Geometri Strand Pendugaan Nilai Mekanis Lentur Statis MOEs dan MOR oleh SWV dan MOEd

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Geometri Strand

Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 100 strand dari dua jenis bambu yang memiliki panjang, lebar dan tebal masing- masing sebesar berkisar 6,97-6,99 cm, 1,96-2,05 cm, dan 0,10-0,11 cm. Nilai rata- rata slenderness ratio dan aspect ratio yang dihasilkan masing-masing berkisar 67,74-75,24 cm dan 3,44-3,6 cm. Sasaran dimensi strand adalah 7 cm, lebar 2 cm, dan tebal 0,10-0,20 cm. Tabel 4 Nilai rata rata pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio dan slenderness ratio strand Jenis Bambu Parameter Rata-rata Min Max SD Tali Panjang cm 6,99 6,57 7,45 0,1 Lebar cm 1,96 1,53 2,31 0,18 Tebal cm 0,10 0,07 0,16 0,02 Aspect Ratio 3,6 3,02 4,56 0,36 Slenderness Ratio 75,24 43,5 101,86 11,73 Hitam Panjang cm 6,97 6,35 7,60 0,13 Lebar cm 2,05 1,62 2,5 0,21 Tebal cm 0,11 0,06 0,02 0,2 Aspect Ratio 3,44 2,69 4,36 0,36 Slenderness Ratio 67,74 34,55 126,67 11,46 Menurut Youngquist 1999, dalam pembuatan OSB strand-strand yang dihasilkan disarankan untuk memiliki aspect ratio perbandingan panjang dan lebar strand paling sedikit 3 agar menghasilkan produk papan yang memiliki kekuatan lengkung bending dan kekuatan yang lebih besar.

4.2 Sifat Fisis Oriented Strand Board OSB

4.2.1 Kerapatan

Definisi kerapatan menurut Tsoumis 1991 adalah perbandingan massa suatu bahan terhadap volumenya. Nilai rata-rata kerapatan dari OSB yang dihasilkan berkisar 0,77 –0,82 gcm 3 . Nilai kerapatan terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 6. Sedangkan nilai kerapatan tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali pada kadar perekat 10. Secara keseluruhan nilai rata-rata kerapatan semua papan melebihi nilai kerapatan target yaitu sebesar 0,7 gcm 2 . Hal ini dapat terjadi karena penyebaran strand yang tidak merata sehingga ketebalannya beragam. Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa perbedaan kerapatan dipengaruhi oleh tebal dinding sel, jenis kayu, kadar air dan proses perekatan. Nuryawan et al. 2008 menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan perbedaan kerapatan juga dikarenakan adanya spring back atau usaha pembebasan dari tekanan yang dialami pada waktu pengempaan. Selain itu penyesuaian kadar air papan pada saat pengkondisian sehingga terjadi kenaikan tebal OSB yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kerapatan OSB. Secara grafis nilai rata-rata kerapatan OSB yang dihasilkan disajikan pada Gambar 10 nilai rataan kerapatan dan data lengkapnya pada Lampiran 2. Gambar 10 Histogram nilai kerapatan OSB Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor kadar perekat dan jenis memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kerapatan OSB, namun pada faktor interaksi antar keduanya memberikan pengaruh yang nyata pada kerapatan OSB. Berdasarkan uji lanjut Duncan, diketahui bahwa bambu tali pada kadar perekat 8 dengan bambu tali pada kadar perekat 10 memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kerapatan OSB. Standar CSA 0437.0 Grade 0- 2 tidak menetapkan nilai kerapatan. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 6 8 10 K era p a ta n g cm ³ Tali Hitam

4.2.2 Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukkan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya terutama kelembaban udara. Berdasarkan data pada Gambar 11 nilai rataan kadar air OSB, diketahui bahwa nilai rata-rata kadar air OSB berkisar antara 9,73- 10,29. Nilai kadar air terendah terdapat pada OSB bambu hitam dengan kadar perekat 6 dan nilai kadar tertinggi pada OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Menurut Massijaya 1997 keunggulan papan komposit dibandingkan papan dari kayu solid adalah memiliki kadar air yang lebih rendah karena pada proses produksi melalui proses pengempaan panas selain itu strand bagian dalam papan inti tidak bebas menyerap air sebagai akibat adanya ikatan rekat selama ikatan tersebut tidak rusak. Hasil Pengujian kadar air OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 2 sedangkan nilai rata- ratanya tertera pada Gambar 11 nilai rataan kadar air OSB. Gambar 11 Histogram nilai kadar air OSB Berdasarkan analisis keragaman dapat disimpulkan bahwa faktor kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air OSB sedangkan jenis memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air OSB. Standar CSA 0437.0 Grade 0-2 tidak menetapkan nilai kadar air.

4.2.3 Daya Serap Air

Daya serap air merupakan kemampuan papan dalam menyerap air yang di uji dengan cara perendaman dalam air selama 2 jam dan 24 jam. Pengujian tersebut perlu dilakukan karena ciri papan komposit yang mudah menyerap air sehingga daya serap air merupakan masalah pada OSB Bowyer et al. 2003. Nilai 2 4 6 8 10 12 14 6 8 10 K a da r Air Tali Hitam rata-rata daya serap air 2 jam berkisar antara 10,95 –14,47. Nilai rata-rata daya serap air 2 jam terendah terdapat pada papan OSB bambu tali pada kadar perekat 10 sedangkan nilai tertinggi pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 6. Nilai rata-rata daya serap air daya serap air 24 jam berkisar antara 20,35- 31,38. Nilai rata-rata daya serap air 24 jam terendah terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10 sedangkan nilai rata-rata daya serap air tertinggi 24 jam pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 6. Menurut Halligan 1970 dalam Kahfi 2007 menyatakan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi penyerapan air papan partikel, yaitu volume ruang kosong yang dapat menampung penyerapan air didalam partikel, adanya saluran kapiler yang menghubungkan ruang kosong satu sama lainnya, luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat, dan dalamnya penetrasi perekat pada partikel. Nilai rata-rata daya serap air 2 jam dan daya serap air 24 jam dapat secara lengkap disajikan pada Lampiran 3 dan secara grafis pada Gambar 12. Gambar 12 Histogram daya serap air OSB Berdasarkan analisis keragaman daya serap air 2 jam yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap daya serap air 2 jam. Sedangkan hasil analisis keragaman daya serap air 24 jam juga menunjukkan jenis bambu dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata, hanya faktor tunggal kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya serap air 24 jam. Standar CSA 0437 Grade 0-2 tidak menetapkan standar daya serap air. 10 20 30 40 T6 T8 T10 H6 H8 H10 Da y a s er a p a ir DSA 2 Jam DSA 24 Jam T=tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat

4.2.4 Pengembangan Tebal

Pengembangan tebal merupakan suatu besaran yang menyatakan tebal contoh uji dalam persen terhadap tebal awal setelah contoh uji direndam selama 2 jam dan 24 jam dalam suhu kamar. Haligan 1970 dalam Susanta 2004 menyatakan bahwa ada faktor penting dalam mempengaruhi pengembangan tebal pada papan partikel adalah kerapatan kayu pembentuknya. Papan OSB yang dibuat dari kerapatan kayu rendah dan sedang akan mengalami pengempaan yang relatif besar pada saat pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi proses pembebasan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi proses pembebasan tekanan yang relatif besar juga yang mengakibatkan pengembangan tebal yang tinggi. Hasil pengujian pengembangan tebal OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan secara grafis nilai rata rata pengembangan tebal tertera pada Gambar 13. a pengembangan tebal 24 jam Gambar 13 Histogram nilai pengembangan tebal OSB Nilai rata-rata pengembangan tebal dengan perendaman selama 2 jam berkisar antara 1,67-3,31. Nilai pengembangan tebal terendah terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perkat 8. Sedangkan nilai pengembangan tebal tertinggi terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 6. Nilai rata-rata pengembangan tebal dengan perendaman selama 24 jam berkisar antara 4,69-7,03. Nilai rata-rata pengembangan tebal 24 jam terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 8 sedangkan nilai tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 6. Menurut Syamani et al. 2008 menyatakan bahwa perekat yang digunakan hanya menutupi permukaan terluar serat, tidak menembus ke dalam serat. Oleh karena itu pada 3 6 9 12 15 18 T6 T8 T10 H6 H8 H10 P eng em ba ng a n T eba l PT 2 Jam PT 24 jam CSA 0437.0 Grade 0-2 a T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat saat direndam, air masih dapat masuk melalui ujung-ujung serat ke arah memanjang serat, sehingga menyebabkan pengembangan tebal yang besar. Nilai pengembangan tebal yang bervariasi dipengaruhi oleh faktor banyaknya pemampatan yang diberikan pada papan OSB selama proses pembuatan papan. Semakin tinggi kadar perekat, maka semakin rendah pengembangan tebal papan. Hal ini diduga karena jumlah perekat yang digunakan, semakin banyak perekat yang digunakan maka ikatan antara partikel akan menjadi lebih kompak sehingga sulit untuk menembusnya. Berdasarkan analisis keragaman pengembangan tebal dengan perendaman selama 2 jam dan 24 jam yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa semua faktor yaitu jenis, kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pengembangan tebal dengan perendaman selama 2 jam dan 24 jam. Nilai pengembangan tebal OSB menurut standar CSA 0437.0 Grade 0-2 adalah ≤ 15, secara keseluruhan nilai pengembangan tebal OSB yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar.

4.2.5 Kecepatan Rambat Gelombang Suara SWV

Metode gelombang tegangan atau gelombang suara digunakan untuk menentukan modulus elastisitas dinamis MOEd. Menurut Karlinasari et al. 2012 nilai SWV stress wave velocity dipengaruhi oleh kerapatan produk kayu, semakin tinggi kerapatan produk kayu, nilai SWV semakin tinggi. Betchel 1986 menyatakan bahwa semakin tinggi waktu yang dibutuhkan gelombang untuk merambat suatu medium maka produk tersebut mempunyai kualitas baik. Nilai rata-rata SWV sejajar serat berkisar antara 2906-3236 md. Nilai SWV sejajar serat terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 8 sedangkan nilai tertinggi terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 10. Nilai rata-rata SWV tegak lurus serat berkisar antara 2072-2303 md. Nilai SWV tegak lurus terendah terdapat pada papan OSB bambu tali pada kadar perekat 8 sedangkan nilai SWV tegak lurus serat tertinggi terdapat pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 6. Dari pengujian dengan tipe alat yang sama, berdasarkan penelitian Araujo et al. 2011 menunjukkan produk oriented strand board OSB dari campuran hardwood dengan kerapatan papan 0,67 gcm 3 adalah 2700 md. Hasil pengujian SWV OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 5 dan Gambar 14. Gambar 14 Histogram nilai kecepatan rambat gelombang suara OSB Berdasarkan analisis keragaman, SWV sejajar serat dan SWV tegak lurus serat yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata pada SWV sejajar dan tegak lurus serat. 4.3 Sifat Mekanis OSB 4.3.1 Modulus Elastisitas Dinamis MOEd Nilai rata-rata MOEd sejajar serat berkisar antara 62895-83626 kgcm 2 , Nilai sejajar serat MOEd terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 8 sedangkan nilai MOEd sejajar serat tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Nilai rata-rata MOEd tegak lurus serat berkisar antara 33219-40797 kgcm 2 . Nilai tegak lurus serat MOEd terendah terdapat pada papan OSB bambu tali pada kadar perekat 8 sedangkan nilai MOEd sejajar serat tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Menurut Karlinasari et al. 2010 menyatakan perbedaan nilai modulus elastisitas dinamis antara uji dinamis dengan statis disebabkan oleh karakteristik mikrostruktural sel penyusun setiap jenis kayu yang berbeda, sifat viskoelastis kayu, serta adanya efek creep rangkak. Hasil pengujian modulus elastisitas dinamis OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 6 dan Gambar 15. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 T6 T8 T10 H6 H8 H10 Str ess w a v e v elo cit y m s SWV serat SWV TL serat T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat Gambar 15 Histogram nilai kekuatan modulus elastisitas dinamis OSB Berdasarkan analisis keragaman, MOEd sejajar serat yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa faktor jenis bambu dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada MOEd sejajar serat. Hanya pada faktor tunggal kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOEd sejajar serat. Berdasarkan analisis keragaman untuk MOEd tegak lurus serat yang disajikan pada Lampiran 14 menujukkan bahwa semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat, dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang yang nyata terhadap MOEd tegak lurus serat.

4.3.2 Modulus Elastisitas Statis MOEs

Modulus elastisitas merupakan ukuran ketahanan papan untuk menahan beban dalam batas proporsi sebelum patah. Nilai rata-rata MOEs kering sejajar serat berkisar antara 78177-102177 kgcm 2 . Nilai MOEs kering sejajar serat terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 6 sedangkan nilai MOEs kering sejajar serat tertinggi terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 10. Nilai rata-rata MOEs basah sejajar serat berkisar antara 55200-82576 kgcm 2 . Nilai rata-rata MOEs basah sejajar serat terendah terdapat pada papan OSB bambu tali pada kadar perekat 8 sedangkan nilai MOEs basah sejajar serat tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Hasil pengujian modulus elastisitas dinamis disajikan secara lengkap di Lampiran 7 dan 8 dan Gambar 16. 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 T6 T8 T10 H6 H8 H10 M o du lus ela st is it a s din a m is k g cm 2 MOEd sejajar serat MOEd tegak lurus serat T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat a hanya untuk MOEs kering sejajar serat Gambar 16 Histogram nilai MOEs sejajar serat OSB Berdasarkan analisis keragaman, MOEs kering sejajar serat yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa faktor jenis bambu, kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata pada MOEs kering sejajar serat. Sedangkan pada MOEs basah sejajar serat, hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor jenis bambu juga memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hanya faktor interaksi keduanya dan kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOEs basah sejajar serat. Berdasarkan uji lanjut Duncan, diketahui bahwa bambu tali pada kadar perakat 10 dengan bambu tali pada kadar perekat 8 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap MOEs basah sejajar serat. Berdasarkan standar CSA 0437.0 Grade 0-2 mensyaratkan standar MOE sejajar serat berturut-turut minimal 55000 kgcm 2 . Nilai MOEs sejajar serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar. Nilai rata-rata MOEs kering tegak lurus serat berkisar antara 10603-16071 kgcm 2 . Nilai MOEs kering tegak lurus serat terendah terdapat pada papan OSB bambu tali pada kadar perekat 6 sedangkan nilai MOEs kering tegak lurus serat tertinggi teradapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 10. Nilai rata-rata MOEs basah tegak lurus serat berkisar antara 5961-9738 kgcm 2 . Nilai MOEs basah tegak lurus serat terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam pada kadar perekat 10 sedangkan nilai MOEs basah tegak lurus serat tertinggi teradapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 8. 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 T6 T8 T10 H6 H8 H10 M O E s ta tis k g cm 2 MOEs kering sejajar serat MOEs basah sejajar serat CSA 0437.0 Grade 0-2 a T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat Menurut Nuryawan 2007, menyatakan bahwa pengujian MOE sejajar panjang, beban seolah-olah memotong orientasi arah serat unting pada lapisan permukaan, sedangkan pengujian arah sejajar lebar beban seolah-olah membelah orientasi arah serat pada lapisan permukaan. Dengan demikian untuk mematahkan contoh uji yang sejajar serat dengan arah orientasi serat pada lapisan permukaan membutuhkan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan mematahkan contoh uji tegak lurus memanjang panil OSB. Berdasarkan pengujian terlihat nilai rataan MOEs sejajar dan tegak lurus serat pada kondisi basah lebih rendah dibandingkan pada kondisi kering. Hal ini diduga karena kadar air yang terdapat dalam OSB tinggi. Menurut Tsoumis 1991 menyatakan bahwa kadar air akan mempengaruhi kekuatan papan, karena kelembaban akan menurunkan kekuatan papan. Papan komposit memiliki kekurangan yaitu stabilitas dimensi yang rendah sehingga daya serap terhadap air dan pengembangan tebal tinggi. Data pengukuran MOEs kering tegak lurus serat dan MOEs basah tegak lurus serat disajikan secara lengkap di Lampiran 7 dan 8 dan secara grafis dapat dilihat dari Gambar 17. a hanya untuk MOEs kering tegak lurus serat Gambar 17 Histogram nilai MOEs tegak lurus serat OSB Berdasarkan analisis keragaman MOEs kering tegak lurus serat dan MOEs basah tegak lurus serat yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat dan interaksi keduannya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap MOEs kering tegak lurus serat. Berdasarkan standar CSA 0437.0 Grade 0-2 mensyaratkan standar MOE tegak lurus serat 15000 kgcm 2 . 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 T6 T8 T10 H6 H8 H10 M O E s ta tis k g cm 2 MOEs kering tegak lurus serat MOEs basah tegak lurus serat CSA 0437.0 Grade 0-2 a T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat

4.3.3 Modulus Patah MOR

Modulus patah merupakan salah satu sifat mekanis kayu yang menunjukkan kemampuan papan menahan beban hingga batas maksimum. Hasil pengujian diperoleh nilai rata-rata MOR kering sejajar serat berkisar antara 490-718 kgcm 2 . Nilai MOR kering sejajar serat terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 6 sedangkan nilai MOR basah sejajar serat tertinggi terdapat pada OSB bambu hitam pada kadar perekat 10. Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat berkisar antara 386-628 kgcm 2 . Nilai MOR basah sejajar serat terendah terdapat pada papan OSB bambu tali dangan kadar perekat 6 sedangkan nilai MOR basah sejajar serat tertinggi terdapat pada OSB bambu tali pada kadar perekat 10. Menurut Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa kekuatan utama produk komposit berasal dari orientasi strand yang saling tegak lurus. Semakin banyak lapisan maka semakin baik untuk menahan beban yang diberikan, karena arah orientasi saling tegak lurus pada setiap lapisan Putra 2010. Hasil nilai rata-rata MOR kering sejajar serat dan MOR basah sejajar serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 9 dan 10 dan dan secara grafis dapat dilihat pada Gambar 18. a hanya untuk MOR kering sejajar serat Gambar 18 Histogram nilai MOR sejajar serat OSB Berdasarkan analisis keragaman MOR kering sejajar serat yang disajikan pada Lampiran 14 bahwa semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap MOR kering sejajar serat. Hasil analisis keragaman untuk MOR basah sejajar serat yang 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 T6 T8 T10 H6 H8 H10 M o du lus o f rupture M O R k g cm 2 MOR kering sejajar serat MOR basah sejajar serat CSA 0437.0 Grade 0-2 a T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa semua faktor jenis bambu, kadar perekat, dan interaksi keduannya memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOR basah sejajar serat. Berdasarkan uji lanjut Duncan juga diketahui bahwa bambu tali pada kadar perekat 6 dengan bambu tali pada perekat 10 memberikan pengaruh yang berbeda terhadap MOR basah sejajar serat. Berdasarkan standar CSA 0437.0 Grade 0-2 yang mensyaratkan standar MOR sejajar serat minimal 290 kgcm 2 , nilai MOR sejajar serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar. Hasil pengujian diperoleh nilai rata-rata MOR kering tegak lurus serat berkisar antara 148-209 kgcm 2 . Nilai MOR kering tegak lurus serat terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 6 sedangkan nilai MOR kering tegak lurus serat tertinggi terdapat pada OSB bambu tali dengan pada kadar perekat 10. a hanya untuk MOR kering tegak lurus serat Gambar 19 Histogram nilai MOR tegak lurus serat OSB Nilai rataan MOR kering tegak lurus dan MOR basah tegak lurus secara lengkap disajikan pada Lampiran 9 dan 10 dan Gambar 19. Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat serat berkisar antara 95-120 kgcm 2 . Nilai MOR basah tegak lurus serat terendah terdapat pada papan OSB bambu tali dangan kadar perekat 6 sedangkan nilai MOR basah tegak lurus serat tertinggi terdapat pada OSB bambu hitam pada kadar perekat 10. Menurut Maloney 1993 menjelaskan bahwa MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 T6 T8 T10 H6 H8 H10 M o du lus pa ta h k g cm 2 MOR kering tegak lurus serat MOR basah tegak lurus serat CSA 0437.0 Grade 0-2 a T= tali H = hitam 6,8,10 = kadar perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Kekuatan papan partikel pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan ikatan dan kekuatan masing masing partikel yang menyusunnya. Berdasarkan analisis keragaman, MOR basah tegak lurus serat yang disajikan pada Lampiran 14 menghasilkan semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap MOR basah tegak lurus baik dalam kondisi kering dan basah. Berdasarkan uji lanjut Duncan diketahui bahwa OSB bambu tali pada kadar perekat 6 dan bambu tali pada kadar perekat 10 memberikan pengaruh yang berbeda terhadap MOR basah tegak lurus serat. Berdasarkan standar CSA 0437.0 Grade 0-2 yang mensyaratkan standar MOR tegak lurus serat minimal 124 kgcm 2 , nilai MOR basah tegak lurus serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar.

4.3.4 Keteguhan Rekat Internal Bond

Keteguhan rekat internal bond adalah kekuatan ikatan antar partikel dalam lembaran papan. Keteguhan rekat internal merupakan suatu petunjuk daya tahan papan terhadap kemungkinan pecah atau belah. Hasil pengujian dari nilai rata- rata internal bond berkisar antara 3,70-6,31 kgcm 2 . Nilai internal bond terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 6. Sedangkan nilai internal bond tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Nilai rata-rata internal bond disajikan pada Lampiran 11 dan Gambar 20. Gambar 20 Histogram nilai internal bond OSB 2 4 6 8 10 6 8 10 Int e r na l B o nd k g c m 2 Tali Hitam CSA 0437.0 Grade 0-2 Ruhendi et al. 2007 menyatakan bahwa kekentalan perekat akan menentukan daya rekat dari perekat dengan bahan yang digunakan, karena daya rekat dipengaruhi oleh jarak antara bahan yang bersentuhan. Bowyer 2003 juga menambahkan bahwa adanya zat ekstraktif dapat mengganggu terjadinya kontak antara perekat dengan sirekat dan mengganggu proses pematangan. Berdasarkan analisis keragaman, internal bond yang disajikan pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa faktor jenis bambu dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap internal bond. Hanya pada faktor tunggal kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata terhadap internal bond. Berdasarkan standar CSA 0437.0 Grade 0-2 mensyaratkan standar kekuatan rekat minimal sebesar 3,45 kgcm 2 , nilai kekuatan keteguhan rekat OSB secara keseluruhan memenuhi standar.

4.3.5 Kuat Pegang Sekrup Screw Holding Power

Hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata kuat pegang sekrup berkisar antara 104,62-196,32 kg. Nilai rata-rata kuat pegang sekrup terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 6 sedangkan nilai rata-rata kuat pegang sekrup tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Ruhendi et al. 2007 menyatakan bahwa rendahnya nilai kuat pegang sekrup karena distribusi partikel yang tidak merata dalam pembuatan papan yang mengakibatkan papan masih terdapat rongga sehingga kuat pegang sekrupnya relatif menurun. Hasil pengujian kuat pegang sekrup OSB dapat dilihat pada Lampiran 11 dan secara grafik dapat di lihat pada Gambar 20. Gambar 20 Histogram nilai kuat pegang sekrup OSB 50 100 150 200 250 6 8 10 K ua t P eg a ng Sek rup k g Tali Hitam Berdasarkan analisis keragaman untuk kuat pegang sekrup yang disajikan pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa semua faktor yaitu jenis bambu, kadar perekat dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap kuat pegang sekrup. Berdasarkan uji lanjutan Duncan diketahui bambu hitam pada kadar perekat 6 dengan bambu tali pada kadar perekat 10 memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil kuat pegang sekrup. Standar CSA 0437.0 Grade 0-2 tidak menetapkan nilai kuat pegang sekrup. Ringkasan hasil analisis keragaman sifat fisis dan mekanis OSB disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Ringkasan analisis varian ANOVA pengaruh dari jenis bambu dan kadar perekat terhadap sifat fisis dan mekanis OSB Sifat OSB Sumber Keragaman Jenis Bambu A Kadar Perekat B Interaksi A dan B Kerapatan 0,228 0,079 0,028 Kadar air 0,013 0,178 0,223 Pengembangan tebal 2 jam 0,975 0,151 0,318 Pengembangan tebal 24 jam 0,086 0,344 0,902 Daya serap air 2 jam 0,307 0,399 0,524 Daya serap air 24 jam 0,121 0,001 0,263 Stress wave velocity sejajar serat 0,261 0,081 0,281 Stress wave velocity tegak lurus serat 0,198 0,216 0,601 Modulus elastisitas dinamis sejajar serat 0,152 0,007 0,264 Modulus elastisitas dinamis tegak lurus serat 0,277 0,097 0,773 Modulus elastisitas statis kering sejajar serat 0,592 0,118 0,722 Modulus elastisitas statis basah sejajar serat 0,058 0,010 0,007 Modulus elastisitas statis kering tegak lurus serat 0,178 0,197 0,973 Modulus elastisitas statis basah tegak lurus serat 0,926 0,788 0,099 Internal bond 0,442 0,000 0,691 Kuat pegang sekrup 0,002 0,006 0,001 Modulus patah kering sejajar serat 0,606 0,139 0,729 Modulus patah basah sejajar serat 0,021 0,002 0,032 Modulus patah kering tegak lurus serat 0,182 0,264 0,288 Modulus patah basah tegak lurus serat 0,655 0,973 0,391 = memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95

4.4 Pendugaan Nilai Mekanis Lentur Statis MOEs dan MOR oleh SWV dan MOEd

Tabel 6 Rangkuman hubungan sifat mekanis pengujian nondestruktif SWV dan MOEd dengan sifat mekanis destruktif MOR dan MOEs sejajar serat Hubungan x dan y n Model regresi R 2 r Signifikansi model α = 0,05 SWV dengan MOR 18 y = 0,349x – 457,541 0,170 0,412 0,089 SWV dengan MOEs 18 y = 8,132x + 63520,922 0,007 0,086 0,734 MOEd dengan MOR 18 y = 0,007x + 114,375 0,213 0,461 0,054 MOEd dengan MOEs 18 y = 0,515x + 50622,826 0,097 0,312 0,207 Keterangan: R 2 = koefisien determinasi, r = koefisien korelasi, α = tingkat kepercayaan 5 Hasil analisis regresi linear sederhana pada Tabel 6 menunjukkan hubungan SWV dan MOEd dengan MOR dan MOEs sejajar serat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi berkisar antara 0,086-0,461 dan nilai koefisien determinasi berikisar antara 0,007-0,213 ini berarti bahwa 7-21,3 diantara keragaman dalam MOEs dan MOR dapat dijelaskan oleh SWV dan MOEd, sisanya adalah faktor lain. Tabel 7 Rangkuman hubungan sifat mekanis pengujian nondestruktif SWV dan MOEd dengan sifat mekanis destruktif MOR dan MOEs tegak lurus serat Hubungan x dan y n Model regresi R 2 R Signifikansi model α = 0,05 SWV dengan MOR 18 y = 0,082x + 1,063 0,110 0,332 0,178 SWV dengan MOEs 18 y = 9,695x - 8090,068 0,206 0,454 0,059 MOEd dengan MOR 18 y = 0,003x + 59,960 0,180 0,424 0,080 MOEd dengan MOEs 18 y = 0,294x + 2311,989 0,193 0,439 0,068 Keterangan: R 2 = koefisien determinasi, r = koefisien korelasi, α = tingkat kepercayaan 5 Berdasarkan analisis regresi linear sederhana pada Tabel 7 menunjukkan hubungan SWV dan MOEd dengan MOR dan MOEs tegak lurus serat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi berkisar 0,332-0,454 dan nilai koefisien determinasi berkisar 0,110-0,206, yang berarti bahwa hanya sebesar 11-20,6 diantara keragaman MOR dan MOEs dapat dijelaskan oleh SWV dan MOEd tegak lurus serat, sisanya adalah faktor lain. Hubungan SWV dan MOEd dengan MOR dan MOEs tegak lurus maupun sejajar serat menghasilkan nilai signifikansi yang tidak nyata. Secara keseluruhan nilai koefisien determinasi dan koefisien korelasi bernilai relatif rendah sehingga belum dapat digunakan untuk menduga sifat mekanis MOEs dan MOR dengan menggunakan metode nondestruktif berdasarkan SWV dan MOEd.

4.5 Kekuatan Retensi