
pH pH meter25°C 10,0-13,6
Viskositas Poise25°C 1,5-3,0
Berat Jenis 25°C 1,180-1,200
Resin Content 135°C 41,0-43,0
Cure Time min135°C 6-16
Water Solubility x25°C lebih dari 20
Sumber: PT. Pamolite Adhesive Industry 2005
Kelebihan Fenol Formaldehida : 1 Tahan terhadap perlakuan air panas maupun dingin.
2. Tahan terhadap kelembaban dan temperatur tinggi. 3. Tahan terhadap bakteri, fungi, rayap dan mikro-organisme.
4. Tahan terhadap banyak bahan kimia seperti minyak, basa dan bahan pengawet kayu.
Penggunaan PF merupakan metode yang efektif untuk mengurangi sifat higroskopis kayu Hill 2006. Menurut Furuno et al. 2004 bahwa PF memiliki
berat molekul rendah BM 290-480 mampu berpenetrasi ke dalam dinding sel dan mampu meningkatkan stabilitas dimensi kayu, sedangkan PF dengan BM 820
sebagian besar berada di sel lumen sedikit meningkatkan stabilitas kayu. Anwar et al. 2009 mengemukakan bahwa impregnasi PF mampu meningkatkan stabilitas
dimensi pada bambu strip.
2.6 Pengujian Destruktif