khatib jumat. Dan adzan dikumandangkan dua kali, padahal biasanya sekali saja. Rupanya Buya Hamka menghormati pendapat
ulama betawi mengenai ketentuan adzan sholat jumat.
56
C. Persamaan dan Perbedaan Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari
dan Hamka tentang Pendidikan Karakter
Seperti yang dideskripsikan sebelumnya bahwa KH. Hasyim Asy‟ari dan Hamka adalah ulama sekaligus pengajar yang memfokuskan pada pentingnya
karakterakhlak dalam proses pendidikan. Keduanya memilki latar belakang dan pendekatan yang berbeda dalam pemikiran pendidikan. KH. Hasyim
Asy‟ari yang dibesarkan di lingkungan pesantren dan kental dengan kehidupan agama yang bergelut dengan kitab kuning dan pandangan mazhab
Syafi‟iyyah. Semasa hidupnya, kiai Hasyim mendapatkan pendidikan dari ayahnya
sendiri, seperti ilmu-ilmu al- Qur‟an dan beberapa penguasaan literatur
keagamaan. Namun, rasa dahaga akan ilmu pengetahuan, membuat kiai Hasyim menjadi seorang pengelana ilmu. Mulai menuntut ilmu ke berbagai
pondok pesantren di Jawa sampai berguru langsung ke ulama di Masjid al- Haram, Makkah. Di Makkah, kiai Hasyim bermukim selama kurang lebih
tujuh tahun, ia mendapatkan ijazah sebagai pengajar hadis Shahih Bukhari,
langsung dari gurunya Syekh Mahfudz al-Tarmisi. Sedangkan Hamka, yang diharapkan oleh ayahnya menjadi seorang
ulama, sejak kecil Hamka disibukan dengan rutinitas sekolah dan mengaji pada ayahnya sampai khatam. Sikap otoriter sang ayah membuat Hamka tidak
menyenangi belajar, dan merasa bosan dengan pendidikan saat itu. Ia kemudian memilih belajar otodidak dengan membaca berbagai tulisan.
56
Lanny Octavia, Ibi Syatibi, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, Jakarta:
Yayasan Rumah Kita Bersama, 2014, h.105
Sampai pada akhirnya ia merantau ke Jawa dan memperoleh pembaharuan pemikiran yang dinamis dan modernis dari tokoh pembaharuan Islam di
Yogyakarta. Dan menurut Hamka kebebasan intelektualitas berpikir merupakan pangkal kemajuan dunia.
Pada bagian ini, akan dibahas mengenai bagaimana persamaan dan perbedaan
pendidikan karakter antara KH. Hasyim Asy‟ari dan Hamka yang berbeda latar belakang kehidupan dan pendidikan yang dilalui, akan tetapi
memiliki misi yang sama pada jalan dakwah untuk membina umat di masanya masing-masing.
Persamaan pemikiran pendi dikan karakter antara KH. Hasyim Asy‟ari
dan Hamka, sebagai berikut :
1. Pendidikan
KH. Hasyim Asy‟ari dan Hamka memiliki pandangan yang sama terkait pendidikan yang menekankan bahwa pendidikan merupakan
sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah dan yang bermanfaat bagi manusia.
Pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy‟ari adalah memanusiakan
manusia secara utuh yang memiliki akhlak mulia dan menjadikan manusia bertaqwa takut kepada Allah SWT.
57
Menurut Hamka pelaksanaan pendidikan diharapkan akan membantu peserta didik
memiliki kepribadian akhlaq al-karimah dan mewujudkan tujuan
hidupnya, baik hubungan antar manusia khalifah fi al-ardh, maupun
hubungan kepada sang Khaliq
„abd Allah. 2.
Tujuan Pendidikan
Perlunya pengamalan
ilmu pengetahuan
yang diperoleh
merupakan kesamaan pandangan antara KH. Hasyim Asy‟ari dan Hamka.
KH. Hasyim Asy‟ari menekankan bahwa tujuan utama ilmu
57
Rohinah M. Noor, KH. Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU Pendidikan Islam, Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu, 2010, h.18
pengetahuan yang sesungguhnya adalah mengamalkan ilmu dalam tingkat yang lebih praktis, yakni dengan memanifestasikan dalam
bentuk perbuatan. Sama halnya dengan Hamka yang berpendapat bahwa ilmu yang tidak diikuti dengan amal perbuatan tidak berguna
bagi kehidupan. Ilmu pengetahuan mesti diamalkan, bukan hanya untuk dipelajari saja.
58
3. Pendidik
Dalam menanamkan akhlak mulia, pendidik hendaknya memperbaiki sikap dan menjadi teladan bagi peserta didik. Menurut
KH. Hasyim Asy‟ari pendidik adalah sosok yang mampu mentransmisikan ilmu pengetahuannya di samping pembentuk sikap
dan etika peserta didik. Bagi Hamka, pendidik harus memiliki sifat- sifat terpuji yang dapat menjadi teladan oleh muridnya, oleh karena ia
bekerja mengisi rohani manusia. Berkaitan dengan ini, keduanya memposisikan kedudukan yang
tinggi dan terhormat kepada pendidik, karena selain mentrasfer ilmu, pendidik juga membentuk dan menanamkan nilai-nilai luhur dan
karakter mulia kepada peserta didik. Oleh karenanya, pendidik seharusnya memiliki perilaku terpuji dan menjauhi dari segala
perbuatan dan
sifat-sifat tercela
yang mengurangi
derajat
keilmuannya. 4.
Peserta Didik
Mengenai peserta didik KH. Hasyim Asy‟ari dan Hamka mengasumsikan dalam pengembangan potensi akal sebagai pemberian
yang sangat istimewa dari Allah SWT. Maka menurut KH. Hasyim Asy‟ari bagi peserta didik untuk tekun dan betul-betul giat dalam
proses pencerdasan akal serta memiliki waktu tertentu untuk
58
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h.99
pengembangan daya
inteleknya. Menurut
Hamka, untuk
mengembangkan potensi akal, maka harus memberikan kebebasan berpikir dinamis bagi peserta didik untuk mendorong daya kreatif
dalam rangka pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan. 5.
Pendidikan Karakter
Menurut KH. Hasyim Asy‟ari pendidikan karakter mempengaruhi fitrah manusia dengan lingkungannya. Berada di
tengah lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat akan membentuk integritas kepribadian anak, dan anak itu sendiri harus
mampu menyaring nilai-nilai karakter yang nantinya akan dipergunakan untuk kehidupannya. Sejalan dengan hal tersebut,
menurut Hamka fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat kebajikan dan tunduk mengabdi kepada Khaliqnya.
Untuk mengoptimalkan fitrah manusia, maka adanya kerja sama antara guru di sekolah, orang tua di rumah serta peran masyarakat
sebagai kontrol sosial dalam mengintegrasikan nilai-nilai budi pekerti
luhur dalam terciptanya kepribadian yang berkarakter mulia.
Untuk lebih jelasnya perbandingan pemikiran pendidikan karakter menurut KH. Ha
syim Asy‟ari dan Hamka dalam berbagai aspek pendidikan, berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah
memahami perbandingan kedua tokoh tersebut :
Tabel 4.1 Konsep Pendidikan K
arakter menurut KH. Hasyim Asy’ari dan Hamka No. Aspek
KH. Hasyim Asy’ari Hamka
1. Pendidikan
Berorientasi pada wahyu
dan pendekatan
diri melalui cara sufi
Pendekatan
pendidikan melalui
cara berpikir yang