Mini Mental State Examination MMSE

organisasi selain fungsi kognitif visual Ogino et al. 2009. Terdapat dua tahapan uji menggambar ROCF Taylor 1969, yang sebelumnya subjek berlatih dengan menyalin gambar terlebih dahulu. Uji tahap pertama subjek diminta menggambar ROCF dilembar terpisah segera setelah latihan menyalin. Uji tahap kedua setelah jeda selama 30 menit, subyek diminta menggambarkan kembali gambar ROCF. Tabel 29 menunjukkan bahwa terdapat perubahan skor yang signifikan antara pre dan post. Terjadi peningkatan skor ROFC pada semua perlakuan secara signifikan p0.05, kecuali perlakuan plasebo. Namun setelah diuji lanjut Duncan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan skor ROCF antar perlakuan. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa pemberian minyak ikan lele dan biskuit lele baik diberikan secara terpisah maupun bersama-sama dapat meningkatkan skor ROCF subjek. Tabel 29 Memori visual subjek berdasarkan perlakuan pre-post intervensi Memori visual ROCF Kelompok Perlakuan p-value P CO CB CBCO Immediate pre 8.10±7.76 11.90±8.86 8.31±7.71 7.76±5.87 post 9.26±8.41 15.20±10.72 12.06±8.57 13.58±6.48 P-value 0.415 0.016 0.014 0.000 delta 1.167 3.300 3.750 5.824 0.072 Recall pre 8.20±7.53 11.66±9.06 8.31±6.85 7.58±4.93 post 8.72±8.51 14.63±11.38 11.09±7.41 12.14±6.08 P-value 0.718 0.022 0.037 0.000 delta 0.520 2.967 2.781 4.559 0.108 signifikan dengan p0.05 P = Plasebo, CO=Catfish Oil minyak ikan lele, CB=Catfish Biscuit biskuit lele, CBCO=Catfish Oil+Catfish Biscuit minyak ikan lele+biskuit lele Fungsi memori berjalan dengan melibatkan system yang komplek yakni meregistrasi, menyimpan, menahan dan mendapatkan kembali paparan sebelumnya terhadap suatu hal atau pengalaman. pengujian fungsi memori visual dilakukan dengan instrument gambar ROCF sehingga tidak memerlukan syarat minimal pendidikan. Adapun standar skor minimal untuk uji ROCF adalah sembilan, skor dibawah angka sembilan tidak dapat di interpretasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor ROCF pada baseline berada dibawah angka Sembilan dan pada saat endline skor ROCF berada di atas angka sembilan kecuali perlakuan placebo. Perbaikan skor ROCF pada perlakuan minyak ikan dan biskuit lele baik dalam kondisi bersamaan maupun tunggal dimungkinkan karena terkait dengan penurunan kadar MDA pada kelompok tersebut. Lebih khusus untuk kelompok perlakuan CBCO peningkatan skor ROCF paling tinggi dibandingkan dengan kelompok CO dan CB, hal ini dimungkinkan karena selain pada kelompok tersebut terjadi penurunan MDA juga adanya perbaikan kadar TG dan kemampuan menahan peningkatan kadar ox-LDL.

4. Trail Making Test TMT

Trail Making Test TMT adalah salah satu tes neuropsikologi yang paling umum digunakan dalam praktek klinis Cangoz et al. 2009 untuk mengukur fungsi eksekutif, hal ini dikarenakan instrumen ini sensitif terhadap kerusakan otak. Fungsi eksekutif terkait dengan peran lobus frontal. Adapun peran lobus frontal mencakup daya ingat working memory, perhatian kompleks complex attention, perencanaan planning, pengalihan set kognitif cognitive set shifting, penghambatan respon response inhibition, pemecahan masalah problem solving dan fungsi eksekutif executive functions. Oleh karena itu jika terjadi kerusakan pada lobus frontal maka akan terjadi penurunan fungsi eksekutif dan berakibat pada perubahan tingkah laku. Pengujian fungsi eksekutif dengan menggunakan instrument TMT-B memerlukan prasyarat minimal pendidikan. Subjek harus memiliki kemampuan baca tulis dan hitung. Terdapat dua jenis uji TMT yaitu TMT-A dan TMT-B. Uji TMT-B menugaskan subjek untuk menghubungkan garis yang bergantian antara angka dan huruf contoh : 1, A, 2, B, 3, C, dst secara benar sesuai instruksi. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan uji merupakan skor TMT-B. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah uji TMT-B karena subjek merupakan golongan usia dewasa. Skor hasil uji TMT-B dikategorikan menjadi normal dan tidak normal. Parameter status subjek yang dikategorikan fungsi kognitif normal ditentukan berdasarkan usia dan lamanya waktu penyelesaian uji TMT-B, sebagai berikut : a umur 40- 49 ≤ 100 detik, b umur 50-59 ≤ 135 detik, c umur 60- 69 ≤ 170 detik, d umur 70-79 ≤ 280 detik Nasrun 2007. Hasil uji TMT-B pada Tabel 30 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor TMT-B berdasarkan perlakuan yang diberikan. Namun terdapat korelasi faktor demografis subjek terhadap skor TMT- B. Faktor usia signifikan berkorelasi pada skor baseline r=-0.24; p=0.05, sedangkan faktor pendidikan signifikan berkorelasi pada skor endline r=0.411; p=0.00. Hal ini sesuai dengan Tombaugh 2004 yang menyatakan adanya korelasi antara variabel demografis usia serta pendidikan terhadap skor TMT. Tabel 30 Sebaran subjek berdasarkan fungsi eksekutif pada pre-post intervensi Fungsi eksekutif TMT-B Kelompok Perlakuan p-value P CO CB CBCO Pre 0.89 0.82 Standar 6.67 7.69 Substandar 100 93.33 92.31 100 post Standar 8.33 26.67 23.07 14.28 Substandar 91.67 73.33 76.93 85.72 P = Plasebo, CO=Catfish Oil minyak ikan lele, CB=Catfish Biscuit biskuit lele, CBCO=Catfish Oil+Catfish Biscuit minyak ikan lele+biskuit lele Lezak 1995 menyatakan bahwa fungsi eksekutif berhubungan dengan empat komponen yakni kemauan, perencanaan, tindakan yang memiliki tujuan dan pelaksanaan yang efektif. Setiap komponen terlibat dalam rangkaian kegiatan yang terkait dengan tingkah laku. Oleh karena itu diperlukan lebih dari sebuah intervensi pemberian suplemen biskuit dan minyak ikan untuk dapat meningkatkan skor TMT-B secara signifikan. Hal yang dapat dilakukan antara lain dengan intervensi secara holistic dari aspek kesehatan jasmani, social dan spiritual.