Fungsi Pendidikan Karakter Konsep Pendidikan Karakter

itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya ”. Q.S Asy- Syam: 8-10 69 Berdasarkan ayat tersebut, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang memiliki dua dimensi dalam tabiatnya, potensi-potensi yang telah tercipta sebelumnya dan melekat menjadi tabiat yang dalam kecendrungan arahnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan memiliki kadar yang sama akhirnya dijadikan acuan dasar pendidikan karakter. Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, sebagai wujud keimanannya kepada Allah SWT dan wujud kepatuhannya kepada syariat Islam. Pendidikan Islam mengutamakan penanaman budi pekerti dan akhlak mulia dalam semua komponen kurikulumnya. Melalui pembiasaan dan pemaknaan setiap nilai-nilai kebaikan, maka pendidikan karakter akan menjadi kokoh dalam pelaksanaan pendidikan Islam dan menjadi pondasi berbangsa dan bernegara.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Khoiruddin, dengan judul “Pendidikan Karakter Menurut KH. Hasyim Asy’ari Studi Kepustakaan dalam Kitab Adab al ‘Alim wa al-Muta’allim”. Skripsi ini memfokuskkan pada persoalan-persoalan etika dalam mencari dan menyebarkan ilmu semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT, faktor pendukung dan penghambat pendidik dan tenaga kependidikan dalam pendidikan, serta penelitian ini cendrung memaparkan sistem nilai yang dibangun KH. Hasyim Asy‟ari dalam teori maupun praktik pendidikan. 70 69 Al- Qur‟an dan Tafsirnya, Departemen Agama RI, Jakarta: Lentera Abadi, 2010, Jilid X h.676 70 Khoiruddin, tesis, Pendidikan Karakter Menurut K.H Hasyim Asy’ari Studi Kepustakaan dalam kitab Adab al- Alim Wal Muta’allim, Ponorogo : 2016. tidak dipublikasikan, h.17 2. Penelitian yang dilakukan oleh Roudhatul Jannah, dengan judul “Pemikiran Hamka tentang Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti”. Skripsi ini membahasakan budi pekerti sangat luas, tetapi sebenarnya kalau dispesifikan yang dimaksud nilai pendidikan budi pekerti terhadap Allah tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan akidah, nilai pendidikan budi pekerti terhadap diri sendiri tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan tasawuf, nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang tua tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan birrul walidain, dan nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang lain tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan sosial. 71 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman Zuhdi dengan judul, “Pendidikan Akhlak KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari Studi: Analisis dan Komparatif”. Skripsi ini lebih menekankan studi komparatif mengenai konsep pendidikan akhlak KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari dilihat dari persamaan dan perbedaan antar kedua tokoh yang sama-sama memiliki pengaruh yang kuat di tengah masyarakat dalam kurung waktu yang bersamaan. 72 4. Penelitian yang dilakukan oleh Sudin, dengan judul Pemikiran Hamka tentang Moral. Penelitian ini berkaitan dengan keseluruhan pemikiran Hamka, tidak terkecuali dalam bidang filsafat moral, dibangun di atas sendi-sendi agama. Ia sangat menekankan pentingnya memperkuat tauhid. Tauhid bagi Hamka, selain sebagai sumber moral juga sebagai sumber kekuatan diri untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Baik buruknya perbuatan menurut Hamka ditentukan oleh sejauh 71 Roudathul Jannah, skrip si, Pemikiran Hamka tentang Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti . Salatiga: STAIN, 2015, h.10 72 Rahman Zuhdi, Skripsi, Studi: Analisis dan Komparatif Pendidikan Akhlak KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013, h. 9