INTERVENSI BISKUIT DAN MINYAK IKAN LELE
-
Minyak Ikan Lele
Minyak ikan lele yang digunakan berasal dari hasil penepungan ikan lele yang terjamin hygiene dan sanitasinya. Kandungan asam lemak dari softgell
minyak ikan lele disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Kandungan asam lemak minyak ikan lele Srimiati 2016
Jenis Asam Lemak Jumlah
Patin Lele
Saturated Fatty Acid SFA 39.47
26.48 Mono Unsaturated Fatty Acid
MUFA 35.39
32.53 Poly Unsaturated Fatty Acid PUFA
11.93 19.76
sumber Isnaini 2013
Pemberian minyak ikan lele yang mengandung PUFA dan MUFA yang cukup tinggi untuk jenis ikan air tawar, ditujukan untuk memperbaiki profil lipid
lansia. Total kandungan asam lemak tak jenuh MUFA + PUFA pada minyak ikan lele sebesar 52.29 lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan asam
lemak tak jenuh pada ikan patin yakni sebesar 47.39 Isnaini 2013 dengan daya simpan hingga 23 bulan Kusharto et al. 2015. Tingginya kandungan asam lemak
esensial pada minyak ikan lele dapat menjadi alternatif suplemen yang menyehatkan bagi lansia.
Peralatan yang digunakan selama intervensi adalah mikrotoise ketelitian 0,1 cm, timbangan berat badan ketelitian 0,1 kg, peralatan distribusi biskuit dan
minyak ikan lele, serta peralatan untuk pengambilan darah dan analisis serum profil lipid dan penanda stres oksidatif subjek.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1 Pria atau Wanita dengan usia 45-74 tahun, 2 Salah satu profil lipid darah tidak normal
kolesterol total 200 mgdL, kolesterol-LDL 130 mgdL, trigliserida 150 mgdL, kolesterol-HDL 40 mgdL, 3 Tidak demensia, 4 Menandatangani
informed consent.
Jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan rumus Lemeshow dan David, 1997 sbb :
Keterangan: n = besar sampel minimum
Z
1- 2
= nilai distribusi normal baku tabel Z pada = 0.05 1.96
Z
1-
= nilai distribusi normal baku tabel Z pada = 0.10 1.28
2
= standar deviasi
-
a
= selisih nilai mean yang diteliti dengan mean kontrol Banyaknya sampel yang diperlukan dengan power test 90 dan p0.05
berdasarkan perbaikan kadar LDL pada penelitian Utari 2011 dengan
=7.8 dan
a
= -14.1 minimal diperlukan 12 orang sampel. Untuk mengantisipasi drop out jumlah sampel ditambahkan enam orang sehingga menjadi 18 orang sampel pada
2
setiap perlakuan. Terdapat 4 jenis perlakuan 1 Plasebo P, 2 minyak ikan lele CO, 3 Biskuit lele CB, 4 Biskuit lele plus minyak ikan lele CBCO.
Tahapan Penelitian
Tahap pertama memilih target subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi berdasarkan data keanggotaan Posbindu Dahlia Senja, kemudian mengundang
target subjek pada kegiatan sosialisasi penelitian, menjelaskan manfaat yang akan diperoleh subjek dan mengajukan informed consent bagi target subjek yang
bersedia mengikuti penelitian. Tahap selanjutnya peneliti mengundang kehadiran target subjek pada kegiatan pengambilan sampel darah. Target subjek yang
bersedia diambil darahnya tercatat sebagai subjek penelitian, selanjutnya diwawancara terkait data demografis, konsumsi pangan serta diukur tinggi badan
dan berat badan. Hanya subjek yang memiliki data lengkap yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data karakteristik responden yang mencakup : biodata, konsumsi pangan, dan ukuran
antropometri berat badan dan tinggi badan, data fungsi kognitif yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination MMSE, Digit
Span Backward, Rey-Osterrieth Complex Figure ROCF dan Trail Making Test- B TMT-B serta data yang dihasilkan dari analisis biokimia darah yaitu profil
lipid Total Kolesterol, Trigliserida, Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL dan penanda stres oksidatif MDA dan LDL-teroksidasi. Jens dan cara pengumpulan
data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Jenis dan cara pengukuran atau pengumpulan data tahap 3
No Data
Cara Pengukuran atau pengumpulan
Frekuensi
1. Identitas subjek
Wawancara dengan lansia menggunakan kuesioner
Satu kali pre 2.
Konsumsi Pangan FFQ dan Food Recal 2 x 2x24
jam dua kali pre-post
3. Status gizi dan
antropometri -
Berat badan BB
- Tinggi badan TB
- Lingkar lengan atas
LILA dan lingkar betis
- Status gizi
Penimbangan dengan timbangan berat badan injak analog, dengan
ketelitian 0.1 kg Pengukuran TB dengan
microtoise, dengan ketelitian 0.1 cm
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita meteran
ketelitian 0.1 cm Ditentukan berdasarkan IMT dan
MNA dua kali pre-post
dua kali pre-post dua kali pre-post
dua kali pre-post
4. Profil lipid Total
Kolesterol, LDL, HDL, Trigliserida
metode enzymatic colorimetric test
dua kali pre-post
Tabel 22 Jenis dan cara pengukuran atau pengumpulan data tahap 3 lanjutan
No Data
Cara Pengukuran atau pengumpulan
Frekuensi
5. MDA
Metode spektrofotometer dua kali pre-post
6. Ox-LDL
metode enzyme immunoassay dua kali pre-post
7. Fungsi Kognitif
MMSE, ROCF, Digit Span Backward, dan TMT-B
dua kali pre-post
Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang pertama dilakukan adalah pengukuran diskriptif
terhadap beberapa parameter seperti karakteristik individu dan sosial ekonomi. Beberapa ukuran yang dianalisis antara lain: mean rata-rata, standar deviasi,
nilai minimum, dan nilai maksimal. Uji statistik parameter biokimia darah dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah menguji distribusi
sebaran normalitas data dengan menggunakan Uji Kosmogorov Smirnov. Jika p 0.05 maka sebaran data tergolong terdistribusi normal. Untuk mengetahui
perubahan kadar biokimia darah sebelum dan setelah intervensi pada masing- masing perlakuan menggunakan paired-test, adapun untuk membandingkan antara
kelompok perlakuan dan kontrol digunakan uji ANOVA.
Hasil dan Pembahasan Karakteristik Subjek
Subjek penelitian dengan data yang lengkap berjumlah 67 orang. Tabel 23 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan karakteristik yang meliputi usia,
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik dan IMT. Hasil uji statisktik menunjukkan tidak terdapat perbedaan karakteristik subjek yang nyata p0.05 antara setiap
kelompok perlakuan. Rata-rata usia subjek adalah 59.6±7.2 tahun. Sebagian besar aktivitas subjek sehari-hari adalah melakukan pekerjaan domestik rumah tangga
seperti membersihkan rumah, memasak dan menjaga cucu. Adapun subjek yang bekerja di luar rumah sebagian besar merupakan pekerjaan yang tidak
membutuhkan aktivitas fisik yang berat. Contohnya guru, pegawai kantoran, dan menjaga warung.
Tabel 23 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik
Variabel Kelompok Pelakuan
p-value P
CO CB
CBCO Usia tahun
62.6±6.92 57.9±9.02
59.2±5.93 58.6±6.59
0.24 Pendidikan terakhir
1.76±0.43 1.94±0.25
1.87±0.35 1.83±0.38
0.59 Pekerjaan
1.41±0.50 1.22±0.44
1.44±0.62 1.39±0.60
0.77 Aktivitas fisik
1.70±0.16 1.66±0.07
1.64±0.18 1.60±0.11
0.24 IMT
27.28±4.52 26.61±4.10
23.77±5.83 26.44±2.21
0.11 Ket : P = Plasebo, CO=Catfish Oil minyak ikan lele, CB=Catfish Biscuit biskuit lele,
CBCO=Catfish Oil+Catfish Biscuit minyak ikan lele+biskuit lele
Tingkat pendidikan subjek sebagian besar menempuh pendidikan setingkat sekolah dasar. Data BPS 2015 melaporkan bahwa pada umumnya lansia
memiliki pendidikan rendah. Lebih dari setengah 56.8 penduduk lansia tidak
memiliki ijazah pendidikan apapun. Bekal pendidikan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan potensi kehidupan lansia, agar tetap produktif dan berperan aktiv
dilingkungan masyarakat. Kemampuan baca tulis, tingkat ijazah yang dimiliki, serta pengalamannya menempuh pendidikan formal, dapat menjadi ukuran
kesiapannya dalam menjalani hari tua.
Aktivitas fisik subjek diukur dengan nilai Physical Activity Level PAL. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas subjek berada pada level ringan hingga
sedang PAL 2 dan tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. IMT subjek diukur pada saat awal dan akhir penelitian. Hasil menunjukkan bahwa adanya
tidak ada perbedaan nilai IMT antar perlakuan. Subjek penelitian rata-rata memiliki IMT pada rentang gizi lebih
IMT ≥ 25 hanya kelompok perlakuan CB yang memiliki rata-rata IMT 25. Kategori gizi lebih dan obes merupakan salah
satu faktor risiko penyakit degenerative. Gizi lebih dan obesitas semakin meningkat baik di negara maju maupun di
negara berkembang Flegal et al. 2010, dan WHO 2014. Lebih dari satu milyar orang dewasa di dunia mengalami kelebihan berat badan. Penelitian Hirakawa et
al. 2016 melaporkan bahwa berat badan yang berlebih memperburuk pengaruh trigliserida terhadap penyakit kardiovaskular dan diperlukan upaya yang lebih
besar untuk menurunkan TG pada individu yang mengalami gizi lebih dan obesitas.
Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Survey konsumsi pangan subjek dilakukan dengan menggunakan Food Frequency Questionnaires FFQ dengan mendata kebiasaan makan satu bulan
sebelum penelitian berlangsung. Berdasarkan Nusanti 2015 subjek lansia di Posbindu Dahlia Senja memiliki frekuensi makan yang cukup baik yakni tiga kali
sehari serta terbiasa sarapan pagi. Sumber pangan karbohidrat yang paling sering dikonsumsi oleh subjek yaitu nasi putih dengan frekuensi 3 kalihari. Pangan
hewani yang paling sering dikonsumsi adalah telur ayam dengan frekuensi 4 kaliminggu dan daging ayam 3 kaliminggu. Sumber protein nabati yang sering
dikonsumsi oleh subjek adalah tahu dan tempe yang berasal dari olahan kacang kedelai dengan frekuensi 2 kalihari.
Jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh subjek adalah wortel dan buncis dengan frekuensi 5 kaliminggu. Sayuran lainnya yang dikonsumsi subjek
adalah bayam, kangkung, kacang panjang, labu hijau, nangka muda dan timun. Konsumsi buah-buahan yang paling sering adalah jeruk dengan frekuensi 3
kaliminggu. Selain itu subjek juga mengonsumsi pisang, semangka dan melon. Pangan sumber lemak dan susu yang paling sering dikonsumsi adalah susu bubuk
dengan frekuensi 1 kalihari dan minyak kelapa sawit dengan frekuensi 2 kalihari. Secara umum konsumsi buah dan sayur subjek sebagian besar masih dalam
kategori kurang Nusanti 2015. Hal ini berimplikasi pada rendahnya asupan serat dan sumber antioksidan yang sebagian besar bersumber dari buah dan sayur.
Tingkat kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan data survey konsumsi menggunakan metode Food Recall 2x24 jam. Tabel 24 menunjukkan data rata-
rata persentase kecukupan energi dan zat gizi makro yang berbeda secara signifikan antara baseline dengan endline dalam kelompok perlakuan. Sebelum
penelitian berlangsung asupan gizi subjek tergolong rendah untuk seluruh komponen zat gizi makro rata-rata kurang dari 70. Namun saat penelitian
berlangsung asupan gizi subjek mengalami peningkatan bahkan angka kecukupan lemak mencapai 100. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh dari edukasi
gizi yang diberikan pada awal pemberian makanan intervensi. Walaupun demikian tidak ada perbedaan tingkat kecukupan zat gizi yang signifikan antar
kelompok perlakuan, artinya rata-rata subjek pada semua perlakuan sama-sama mengalami peningkatan asupan gizi, sehingga dapat dikatakan bahwa konsumsi
pangan subjek selama masa intervensi sebanding.
Tabel 24 Persen kecukupan gizi harian berdasarkan kelompok perlakuan
Variabel Kelompok Perlakuan
P CO
CB CBCO
P-value ANOVA
Energi kkal Baseline
63.1±22.9 59.9±21.6
55.0±11.9 55.3±10.9
0.507 Endline
86.0±26.2 83.6±25.4
78.1±21.4 85.5±18.4
0.772 P-value
0.000 0.008
0.000 0.000
Protein g Baseline
62.0±17.1 62.0±18.0
64.4±15.6 65.2±22.2
0.942 Endline
93.3±20.8 86.7±26.8
81.2±21.1 101.0±35.1
0.179 P-value
0.000 0.014
0.006 0.001
Lemak g Baseline
73.5±30.0 68.9±44.1
58.6±23.9 58.6±21.0
0.420 Endline
117.1±43.4 124.0±55.2
101.6±31.7 118.7±36.5
0.510 P-value
0.000 0.001
0.000 0.000
Karbohidrat g Baseline
59.0±28.9 55.6±17.3
52.2±17.4 52.9±16.0
0.779 Endline
72.8±24.7 67.3±20.7
68.7±23.3 72.3±20.6
0.884 P-value
0.033 0.091
0.000 0.007
P = Plasebo, CO=Catfish Oil minyak ikan lele, CB=Catfish Biscuit biskuit lele, CBCO=Catfish Oil+Catfish Biscuit minyak ikan lele+biskuit lele
Zat gizi dan pola makan berperan dalam menurunkan risiko penyakit degenerative. Pedoman umum gizi seimbang PUGS di Indonesia telah
dikembangkan sebagai acuan agar masyarakat dapat mengatur pola makan yang berkualitas sehingga zat gizi yang dibutuhkan dapat dipenuhi setiap hari. Pada
penelitian pemberian suplementasi, asupan gizi dari pola makan sehari-hari dapat menjadi faktor perancu pada outcome penelitian. Oleh karena itu dengan tidak
berbeda signifikan tingkat kecukupan gizi diantara kelompok perlakuan mendukung outcome yang dihasilkan merupakan pengaruh dari pemberian
intervensi suplemen biskuit dan minyak ikan lele.
Pengaruh Intervensi terhadap Profil lipid
Kadar kolesterol total TC meningkat pada semua perlakuan, namun peningkatan yang signifikan terjadi pada perlakuan tanpa minyak ikan lele P dan
CB Tabel 25. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan minyak ikan lele mampu menekan peningkatan kadar TC sehingga peningkatannya pada
perlakuan minyak ikan lele tidak signifikan. Namun setelah dilakukan uji ANOVA, tidak terdapat perbedaan nilai delta kadar TC yang signifikan antar
perlakuan.
Kadar trigliserida TG mengalami penurunan pada perlakuan minyak ikan lele CO dan CBCO, sedangkan pada perlakuan tanpa minyak ikan P dan CB
terjadi peningkatan kadar TG. Uji ANOVA menunjukkan bahwa data delta kadar TG berbeda signifikan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kadar TG yang signifikan
berbeda adalah antara perlakuan placebo P dengan perlakuan minyak ikan lele CO dan CBCO. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan lele secara
tunggal maupun bersama dengan biskuit lele sigifikan menurunkan kadar TG p =0.014 dibandingkan dengan plasebo. Kadar LDL meningkat pada semua
perlakuan namun peningkatan yang signifikan hanya pada perlakuan plasebo. Uji ANOVA menunjukkan delta kadar LDL disetiap kelompok perlakuan tidak
berbeda signifikan. Kadar HDL mengalami peningkatan pada semua perlakuan, kecuali perlakuan CO terdapat sedikit penurunan, namun peningkatan maupun
penurunan tersebut tidak signifikan
Tabel 25 Kadar profil lipid berdasarkan perlakuan pre-post intervensi
Profil Lipid Kelompok Perlakuan
P-value P
CO CB
CBCO ANOVA
TC Pre
213.06±41.06 218.93±31.04 196.88±44.38
210.89±32.77 Post
238.06±46.91 228.07±48.73 217.56±48.07
225.56±19.55 P-value paired test
0.002 0.284
0.023 0.058
delta 25.00
8.67 11.42
14.67 0.354
TG Pre
132.43±61.55 118.31±66.08 108.71±52.73
135.13±54.64 Post
146.14±51.64 113.50±32.59 137.50±73.09
125.50±51.35 P-value paired test
0.037 0.383
0.082 0.049
delta 30.85
b
-15.42
a
15.23
ab
-14.29
a
0.014 LDL
Pre 125.94±39.00 136.13±24.83
113.56±35.18 127.39±27.14
Post 140.25±43.06 146.94±39.92
123.27±42.89 139.28±19.60
P-value paired test 0.031
0.147 0.105
0.086 delta
16.80 6.61
10.33 11.88
0.734 HDL
Pre 53.12±8.09
55.13± 8.72 56.25±11.47
57.00±9.01 Post
60.00±10.31 54.06±14.72
58.75±9.34 59.94±8.05
P-value paired test 0.109
0.841 0.485
0.449 delta
3,538 -0.,867
2,500 2,063
0.812 signifikan dengan p0.05;
a, b,
huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada p0.05
P = Plasebo, CO=Catfish Oil minyak ikan lele, CB=Catfish Biscuit biskuit lele, CBCO=Catfish Oil+Catfish Biscuit minyak ikan lele+biskuit lele
Hasil penelitian ini sesuai dengan Oelrich et al. 2013 yang menyatakan bahwa suplementasi minyak ikan memberikan manfaat dalam menurunkan
konsentrasi TG dalam darah. Gidding et al. 2014 juga menyatakan bahwa dalam studinya pemberian suplemen minyak ikan dengan dosis 4 ghari dapat
menurunkan jumlah partikel VLDL. Mekanisme penurunan kadar TG dimungkinkan hasil dari penurunan produksi VLDL.
Pengaruh Intervensi terhadap Penanda Stres Oksidatif
Berdasarkan teori radikal bebas, stres oksidatif merupakan kerusakan oksidatif yang berasal dari molekul yang berbahaya yang terakumulasi secara
terus-menerus sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pro-oksidan dengan antioksidan Padurariu et al. 2010. Peroksidasi lipid menghasilkan berbagai
produk akhir yang relatif stabil dan sebagian besar produk berupa aldehyde misalnya MDA. Bukti-bukti penelitian menyatakan bahwa produk turunan
peroksidasi lipid mampu membentuk adduct dengan DNA dan protein yang mempercepat penurunan fungsi otak Carini et al. 2004. Peroksidasi lipid dalam
plasma juga dapat menghambat tingkat fluiditas membran dan memicu inaktivasi membrane-bound reseptor atau enzim Yehuda et al. 2002.
Tabel 26 Penanda stres oksidatif berdasarkan perlakuan pre-post intervensi
Stres Oksidatif Kelompok Perlakuan
P-Value P
CO CB
CBCO ANOVA
MDA ngml Pre
232.96±38.90 261.33±41.97
251.71 ±31.91 266,78±47.90
Post 222.25±19.28
219.33±19.42 223.14±22.52
227,25±24.23 P-value
0.308 0.003
0.024 0.022
delta -10.71
-42.00 -28.57
-39.53 0.293
Ox-LDL pgml Pre
643.01±124.08 576.13±146.67
591.28±122.96 681.27±169.58
Post 801.43±144.67
759.91±152.61 792.23±140.38
761.14±139.33 P-value
0.007 0.009
0.000 0.153
delta 158.42
183.78 200.95
79.87 0.369
signifikan dengan p0.05 P = Plasebo, CO=Catfish Oil minyak ikan lele, CB=Catfish Biscuit biskuit lele, CBCO=Catfish
Oil+Catfish Biscuit minyak ikan lele+biskuit lele
Kadar MDA pada setiap perlakuan mengalami penurunan, namun yang signifikan pada perlakuan pemberian minyak ikan maupun biskuit lele CO, CB,
CBCO. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak berbeda signifikan antar perlakuan. Hal sebaliknya terjadi dengan kadar Ox-LDL yang
meningkat signifikan pada perlakuan tunggal P, CO, CB, namun pada perlakuan CBCO peningkatan ox-LDL tidak signifikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
perlakuan CBCO memiliki kecenderungan untuk menekan peningkatan kadar ox- LDL. Hasil uji ANOVA, delta kadar Ox-LDL tidak berbeda signifikan antar
setiap perlakuan Tabel 26.
Pada penelitian ini, walaupun terjadi peningkatan ox-LDL namun jumlah MDA menurun. Hal ini mungkin terjadi karena tubuh memiliki pertahanan alami
berupa antioksidan. Valtaena et al. 2007 menyatakan bahwa antioksidan merupakan molekul yang dapat mencegah efek negatif dari proses oksidasi serta
menjaga sel dan jaringan tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Pipingas et al. 2015 menyatakan bahwa minyak ikan dapat menurunkan tingkat stres oksidatif
pada subjek usia dewasa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Beltowski et al. 2000 yang menyatakan bahwa diet tinggi antioksidan dapat menurunkan kadar
MDA. Penelitian Leea et al. 2013 menunjukkan bahwa peroksidasi lipid terjadi lebih tinggi pada penderita gangguan kognitif ringan mild cognitive
immpairmentMCI dan ketidakseimbangan oksidatif tersebut dapat sebagai penyebab penurunan kognitif pada lansia. Tingginya asupan EPA DHA
menurunkan peroksdasi lipid pada lansia penderita MCI.
Mekanisme yang dilakukan oleh omega-3 PUFA dalam mencapai efek protektif dari oksidasi belum diketahui dengan pasti. Salah satu mekanisme yang
dimungkinkan adalah DHA mampu mempercepat produksi enzim antioksidan endogen Yavin et al. 2002, yang berperan dalam aktivasi sistem pertahanan
antioksidan dan merangsang otak dalam aktivitas katalisasi dan glutation peroksidasi Hossain et al. 1999. Selain itu, DHA penting untuk regulasi
transmisi neuron dengan memelihara integritas struktur membran sel neuron, melemahkan aktivitas beta-amiloid, menurunkan inflamasi dan kolesterol, dan
menghambat sekresi sitokin pro-inflamasi Cunnane et al. 2009. Studi Richard et al. 2008 melaporkan bahwa PUFA secara tidak langsung mampu berperan
sebagai antioksidan dengan menurunkan produksi reactive oxygen species ROS dan superoxide SOD scavenging.
Pengaruh Intervensi terhadap Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan instrument MMSE, Digit Span Backward, ROCF dan TMT-B.