Rendahnya keuntungan petambak Desain Kebijakan Pengelolaan Terpadu Mangrove Dan Perikanan (Studi Kasus Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)

141 No. Sub elemen Sumber Keterangan T3 Meningkatkan RTH Ruang Terbuka Hijau RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031, Diksusi mendalam Tujuan ekologi dan ekonomi sebagai wujud pemanfaatan ruang untuk RTH RTRW Kabupaten Indramayu 2011- 2031. Dari sisi konservasi lingkungan, isu pemanasan global memberikan pengaruh yang besar terhadap kebijakan penataan ruang di Kabupaten Indramayu. Dengan adanya isu tersebut, tentu kebijakan penataan ruang yang dihasilkan harus sejalan dengan konservasi dan preservasi lingkungan, serta upaya- upaya mitigasi bencana RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031. Dengan demikian meningkatnya RTH berkontribusi terhadap solusi global warming . T4 Meningkatkan pendapatan petambak Diksusi mendalam, Analisis data Perhutani memiliki lahan seluas 8.071 ha yang pengelolaannya ditujukan untuk kepentingan lingkungan dan masyarakat social forestry. Dengan adanya mangrove diharapkan produksi tambak dapat berkelanjutan. T5 Meningkatkan pendapatan nelayan Diksusi mendalam, Analisis data Mangrove mempunyai manfaat tidak langsung dengan memasok jenis-jenis ikan tertentu. Adanya keterkaitan mangrove dengan perikanan tangkap dapat dibuktikan dengan adanya mangrove, maka hasil tangkapan nelayan dapat meningkat dan kontinu. T6 Mendukung pengembangan kawasan minapolitan RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031, Diksusi mendalam Kepmen KKP No.322010. Konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi. Minapolitan Eretan, Minapolitan Karangsong; Minapolitan Cemara T7 Mendukung ekowisata mangrove RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031, Diksusi mendalam Keterkaitan mangrove dengan jasa ekowisata. Pengembangan ekowisata dilakukan melalui program penataan obyek wisata alam RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031 T8 Meningkatkan pendapatan daerah Diksusi mendalam Dengan meningkatnya pendapatan petani dan nelayan secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah melalui retribusi. T9 Terbukanya lapangan pekerjaan Diksusi mendalam Manfaat tidak langsung dengan adanya pengelolaan mangrove. 142 Hasil analisis ISM untuk elemen tujuan kebijakan yang berupa plot dari masing-masing subelemen disajikan pada Gambar 34 dan struktur hirarki dari masing-masing subelemen dapat dilihat pada Gambar 35. Gambar 34 Matriks driver-dependence power untuk elemen tujuan kebijakan Dari Gambar 34 terlihat bahwa tujuan kebijakan pengelolaan mangrove untuk kelestarian mangrove itu sendiri T1, mencegah abrasi dan intrusi air laut T2 dan meningkatkan pendapatan petambak T4 adalah termasuk peubah bebas yang memiliki kekuatan penggerak yang besar, namun memiliki ketergantungan yang sedikit. Adapun subelemen meningkatkan RTH T3, mendukung pengembangan kawasan minapolitan T6, mendukung ekowisata mangrove T7 dan terbukanya lapangan pekerjaan T8 termasuk kategori peubah dependen yang dapat diartikan sebagai akibat dari tindakan tujuan lainnya. Tujuan kebijakan lainnya T9 adalah termasuk peubah pengait dari sistem. Dari Gambar 35 diperoleh 6 enam level hirarki dan tujuan kelestarian mangrove itu sendiri T1 mencegah abrasi dan intrusi air laut T2 dan meningkatkan pendapatan petambak T4 merupakan tujuan kebijakan kunci key policy goals . Setiap tindakan pada tujuan tersebut akan menyebabkan keberhasilan pencapaian performa pengelolaan mangrove. 9 1; 2; 4 8 Sektor IV Independence Sektor III Linkage 7 5 6 9 5 4 6; 7 3 Sektor I Autonomous Sektor II Dependence 2 3 1 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D ri vi n g Po w e r Dependence Power 143 Gambar 35 Model struktural tujuan kebijakan pengelolaan mangrove Elemen Lingkungan Kebijakan Lingkungan kebijakan merupakan konteks khusus di mana kejadian- kejadian di sekeliling isu kebijakan yang terjadi, yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik tindakan Dunn 2003. Pertanyaan yang diajukan terkait dengan pencarian literatur dan diskusi pakar adalah kondisi ‗apa dan bagaimana‘ yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan tindakan kebijakan dalam rangka mengatasi timbulnya masalah degradasi mangrove. Hubungan kontekstual dalam elemen lingkungan kebijakan adalah sub-elemen lingkungan kebijakan yang satu lebih berpengaruh penting dari sub-elemen lingkungan kebijakan yang lain. Berdasarkan kajian referensi, pengamatan lapangan dan diskusi mendalam diperoleh sub-subelemen dari elemen lingkungan kebijakan Tabel 20. 1.Kelestarian Mangrove 3. Meningkatkan RTH

5. Meningkatkan pendapatan nelayan 6. Mendukung

minapolitan 7. Mendukung ekowisata 8. Peningkatan pendapatan daerah

9. Peningkatan tenaga kerja

2. Mencegah abrasi intrusi

4. Meningkatkan Pendapatan petambak

L e ve l 1 L e ve l 2 L e ve l 3 L e ve l 4 L e ve l 5 L e ve l 6 144 Tabel 20 Subelemen dari elemen lingkungan kebijakan No Sub elemen Sumber Keterangan L1 Abrasi pantai Prawiradisastra 2003; Gumilar 2010; Isfandiari et al 2013; RTRW Kabupaten Indramayu 2010-2025; Fenomena abrasi dan intrusi laut sudah lama terjadi. Kabupaten Indramayu sangat tinggi, dimana sampai dengan tahun 2009 luasan daerah yang terabrasi, yaitu seluas 1.653,5 Ha dengan panjang pantai terabrasi yaitu sepanjang 42,6 km. Panjang garis pantai Indramayu 147 km RTRW Kabupaten Indramayu 2010-2025, sehingga pantai yang rawan terabrasi sekitar 29 . Pantai Indramayu berada di perairan terbuka yang berhadapan langsung dengan Laut Utara Jawa. Gelombang pantai dan arus pasang surut menyebabkan abrasi pantai. Abrasi terjadi pada musim timur di beberapa desa pantai di Kecamatan Indramayu antara lain Karang Song, Brondong dan Kecamatan Balongan antara lain Sukaraja, Singaraja. Adanya abrasi pantai akan mempengaruhi pelaku kebijakan dalam memutuskan tindakan kebijakan, misalnya rehabilitasi mangrove di sempadan pantai ataupun pembuatan bangunan fisik pencegah abrasi yang sekaligus juga sebagai perlindungan mangrove. L2 Pencemaran perairan Hasan 2004, Gumilar 2010. Diduga berasal dari limbah aktivitas Perusahaan migas dan penggunaan pestisida dari aktivitas tambak. Adanya pencemaran akan mempengaruhi pelaku kebijakan dalam memutuskan tindakan kebijakan penanganan pencemaran yang dapat mempengaruhi mangrove. L3 Batas kawasan yang tidak jelas Gumilar 2010, wawancara Masyarakat masih menganggap batas kawasan masih belum jelas, terutama adanya tanah timbul yang sering menimbulkan konflik pengakuan tanah. Kondisi ini akan mempempengaruhi pelaku kebijakan untuk memutuskan solusi kebijakan pengelolaan mangrove yang dikaitkan dengan zonasi wilayah pesisir. L4 Meningkatnya permintaan kayu mangrove Hasan 2004,Dahuri et al 2008. Pengambilan mangrove untuk kayu bakar di Desa Cemara Hasan 2004 dan kondisi ini mempengaruhi pelaku kebijakan untuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum. L5 Meningkatnya permintan dan harga udang dan bandeng Hasan 2004, Adger et al 2000, Subasinghe et al 2009. Mengakibatkan konversi lahan mangrove menjadi tambak Sofyan 2002. Sebagian besar degradasi mangrove karena pembukaan tambak guna memenuhi permintaan udang Adger et al 2000. Meskipun harga dan permintaan komoditas tambak tidak dapat dikontrol, namun kondisi ini akan mempengaruhi pelaku kebijakan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum adanya konversi lahan mangrove