Implikasi Ekonomi Implikasi Sosial.

82 teknologi yang distrategikan dalam PUGAR. PUGAR tahun 2011 belum menjadikan mutu sebagai prioritas utama, meskipun pemakaian zat tambahan dalam jumlah yang tepat dapat meningkatkan mutu Garam. Untuk 1 satu Ha tambak Garam dibutuhkan zat tambahan sebanyak 210 kg senilai Rp. 4.500.000,00. Jika dari 1 satu ha tambak Garam tersebut menghasilkan 90 ton, maka pemakaian zat tambahan memerlukan biaya tambahan Rp. 50,-kg. KKP mengimplementasikan program Peningkatan mutu Garam rakyat melalui pembuatan unit pengolahan Garam berkapasitas 4 empat ton Garam oleh KKP di 4 empat lokasi yaitu Pamekasan, Sampang, Pati dan Tuban.

2. Implikasi Ekonomi

Implementasi PUGAR dan penetapan harga dasar Garam oleh Kementerian Perdagangan dapat meningkatkan rataan harga Garam yang diterima Petambak pada tahun 2011 Rp. 500,- 100 dibandingkan tahun 2009 dengan harga terendah Rp. 350,- dan tertinggi Rp. 1.200,-. Namun masalah utama usaha Garam di Indonesia tidak hanya masalah mutu Garam, produksi dan produktivitas yang saat ini menjadi target PUGAR, ada kesalahan dalam manajemen supply chain yang berpengaruh pada nilai jual Garam Petambak belum banyak disentuh dalam implementasi PUGAR tahun 2011. Upaya untuk mengintegrasikan petambak Garam, gudang penyimpanan Garam, industri pengolahan Garam, distributor dan toko dapat dilaksanakan, sehingga Garam diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat dan pada waktu yang tepat. Saat ini dengan kurangnya gudang dan lemahnya modal yang dimiliki Petambak menjadikan saat musim panen raya Garam, petambak menjual Garam dengan harga murah ke Pengepul atau industri pengolah Garam, di sisi lain konsumen tetap menerima harga Garam dengan harga yang tetap. Mata rantai usaha Garam saat ini kurang menguntungkan bagi Petambak Garam. Perbaikan supply chain management akan memaksimalkan nilai Garam yang dihasilkan secara keseluruhan, sehingga tidak terjadi gap analisys yang tinggi antara harga Garam dari Petambak dan harga Garam yang harus dibayar oleh konsumen. Penerapan manajemen nilai value management dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha Garam, sehingga Indonesia 83 tidak akan kelebihan Garam ketika musim Garam pada bulan Juli-Nopember ataupun kekurangan Garam pada bulan Desember-Juni yang mendorong dilakukan impor Garam untuk memenuhi kebutuhan Garam nasional. Melalui penerapan supply chain management dan value management usaha Garam rakyat semakin layak untuk dilaksanakan.

3. Implikasi Sosial.

Perhatian dan dukungan pemerintah melalui kebijakan usaha Garam yang berpihak kepada rakyat akan menumbuhkan keyakinan dan semangat Petambak untuk melaksanakan usaha Garam. Keyakinan dan semangat berusaha merupakan modal penting untuk melaksanakan wirausaha di bidang Garam. Semangat Petambak untuk melaksanakan usaha Garam semakin bertambah, dengan adanya keuntungan yang besar yang dihasilkan dari lahan garapannya. Semangat masyarakat untuk melaksanakan usaha Garam akan melahirkan inovasi dari masyarakat untuk meningkatkan mutu dan produktifitas usaha Garam. Zat tambahan yang ditemukan petambak dari Desa Santing, Kecamatan Losarang adalah wujud inovasi dari petambak untuk menghasilkan Garam bermutu dan meningkatkan produktifitas. Teknik maduresee yang berkembang di lingkungan petambak Garam tradisional, karena sempitnya areal lahan, diperbaiki dengan teknologi ulir yang juga ditemukan Petambak dari Cirebon. Dengan teknologi ulir, air laut dialirkan berliku-liku sehingga akan mempunyai jarak tempuh yang panjang untuk sampai ke kolam penampungan, sehingga dapat mengendapkan zat-zat diluar NaCl dan menghasilkan Garam mutu baik. Desa Losarang yang memiliki luas pergaraman produktif 320 Ha, akan membuka kesempatan kerja bagi 1.000-2.000 orang tenaga kerja selama masa usaha Garam untuk bekerja sebagai Buruh tambak dan Buruh angkut. Produksi Garam di Desa Losarang juga memberikan lapangan kerja bagi pedagang Garam dan menumbuhkan usaha Garam beryodium. 84 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan