STATUS GIZI KAITANNYA DENGAN DISLIPIDEMIA

Pengambilan sampel darah dilakukan secara serentak pada pagi hari pukul 07.00-08.00. Subjek diminta untuk berpuasa minimal 10 jam sebelumnya. Petugas pengambil darah adalah tenaga kesehatan yang kompeten dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor. Sampel darah yang diambil sebanyak 5 ml melalui pembuluh vena mengunakan disposable syringe. Sampel darah dimasukkan dalam tabung disimpan dalam ice box dan segera dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor untuk dilakukan analisis profil lipid. Tabel 11 Jenis dan cara pengumpulan atau pengukuran data tahap 1 No Data Cara Pengukuran atau pengumpulan 1. Identitas subjek Wawancara dengan lansia menggunakan kuesioner 2. Pengukuran antropometri - Berat badan BB - Tinggi badan TB - Lingkar lengan atas LILA dan lingkar betis Penimbangan dengan timbangan berat badan injak analog, dengan ketelitian 0.1 kg Pengukuran TB dengan microtoise, dengan ketelitian 0.1 cm Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita meteran ketelitian 0.1 cm 3. Status gizi Penentuan nilai IMT dan MNA 4. Profil lipid Total Kolesterol, LDL, HDL, Trigliserida metode enzymatic colorimetric test Tahapan Penelitian Penelitian dimulai dengan pemilihan subjek sebagai berikut, 1 memilih target subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi, 2 mengundang target subjek pada kegiatan sosialisasi penelitian, 3 menjelaskan manfaat yang diperoleh subjek dalam penelitian, 4 penandatanganan informed consent bagi target subjek yang bersedia mengikuti penelitian, 5 pengambilan data dan sampel darah. Target subjek yang hadir saat pengambilan darah dan bersedia diwawancara dan diambil darahnya tercatat sebagai subjek penelitian. Berdasarkan data dari Posbindu Dahlia Senja, jumlah pralansia dan lansia binaannya terdapat 140 orang. Namun saat kegiatan pengambilan darah yang bersedia sebanyak 116 orang. Alasan ketidakhadiran salah satunya adalah karena takut diambil darah, sebelumnya tidak puasa dan sakit. Calon subjek yang datang kemudian mengikuti penapisan awal berupa pemeriksaan profil lipid Kolesterol total, Trigliserida, LDL, HDL penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk menentukan IMT. Hanya subjek yang memiliki data lengkap yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang pertama dilakukan adalah pengukuran deskriptif terhadap parameter karakteristik subjek. Beberapa ukuran yang dianalisis antara lain mean rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum yang disajikan dalam tabel. Uji statistik hubungan antara indeks massa tubuh dan profil lipid dilakukan dengan uji Spearman dengan taraf kepercayaan 95. Hasil dan Pembahasan Status Gizi Subjek Subjek pada penelitian ini terdiri dari dua golongan usia, yaitu pralansia 45-59 tahun sebanyak 59 orang dua orang laki-laki dan 57 orang perempuan dengan rata-rata usia 53.56±3.91 tahun, serta golongan usia lansia 60-74 tahun sebanyak 57 orang tujuh orang laki-laki dan 50 orang perempuan dengan rata- rata usia 66.26±5.98 tahun. Proporsi subjek berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada pria. Hal ini sesuai dengan data statistik penduduk lanjut usia tahun 2014 BPS 2015 yang menyatakan bahwa proporsi lansia perempuan pada tahun 2014 lebih tinggi 1.11 dibanding proporsi lansia laki-laki. Selain itu angka harapan hidup wanita lebih tinggi 71.74 tahun daripada laki-laki 67.51 tahun sehingga keberadaan lansia perempuan akan lebih banyak daripada lansia laki-laki. Tabel 12 menunjukkan distribusi subjek berdasarkan IMT dan MNA. Sebagian besar lansia terkategori gizi baik berdasarkan skor MNA. Adapun IMT pada subjek pralansia yang tertinggi adalah kategori obesitas 38.9 sedangkan pada subjek lansia yang tertinggi adalah kategori normal 36.8. Namun demikian kedua kelompok subjek sama-sama memiliki persentase gizi lebih dan obesitas yang lebih tinggi dari data prevalensi nasional gizi lebih 13.5 dan prevalensi nasional obesitas 15.4 Balitbangkes 2013. Adapun rata-rata IMT untuk kedua kelompok usia relatif sama, yakni 25.7±4.2 pada pralansia dan 24.8±4.3 pada lansia. Tabel 12 Distribusi subjek berdasarkan status gizi Status Gizi Pralansia 59 orang Lansia 57 orang n n IMT KgM 2 Kurus 18.5 5 8.4 5 8.7 Normal 18.5-24.9 18 30.5 21 36.8 Lebih 25-26.9 13 22.0 16 28.1 Obes 27 23 38.9 15 26.3 MNA Malnutrisi 17.0 2 3.5 Beresiko Malnurisi 17.0 – 23.9 22 37.3 15 26.3 Gizi Baik ≥24.0 37 62.7 40 70.2 Lebih banyaknya jumlah subjek dengan IMT diatas normal menunjukkan beberapa kemungkinan, salah satunya karena keseimbangan kalori yang positif dan kurangnya aktivitas fisik Bays et al. 2013. Keseimbangan kalori yang positif menunjukkan bahwa energi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi tidak sebanding dengan pengeluaranpenggunaannya. Energi dalam tubuh digunakan untuk metabolisme basal serta aktivitas fisik lainnya. Jika subjek kurang beraktivitas fisik maka energi dalam tubuh akan disimpan sebagai glikogen dalam otot dan hati, atau disimpan sebagai lemak di jaringan adiposa Gropper et al. 2009. Hal tersebut dapat meningkatkan pelepasan asam lemak bebas sehingga terjadi dislipidemia Bays dan Ballantyne 2006. Hasil dari survey National Lipid Association menunjukkan bahwa IMT adalah salah satu faktor pencetus dislipidemia yang paling umum Bays 2009. Kamso 2007 juga menyatakan bahwa lansia dengan berat badan berlebih memiliki risiko empat kali lebih tinggi terkena sindrom metabolik dibandingkan dengan lansia normal, dan dislipidemia merupakan salah satu penanda metabolik sindrom. Oleh karena itu, untuk mencapai IMT yang normal, lansia dan pralansia perlu mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang seimbang serta melakukan aktivitas fisik yang cukup. Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS menganjurkan agar 60-75 kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat, 10-15 dari protein dan 10-25 dari lemak. Adapun aktivitas fisik disarankan oleh International Atherosclerosis Society AIS agar lansia melakukan aktivitas yang moderat sekurang-kurangnya selama 30 menit setiap hari Grundy et al. 2014. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur mampu mencegah terjadinya obesitas dan berpengaruh baik terhadap kadar lipoprotein darah Bays et al. 2013. Profil Lipid Subjek Tabel 13 menunjukkan distribusi subjek berdasarkan profil lipid. Persentase terbesar dari profil lipid yang tidak normal pada kedua kelompok subjek adalah kolesterol total Kolesterol total ≥ 200mgdl, disusul kolesterol LDL LDL ≥ 130mgdl, Trigliserida TG ≥ 150mgdl dan kolesterol HDL HDL ≤ 40mgdl. Sebagian besar subjek 40 memiliki kadar Kolesterol total di atas 200 mgdL, adapun rata-rata Kolesterol total dari keseluruhan subjek sebesar 198.7±38.6 mgdl. Nilai rata-rata ini merupakan ambang batas menuju ke tingkat Kolesterol total kategori tinggi. Rata-rata LDL dari keseluruhan subjek sebesar 119.0±33.2 mgdl dan terdapat 33.9 pralansia dan 38.6 lansia yang memiliki LDL di atas 130 mgdl. Fraksi LDL merupakan pengangkut utama kolesterol, sekitar 60 serum kolesterol berikatan dengan LDL. Asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol dapat menjadi salah satu penyebab tingginya kadar Kolesterol total dan LDL Song et al. 2015. Tabel 13 Distribusi subjek berdasarkan profil lipid Profil lipid mgdl Pralansia Lansia Kolesterol Total Normal ≤200 mgdl 59.3 52.6 Tinggi 200 mgdl 40.7 47.4 Rerata±SD 198.7±41.5 198.8±35.8 Trigliserida Normal ≤150 mgdl 69.5 77.2 Tinggi 150 mgdl 30.5 22.8 Rerata±SD 154.1±129.5 112.6±60.8 LDL Normal ≤130 mgdl 66.1 61.4 Tinggi 130 mgdl 33.9 38.6 Rerata±SD 116.9±35.0 121.0±31.5 HDL Normal ≥40 mgdl 69.5 80.7 Rendah 40 mgdl 30.5 19.3 Rerata±SD 53.8±9.4 55.3±8.1 Rata-rata trigliserida keseluruhan subjek adalah 133.6±103.3 mgdl dengan persentase subjek memiliki trigliserida di atas 130 mgdl sebanyak 30.5 pralansia dan 22.8 lansia. Menurut Shearer et al. 2012 dan Barrow et al. 2005 trigliserida dalam tubuh terbentuk selain dari de novo lipogenesis juga bersumber dari diet dan asam lemak tidak teresterifikasi. Trigliserida diangkut oleh Very Low Density Lipoprotein VLDL atau kilomikron ke jaringan tubuh sebagai sumber energi atau ke jaringan lemak untuk disimpan. Salah satu penyebab peningkatan trigliserida dalam darah adalah faktor genetik, kegemukan serta asupan karbohidrat sederhana yang berlebihan Almatsier 2004. Rata-rata kadar HDL keseluruhan subjek adalah 54.5±8.7mgdl dan sebanyak 30.5 pralansia dan 19.3 lansia memiliki kadar HDL rendah berdasarkan cut off point AIS ≤40 mgdl untuk laki-laki dan ≥50 mgdl untuk perempuan Grundy 2014. Nilai rata-rata kadar HDL lansia Posbindu Dahlia Senja masih perlu ditingkatkan hingga mencapai 60 mgdL sesuai dengan anjuran dari NCEP ATP III Cleeman 2001. Peningkatan kadar HDL dapat menurunkan risiko penyakit aterosklerosis. Hal ini karena fungsi dari HDL adalah sebagai pengangkut kolesterol dari jaringan kembali ke hati. Selain itu HDL juga mentransfer kolesterol yang tidak teresterifikasi yang menumpuk dalam sel dan lipoprotein dikembalikan ke hati dan kemudian diekresikan dalam bentuk garam empedu atau bile salt Gropper et al. 2009. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dislipidemia Kejadian dislipidemia pada penelitian ini berhubungan dengan status gizi, terlihat dari adanya korelasi positif signifikan antara IMT dengan TG dan MNA dengan kolesterol total Tabel 14. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kadar trigliserida darah atau kolesterol total. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian Hirakawa et al. 2016 yang meneliti tentang hubungan antara indeks massa tubuh dengan profil lipid sebagai resiko penyakit jantung koroner PJK di Asia Pasifik yang menunjukkan bahwa kelebihan berat badan memperburuk pengaruh trigliserida terhadap risiko PJK. Hirakawa et al. 2016 juga menyatakan bahwa perlu upaya yang lebih besar untuk dapat menurunkan kadar TG pada individu dengan status gizi lebih dan obes. Senada dengan hal tersebut, Vedala et al. 2006 dan Boullart et al. 2012 menyatakan bahwa salah satu sumber pembentuk trigliserida berasal dari makanan yang dikonsumsi. Ramasamy 2016 juga menyatakan bahwa selain metabolik sindrom dan diabetes tipe 2, IMT kategori obesitas merupakan salah satu komorbiditas yang meningkatkan kadar TG. Tabel 14 Hubungan profil lipid dengan status gizi Profil lipid IMT MNA Kolesterol total r = -0.063; p = 0.501 r = 0.264; p = 0.004 TG r = 0.201; p = 0.030 r = 0.015; p = 0.872 LDL r = -0.067; p = 0.473 r = 0.155; p = 0.096 HDL r = -0.004; p = 0.970 r = 0.111; p = 0.236 signifikan dengan p0.05 Taskinen 2003 menyatakan bahwa peningkatan kadar trigliserida juga merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kadar kolesterol HDL. Peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL adalah ciri dari dislipidemia. Prevalensi dislipidemia pada subjek penelitian ini sebesar 54.23 pada pralansia dan 63.15 pada lansia. Dewi et al. 2013 menyatakan bahwa penderita dislipidemia yang memiliki IMT yang tinggi akan berdampak pada peningkatan status inflamasi dalam tubuh yang ditandai dengan kadar C- reactive protein yang tinggi. Oleh karena itu, baik pralansia maupun lansia disarankan tetap menjaga status gizi dalam kategori normal sebagai salah satu upaya pencegahan dari efek negatif dislipidemia yang lebih lanjut, salah satunya faktor risiko penyakit atherosklerosis, stroke dan demensia Shanmugasundaram et al. 2010. Simpulan Sebagian besar sampel pralansia dan lansia memiliki skor MNA yang tinggi serta IMT diatas batas normal dan mengalami dislipidemia. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dislipidemia yang ditunjukkan oleh korelasi positif signifikan antara IMT dengan kadar trigliserida r=0.201; p=0.030, dan MNA dengan kolesterol total r=0.264; p=0.004. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi yang berlebih dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya dislipidemia.

5. STRES OKSIDATIF, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS

GIZI PRALANSIA DAN LANSIA HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI KOGNITIF Pendahuluan Proses penuaan dikaitkan dengan perubahan biokimia dan peningkatan produksi radikal bebas yang disebabkan oleh disfungsi mitokondria Sanz et al. 2006. Kerusakan pada DNA, protein dan lipid oleh radikal bebas meningkat seiring bertambahnya usia dan kerusakan tersebut terakumulasi dan berkontribusi terhadap kepikunan Semba et al. 2007. Perubahan-perubahan tersebut akan mengarah pada meningkatkan stres oksidatif yang berhubungan dengan berbagai kondisi patologis dan proses penyakit pada lansia. Salah satu penanda stres oksidatif adalah kadar peroksidasi lipid Ox-LDL dan produk turunannya berupa Malondialdehyde MDA Parthasarathy et al. 2010. Stres oksidatif merupakan salah satu ciri umum dari proses penuaan dan gangguan neurodegenerative termasuk penyakit Alzheimer Arimon et al. 2014. Alzheimer AD adalah gangguan neurodegenerative terkait usia yang secara klinis ditandai dengan hilangnya memori progresif dan penurunan kognitif yang bersifat irreversible. Terdapat sekitar 46 juta jiwa penderita Alzheimer di dunia. Sebanyak 22 juta jiwa diantaranya berada di Asia. Saat ini estimasi kejadian Alzheimer di United States pada tahun 2016 sebanyak 5.4 juta orang lansia terdiagnosa Alzheimer. Pada tahun 2050 kemungkinan jumlah tersebut meningkat menjadi tiga kali lipat Alzheimer ’s Association 2016. Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada lansia usia 65 tahun, tetapi dapat juga menyerang orang yang berusia sekitar 40 tahun. Estimasi jumlah penderita Alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapat 1 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 karena tren penderita Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya Kemenkes RI 2016. Penuaan berhubungan dengan penurunan performa aktivitas fisik. Aktivitas fisik diketahui dapat menjadi salah satu penangkal perubahan negatif yang berhubungan dengan bertambahnya usia. Lansia yang memiliki aktivitas fisik kategori aktiv memiliki kapasitas antioksidan yang lebih baik, sehingga kemungkinan terjadinya stres oksidatif dapat ditekan Solberg et al. 2013. Lansia juga perlu aktivitas fisik agar dapat menua aktiv. Selain itu aktivitas fisik juga bermanfaat dalam memperbaiki profil lipid dan penanda inflamasi. Adapun lansia yang tidak aktiv berisiko lebih besar mengalami penyakit degeneratif Coelho et al. 2014. Status gizi merupakan kondisi awal yang paling mudah dalam menentukan kesehatan seseorang. Deteksi dini terhadap kondisi status gizi pada lansia merupakan upaya yang penting dalam memperbaiki kesehatan lansia. Salah satunya dengan instrumen Mini Nutritional Assessment MNA. Instrumen MNA dirancang khusus untuk menilai status gizi lansia. Apabila skor MNA yang diperoleh ≥ 24, maka lansia dikategorikan sebagai well nourished, sedangkan jika skor 24 maka dikategorikan berisiko malnutrisi. Beberapa studi menemukan adanya hubungan antara status gizi dengan gangguan fungsional. Menurut Orsitto 2015 malnutrisi pada lansia merupakan permasalahan dunia. Status gizi yang buruk berhubungan dengan beberapa sindrom penuaan termasuk penurunan fungsi kognitif. Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif merupakan salah satu faktor penyebab penurunan fungsi kognitif yang selanjutnya akan meningkat menjadi Alzheimer dan penyakit demensia lainnya. Penurunan fungsi kognitif berdampak pada menurunnya aktivitas sosial sehari-hari, sehingga lansia menjadi tidak produktif dan memunculkan problem dalam kesehatan masyarakat yang berdampak pada meningkatnya pembiayaan keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, penelitian tentang stres oksidatif, aktivitas fisik dan status gizi terkait dengan penurunan fungsi kognitif sebagai salah satu risiko penyakit Alzheimer perlu dilakukan baik pada kelompok usia lansia maupun pralansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penanda stres oksidatif berupa peroksidasi lipid Ox-LDL dan Malondialdehyda MDA, aktivitas fisik serta status gizi kaitannya dengan fungsi kognitif pada pralansia dan lansia. Metode Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 di Posbindu Dahlia Senja Kecamatan Limo Kota Depok. Analisis ox-LDL dan MDA darah dilakukan di Laboratorium Faal Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pengujian fungsi kogntif dilakukan oleh psikolog profesional bertempat di kantor Kelurahan Limo Kota Depok. Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Subjek penelitian adalah lansia dan pralansia anggota Posbindu Dahlia Senja yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1 pria atau wanita berusia 45-74 tahun, 2 dislipidemia, 3 dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri serta 4 tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Terdapat sebanyak 116 lansia yang bersedia menjadi subjek penelitian, namun hanya 75 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Perhitungan minimal sampel berdasarkan rumus berikut : n = Z1- α 2 p x q d 2 Keterangan : Z1- α = deviasi tingkat kepercayaan 1.96 p = prevalensi sindrom metabolik lansia Indonesia Kamso 2007 14.9 q = 1- p d = penyimpangan sampel terhadap populasi 10 Berdasarkan perhitungan rumus tersebut diperoleh minimal sampel sebanyak 49 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data karakteristik subjek dan data biokimia darah Tabel 15. Data karakteristik subjek mencakup biodata umur, jenis kelamin, aktivitas fisik yang diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, data antropometri yang terdiri dari berat badan BB tinggi badan TB, lingkar lengan atas LILA dan lingkar betis. Adapun data biokimia darah mencakup penanda stres oksidatif yaitu LDL- teroksidasi Ox-LDL dan Malondialdehyde MDA. Pengukuran antropometri TB menggunakan alat ukur microtoise ketelitian 0,1 cm, BB menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg, adapun LILA dan lingkar betis diukur dengan menggunakan pita meteran dengan ketelitian 0.1cm. Pengukuran TB, BB, LILA dan lingkar betis dilakukan untuk menentukan status gizi berdasarkan Mini Nutritional Assessment MNA. Tabel 15 Jenis dan cara pengukuran atau pengumpulan data tahap 2 No Data Cara Pengukuran atau pengumpulan 1. Identitas subjek Wawancara dengan lansia menggunakan kuesioner 2. Pengkuran antropometri - Berat badan BB - Tinggi badan TB - Lingkar lengan atas LILA dan lingkar betis Penimbangan dengan timbangan berat badan injak analog, dengan ketelitian 0.1 kg Pengukuran TB dengan microtoise, dengan ketelitian 0.1 cm Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita meteran ketelitian 0.1 cm 3. Status gizi Menghitung IMT dan MNA 4. MDA Metode spektrofotometer 5. Ox-LDL metode enzyme immunoassay 6. Fungsi Kognitif Fungsi atensi dan memori visual dengan menggunakan uji Digit Span Backward dan ROCF Pengambilan sampel darah dilakukan secara serentak pada pagi hari pukul 07.00-08.00. Subjek diminta untuk berpuasa minimal 10 jam sebelumnya. Sampel darah yang diambil sebanyak 5 ml melalui pembuluh vena mengunakan disposable syringe. Sampel darah dimasukan dalam tabung dalam ice box dan segera dibawa ke Laboratorium untuk mendapatkan serum darah. Serum darah dalam keadaan beku dibawa ke Laboratorium Faal Biokimia FKUB untuk di analisis ox-LDL dengan menggunakan Elisa Reader dan analisis MDA dengan menggunakan Spektrofotometri. Pengukuran fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan uji Digit Span Backward dan Rey-Osterrieth Complex Figure ROCF. Digit span adalah tes untuk menilai atensi, konsentrasi dan kinerja memori jangka pendek verbal yang secara rutin digunakan dalam studi psikologi, baik sebagai tes yang berdiri sendiri atau sebagai bagian dari rangkaian penilaian psikologis Jones 2015. Tes ROCF digunakan secara luas dalam penilaian neuropsikologis, terutama ketika menilai organisasi perseptual, kemampuan konstruksi visiospatial, dan memori visual. Gambar tes ROCF yang komplek mencerminkan fungsi eksekutif seperti kemampuan perencanaan dan organisasi selain fungsi kognitif visual Ogino