Karakteristik perekat fenol formaldehida PF dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik perekat fenol formaldehida PF
Parameter Sifat
Penampakan Larutan merah
pH pH meter25°C 10,0-13,6
Viskositas Poise25°C 1,5-3,0
Berat Jenis 25°C 1,180-1,200
Resin Content 135°C 41,0-43,0
Cure Time min135°C 6-16
Water Solubility x25°C lebih dari 20
Sumber: PT. Pamolite Adhesive Industry 2005
Kelebihan Fenol Formaldehida : 1 Tahan terhadap perlakuan air panas maupun dingin.
2. Tahan terhadap kelembaban dan temperatur tinggi. 3. Tahan terhadap bakteri, fungi, rayap dan mikro-organisme.
4. Tahan terhadap banyak bahan kimia seperti minyak, basa dan bahan pengawet kayu.
Penggunaan PF merupakan metode yang efektif untuk mengurangi sifat higroskopis kayu Hill 2006. Menurut Furuno et al. 2004 bahwa PF memiliki
berat molekul rendah BM 290-480 mampu berpenetrasi ke dalam dinding sel dan mampu meningkatkan stabilitas dimensi kayu, sedangkan PF dengan BM 820
sebagian besar berada di sel lumen sedikit meningkatkan stabilitas kayu. Anwar et al. 2009 mengemukakan bahwa impregnasi PF mampu meningkatkan stabilitas
dimensi pada bambu strip.
2.6 Pengujian Destruktif
Pengujian destruktif meliputi pengujian sifat mekanis dan fisis diantaranya adalah pengujian modulus lentur MOE, modulus patah MOR, keteguhan rekat
internal IB, kadar air, kerapatan, daya serap air dan pengembangan tebal. Elastisitas adalah suatu sifat benda yang mampu kembali kekondisi semula
dalam bentuk dan ukurannya ketika beban yang menanganinya dihilangkan Tsoumis 1991. Semakin besar nilai modulus elastisitasnya maka bahan tersebut
semakin kaku. Nilai MOE merupakan pengujian untuk pengendalian kualitas karena menunjukan kemampuan blending, pembentukan lembaran dan
pengempaan Bowyer dan Haygreen 2003. Pengujian menjadi pengujian sejajar serat dan pengujian tegak lurus serat. Keteguhan rekat internal merupakan tarik
tegak permukaan papan.
2.7 Pengujian Nondestruktif
Menurut Ross 1992, evaluasi nondestruktif didefinisikan sebagai metode mengidentifikasikan sifat fisis dan mekanis bahan tanpa menimbulkan kerusakan
yang berarti yang dapat mengubah kemampuan pemanfaatan akhir dari bahan tersebut. Untuk bahan kayu, pengujian nondestruktif digunakan untuk menilai
cacat yang muncul akibat diskontinuitas, adanya rongga voids serta kemungkinan adanya pembesaran inclusions selama proses pembuatan yang
dapat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis produknya. Terdapat beberapa tipe pengujian nondestruktif kayu yang dikembangkan antara lain teknik mekanis,
vibrasi, akustikgelombang tegangan stress waves, gelombang ultrasonik, gelombang elektromagnetik, dan nuklir IUFRO 2006 dalam Karlinasari et al
2006 Kecepatan gelombang ultrasonik berkaitan dengan struktur kayu,
sementara itu atenuasi berhubungan dengan komposisi atau kandungan suatu bahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan gelombang
ultrasonik pada kayu antara lain karakteristik mikrostruktural kayu ukuran, frekuensi, komposisi dan kondisi ultrastuktur sel penyusun kayu, komposisi
kimia kayu selulosa, hemiselulosa, dan lignin, asal tempat tumbuh pohon, tingkat tegangan kayu, kadar air, temperatur, kelembaban serta arah rambatan
gelombang longitudinal, radial, dan tangensial Smith 1989 dan Curtu et al. 1996. Ross dan Pellerin 2002 menyatakan ada beberapa metode yang dapat
dikategorikan sebagai evaluasi nondestruktif pada kayu yaitu: 1. Evaluasi secara visual: warna dan cacat kayu
2. Tes kimia: komposisi melalui kehilangan berat, contohnya akibat serangan jamur atau cendawan perusak pada kayu teras Douglas
–fir yang berkaitan dengan degradasi komponen hemiselulosa, adanya perlakuan pengawetan dan ketahanan
terhadap api
3. Tes fisis: kecepatan rambat gelombang stress wave velocity, emisi akustik, sinar x serta microwave ground penetration radar
4. Tes mekanis: metode defleksi Machine-Stress-RatedMSR
2.8 Kecepatan Rambatan Gelombang Suara