7
3. Penyebaran secara mengelompok, dengan individu-individu yang berada
dalam kelompok-kelompok dan jarang ada yang terpisah.
2.4. Parameter Fisika Kimia Perairan
2.4.1. Suhu
Suhu merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi dalam suatu perairan. Perbedaan penerimaan radiasi matahari
menyebabkan perbedaan
suhu. Selain
panas matahari,
fakor lain
yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah arus, keadaan awan, upwelling, dan
kondisi meteorologi seperti penguapan, curah hujan, suhu udara, serta kelembaban Wrytki 1961. Sverdrup et al. 1946 menyatakan bahwa suhu di sekitar perairan
Samudera Hindia ada kecenderungan untuk sama pada kedalaman antara 0 meter sampai dengan 70 meter atau 100 meter. Menurut Nontji 2007 suhu air permukaan
di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28-31 °C, namun pada lokasi yang terjadi kenaikan massa air suhu air permukaan dapat menurun hingga 25 °C.
Berdasarkan hasil penelitian Arinardi 1989, kisaran suhu permukaan laut di perairan Selat Bali berkisar antara 27-30 °C.
2.4.2. Salinitas
Salinitas menggambarkan kandungan garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu Nybakken 2005. Pada
perairan terbuka kadar salinitas umumnya bersifat lebih konstan dengan kadar salinitas rata-rata 35,5 PSU serta berfluktuasi antara 34-37 PSU. Perubahan salinitas
di laut terbuka juga relatif lebih kecil dibandingkan dengan di perairan pantai yang memiliki masukan air tawar dari sungai Davis 1955.
Nybakken 2005 menyatakan beberapa jenis organisme ada yang bertahan dengan perubahan nilai
salinitas yang besar euryhaline dan ada pula organisme yang hidup di kisaran salinitas yang sempit stenohaline.
Menurut Odum 1971 pada umumnya organisme samudera bersifat stenohaline.
2.4.3. Oksigen terlarut
Oksigen merupakan salah satu gas terlarut dalam perairan. Gas oksigen
mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan organisme laut Hutabarat and Evans 1985. Menurut Eaton et al. 2005 oksigen
8
terlarut dalam perairan umumnya berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton dan difusi dari udara. Sverdrup et al. 1946 menyatakan bahwa konsentrasi oksigen
terlarut relatif lebih tinggi di lapisan permukaan karena adanya penambahan oksigen melalui proses fotosintesis dan difusi udara. Menurut Rochford 1962 in Herlisman
1996, kisaran konsentrasi oksigen terlarut di perairan Samudra Hindia berkisar antara 4,00-5,79 mgl. Menurut Arinardi 1989, konsentrasi oksigen terlarut di
perairan Selat Bali berkisar antara 6,17-7,83 mgl.
2.4.4. Kekeruhan