Analisis Kesenjangan KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE UNTUK

135 kawasan hutan mangrove dengan Sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat PHBM. iii Menetapkan kawasan lindung daerah sebesar 14 empat belas persen dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2031 Tabel 16. Hasil penelitian Gumilar 2010 berdasarkan kriteria kesesuaian fisik kimia lingkungan untuk tanaman mangrove yang terdiri atas 13 parameter fisik-kimia menyatakan bahwa mangrove dapat ditanam dan dikembangkan di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu. Adanya kesenjangan antara performa yang diharapkan dengan fakta terjadinya degradasi mangrove mangrove menunjukkan bahwa degradasi mangrove adalah merupakan masalah kebijakan yang perlu dicarikan solusinya dengan tindakan kebijakan untuk mencapai performa yang diharapkan. Tabel 16 Kawasan pesisir potensial untuk penanaman vegetasi mangrove Fungsi JenisTipe Kriteria Klasifikasi Fisik Lokasi Luas Ha 1. Kawasan lindung Kawasan hutan berfungsi lindung Hutan lindung Kawasan pantai berhutan bakau sesuai SK Menhut No. 419Kpts II1999 Hutan Kecamatan Losarang, Cantigi dan Pasekan 8.023 2. Kawasan perlindungan setempat Sempadan pantai Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, sekurang- kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Non Hutan Kecamatan Krangkeng, Karangampel, Juntinyuat, Balongan, Indramayu, Cantigi, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Patrol dan Sukra. 7.458 Sumber : RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031

b. Analisis FDKN Faktor, Dampak, Kecenderungan, dan Nilai

Untuk mempertegas bahwa masalah degradasi mangrove merupakan masalah kebijakan yang strategik, maka dianalisis dengan melihat unsur FDKN Faktor, Dampak, Kecenderungan, dan Nilai Suharto 2010 seperti disajikan pada Tabel 17. Dari analisis FKDN dapat dijelaskan bahwa degradasi mangrove merupakan masalah yang penting dengan implikasi yang lebih luas bila tidak ditangani mengingat fungsinya yang besar dilihat dari aspek ekologi dan sosial ekonomi. Dengan demikian berdasarkan analisis kesenjangan dan analisis FDKN dapat disimpulkan bahwa masalah degradasi mangrove merupakan masalah kebijakan yang dapat dinyatakan : “adanya tingkat degradasi mangrove yang 136 tinggi sekitar 6,7 per tahun di atas standar yang diinginkan, yaitu tidak terjadinya degradasi akan berdampak pada perikanan tangkap dan budidaya tambak tradisional dan tambak silvofishery. Tabel 17 Faktor, dampak, kecenderungan, dan nilai dari masalah degradasi mangrove No. Parameter masalah kebijakan Dasar Pertimbangan a Justifikasi 1 Faktor Apakah masalah tersebut merupakan faktor penentu dalam mengatasi masalah lain yang lebih luas? Apakah masalah tersebut secara kausal dapat diperhitungkan diukur ? Mangrove merupakan habitat bagi biota perairan, sehingga dapat mendukung aktivitas perikanan. Kondisi overfishing sumberdaya ikan perlu solusi kebijakan dari sisi perbaikan habitatnya. Semakin banyak luasan mangrove ha akan semakin banyak ikan komersial yang dihasilkan kg. 2 Dampak Apakah jika masalah tersebut ditangani atau direspon oleh kebijakan maka akan membawa manfaat kepada masyarakat luas atau berdampak pada peningkatan kesejahteraan publik? Apakah penanganan masalah tersebut bermanfaat secara sosial dan ekonomi menguntungkan bagi masyarakat dan secara lingkungan menjamin kelestarian sumberdaya alam dan jasa- jasa lingkungan ? Kerusakan ekosistem pantai mangrove berpengaruh pada sumberdaya perikanan sekitar pantai mengingat fungsinya sebagai spawning ground , nursery ground, feeding gorund . Karenanya, kerusakan ekosistem mangrove perlu ditanggulangi. Kerusakan lingkungan perairan pantai akan mempengaruhi komposisi dan kelimpahan stok Subani dan Maria 1991. Melimpahnya stok ikan di perairan berimplikasi pada peningkatan hasil tangkapan nelayan 3 Kecenderungan Apakah masalah tersebut sejalan dengan kecenderungan global dan nasional dan menjadi perhatian publik ? Meskipun masalah degradasi dalam penelitian ini bersifat lokal kabupaten namun perhatian kelestarian mangrove sesungguhnya telah menjadi perhatian nasional dan internasional. Menjadi perhatian pemerintah dengan menetapkan kawasan lindung dan kawasan sempadan pantai dengan mangrove RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031. 4. Nilai Apakah masalah tersebut sesuai dengan nilai-nilai dan harapan-harapan kultural yang berkembang pada masyarakat lokal? Apakah masalah tersebut secara budaya diterima atau diakui keberadaannya ? Banyak program-program penanaman mangrove di lahan pesisir, baik oleh Pemerintah Daerah maupun Perusahaan yang bekerjasama dengan masyarakat setempat Hasan 2004; Nur 2002. Adanya pola silvofishery menunjukkan keterpaduan antara tambak dan mangrove Nur 2002. Sumber : Suharto 2010 dan a dimodifikasi. iv Struktur masalah kebijakan Kabupaten Indramayu masih dihadapkan pada masalah rendahnya tingkat kelestarian lingkungan RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031, termasuk masalah degradasi mangrove. Beragamnya penyebab timbulnya masalah kebijakan akar masalah perlu dilakukan upaya strukturisasi, sehingga dapat diketahui penyebab masalah utama. Metode perumusan masalah kebijakan dalam penelitian adalah metode hirarki dengan teknik ISM. Dengan metode tersebut akan dilihat masalah kebijakan secara terstruktur dengan hasil akhir berupa struktur masalah kebijakan degradasi mangrove dengan hubungan kontekstual