5.1.2.2 Dominansi Jenis
Untuk mengetahui tingkat dominansi dan komposisi jenis di lapangan dilakukan kegiatan analisa vegetasi baik itu untuk tingkat semai, pancang, tiang
dan pohon. Dalam mengetahui jenis-jenis yang paling berperan dalam suatu komunitas di suatu areal hutan dapat dilihat dari dominansi suatu jenis. Jenis yang
mendominasi pada suatu komunitas dapat diketahui melalui besarnya Indeks Nilai Penting INP, di mana jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting INP tertinggi
merupakan jenis yang dominan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh jenis yang terdapat di hutan alam sudah sesuai dengan lingkungannya.
Nilai indeks dominansi digunakan untuk menentukan dominansi jenis dalam suatu komunitas, nilai indeks dominansi yang rendah menunjukkan pola
dominansi jenisnya di pusatkan pada banyak jenis beberapa jenis, sedangkan nilai indeks dominansi yang tinggi menunjukkan pola dominansi jenisnya di
pusatkan pada sedikit jenis. Nilai indeks dominansi tertinggi adalah 1 satu yang menunjukkan bahwa komunitas itu dikuasai oleh satu jenis atau terpusat pada satu
jenis Indrawan, 2000. Untuk mengetahui jenis-jenis yang mendominasi berikut daftar lima jenis
yang memiliki Indeks Nilai Penting INP tertinggi untuk setiap tingkat vegetasi dari seluruh jenis yang ditemukan pada plot pengamatan yang merupakan
perubahan dari kondisi hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun LOA TPTJ 1 tahun pada sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur
TPTJ disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan data pada Tabel 7 terlihat bahwa pada hutan primer jenis
yang mendominasi dari famili Dipterocarpaceae adalah lempung Shorea leprosula dan jenis yang mendominasi dari famili non Dipterocarpaceae adalah
medang Litsea spp., kayu arang Diospyros malam, jambu-jambu Eugenia sp. dan benitan Polyalthia laterifolia, sedangkan banyaknya jenis yang
mendominasi pada setiap tingkatan jenis untuk masing-masing kelerengan bervariasi.
a Pada kondisi hutan primer di tingkat semai kelerengan datar 0-15 jenis
yang mendominasi adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 28,53, untuk tingkat pancang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar
27,42, untuk tingkat tiang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 66,31 dan untuk tingkat pohon adalah jenis lempung Shorea leprosula
sebesar 25,87. b
Pada kelerengan sedang 15-25 jenis yang mendominasi pada tingkat semai adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 27,79, untuk tingkat pancang
adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 26,19, untuk tingkat tiang adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 39,73 dan untuk tingkat pohon
adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 31,77. c
Pada kelerengan curam 25-45 jenis yang mendominasi pada tingkat semai adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 26,69, untuk tingkat pancang
adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 26,96, untuk tingkat tiang adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 29,43 dan untuk tingkat pohon
adalah jenis kayu arang Diospyros malam sebesar 31,32. Untuk kondisi hutan setelah penebangan umur satu tahun LOA TPTJ 1
tahun, jenis yang mendominasi pada setiap kelerengan untuk semua tingkat vegetasi tidak jauh berbeda dengan kondisi hutan primer.
a Pada kelerengan datar 0-15 jenis yang mendominasi pada tingkat semai
adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 52,57, untuk tingkat pancang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 40,89, untuk
tingkat tiang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 73,01 dan untuk tingkat pohon adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 49,10.
b Pada kelerengan sedang 15-25 jenis yang mendominasi pada tingkat semai
adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 49,59, untuk tingkat pancang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 38,89, untuk
tingkat tiang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 76,20 dan untuk tingkat pohon adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 38,53.
c Pada kelerengan curam 25-45 jenis yang mendominasi pada tingkat semai
adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 33,31, untuk tingkat pancang adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 34,15, untuk tingkat
tiang adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 68,40 dan untuk tingkat pohon adalah jenis kayu arang Diospyros malam sebesar 41,61.
Tabel 7 Daftar jenis dengan INP terbesar pada kondisi hutan primer dan LOA TPTJ 1 tahun
Kondisi Hutan
Kelerengan Jenis-jenis Dominan
Semai INP
Pancang INP
Tiang INP
Pohon INP
Hutan Primer
0-15 Shorea leprosula
28,53 Polyalthia laterifolia 27,42 Polyalthia laterifolia
66,31 Shorea leprosula 25,87
Polyalthia laterifolia 27,89 Eugenia sp.
23,81 Eugenia sp. 25,71 Litsea spp.
22,15 Eugenia sp.
22,97 Litsea spp. 19,02 Nephelium lappaceum
21,03 Polyalthia laterifolia 20,16
Litsea spp. 15,02 Mangifera macrocarpa
11,32 Canarium denticulatum 18,96 Nephelium lappaceum 19,56
Hopea dyeri 11,17 Nephelium lappaceum
10,05 Litsea spp. 14,87 Eugenia sp.
19,02 15-25
Eugenia sp. 27,79 Litsea spp.
26,19 Eugenia sp. 39,73 Shorea leprosula
31,77 Litsea spp.
27,11 Eugenia sp. 24,45 Polyalthia laterifolia
36,75 Eugenia sp. 29,60
Shorea leprosula 22,01 Nephelium lappaceum
15,38 Pithecelobium sp. 28,59 Litsea spp.
25,44 Polyalthia laterifolia
14,07 Polyalthia laterifolia 14,79 Litsea spp.
25,39 Polyalthia laterifolia 15,56
Shorea ovalis 9,52 Shorea leprosula
10,19 Canarium denticulatum 18,37 Pithecelobium sp. 14,60
25-45 Litsea spp.
26,69 Eugenia sp. 26,96 Litsea spp.
29,43 Diospyros malam 31,32
Polyalthia laterifolia 19,49 Litsea spp.
25,30 Shorea leprosula 23,39 Shorea leprosula
28,85 Eugenia sp.
18,40 Polyalthia laterifolia 19,84 Polyalthia laterifolia
23,36 Eugenia sp. 25,26
Shorea leprosula 15,18 Nephelium lappaceum
14,17 Eugenia sp. 21,45 Litsea spp.
20,84 Shorea laevifolia
11,45 Eusideroxylon zwageri 12,26 Nephelium lappaceum
19,48 Vatica resak 13,62
LOA TPTJ 1 Tahun
0-15 Shorea leprosula
52,57 Polyalthia laterifolia 40,89 Polyalthia laterifolia
73,01 Shorea leprosula 49,10
Polyalthia laterifolia 32,51 Eugenia sp.
22,07 Eugenia sp. 44,34 Eugenia sp.
48,50 Eugenia sp.
26,88 Myristica iners 15,72 Shorea leprosula
26,72 Polyalthia laterifolia 25,14
Anthocepalus cadamba 8,16 Shorea leprosula
11,75 Dillenia excelsa 19,02 Litsea spp.
17,33 Mangifera macrocarpa
7,32 Macaranga maingayi 11,26 Myristica iners
12,21 Nephelium lappaceum 12,80
15-25 Shorea leprosula
49,59 Polyalthia laterifolia 38,89 Polyalthia laterifolia
76,20 Eugenia sp. 38,53
Polyalthia laterifolia 25,82 Eugenia sp.
24,33 Eugenia sp. 29,34 Shorea leprosula
30,62 Eugenia sp.
15,92 Shorea leprosula 16,41 Shorea leprosula
28,20 Polyalthia laterifolia 24,00
Myristica iners 11,66 Myristica iners
11,55 Myristica iners 23,81 Litsea spp.
23,83 Litsea spp.
10,54 Litsea spp. 10,14 Litsea spp.
14,72 Nephelium lappaceum 14,94
Tabel 7 Lanjutan Daftar jenis dengan INP terbesar pada kondisi hutan primer dan LOA TPTJ 1 tahun
Kondisi Hutan
Kelerengan Jenis-jenis Dominan
Semai INP
Pancang INP
Tiang INP
Pohon INP
LOA TPTJ 1 Tahun
25-45 Shorea leprosula
33,31 Eugenia sp. 34,15 Eugenia sp.
68,40 Diospyros malam 41,61
Eugenia sp. 32,60 Polyalthia laterifolia
23,13 Polyalthia laterifolia 39,50 Eugenia sp.
33,18 Polyalthia laterifolia
14,19 Litsea spp. 16,29 Litsea spp.
28,91 Shorea leprosula 30,32
Pentaspadon sp. 9,01 Shorea leprosula
12,82 Shorea leprosula 20,26 Litsea spp.
26,53 Myristica iners
7,91 Myristica iners 11,09 Lansium domesticum
16,51 Polyalthia laterifolia 15,62
Dilihat dari tingkat permudaan antara hutan primer dengan hutan setelah penebangan umur satu tahun LOA TPTJ 1 tahun terlihat bahwa pada LOA TPTJ
1 tahun untuk tingkatan permudaan semai jenis-jenis dominan dengan nilai INP terbesar tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan. Pada kelerengan
datar 0-15 jenis dengan INP terbesar adalah jenis lempung Shorea leprosula dengan nilai INP meningkat hampir dua kali lipat yaitu dari 28,53 menjadi
52,57. Pada kelerengan sedang 15-25 INP terbesar bergeser dari jenis jambu-jambu Eugenia sp. menjadi jenis lempung Shorea leprosula, sedangkan
jenis jambu-jambu masih berada di urutan lima besar yakni menduduki peringkat tiga. Sedangkan pada kelerengan curam 25-45 INP terbesar bergeser dari jenis
medang Litsea sp. menjadi jenis lempung Shorea leprosula. Secara keseluruhan untuk tingkat semai jenis baru yang menduduki posisi INP teratas
diantaranya adalah jenis jabon Anthocepalus cadamba, jenis asam Mangifera macrocarpa, jenis dara-dara Myristica iners dan jenis kedondong hutan
Pentaspadon sp. Pada LOA TPTJ 1 tahun untuk tingkat permudaan pancang jenis-jenis
dominan dengan nilai INP terbesar juga tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan. Pada kelerengan datar 0-15 jenis dengan INP terbesar adalah jenis
benitan Polyalthia laterifolia dengan nilai INP meningkat hampir dua kali lipat yaitu dari 27,42 menjadi 40,89. Pada kelerengan sedang 15-25 INP
terbesar bergeser dari jenis medang Litsea sp. menjadi jenis benitan Polyalthia laterifolia, sedangkan jenis medang turun empat peringkat dan menduduki
tempat kelima INP terbesar. Sedangkan pada kelerengan curam 25-45 INP terbesar adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. dengan nilai INP meningkat dari
26,96 menjadi 34,15. Secara keseluruhan untuk tingkat pancang jenis baru yang menduduki posisi INP teratas adalah jenis dara-dara Myristica iners dan
jenis mahang Macaranga maingayi. Untuk tingkat permudaan tiang pada LOA TPTJ 1 tahun jenis-jenis
dominan dengan nilai INP terbesar tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan. Pada kelerengan datar 0-15 jenis dengan INP terbesar adalah jenis
benitan Polyalthia laterifolia dengan nilai INP meningkat yaitu dari 66,31 menjadi 73,01. Pada kelerengan sedang 15-25 INP terbesar bergeser dari
jenis jambu-jambu Eugenia sp. menjadi jenis benitan Polyalthia laterifolia, sedangkan jenis jambu-jambu turun satu peringkat dan menduduki tempat kedua
INP terbesar. Sedangkan pada kelerengan curam 25-45 INP terbesar juga mengalami perubahan yaitu bergeser dari jenis medang Litsea sp. menjadi jenis
jambu-jambu Eugenia sp.. Secara keseluruhan untuk tingkat tiang jenis baru yang menduduki posisi INP teratas diantaranya adalah jenis simpur Dillenia
excelsa, jenis dara-dara Myristica iners dan jenis langsat Lansium domesticum.
Sedangkan untuk tingkat permudaan pohon pada LOA TPTJ 1 tahun, di kelerengan datar 0-15 jenis dengan INP terbesar adalah jenis lempung Shorea
leprosula dengan nilai INP 25,87 menjadi 49,10. Pada kelerengan sedang 15-25 INP terbesar bergeser dari jenis lempung Shorea leprosula menjadi
jenis jambu-jambu Eugenia sp.. Hal ini mungkin terjadi akibat kegiatan penebangan yang mana jenis lempung merupakan jenis yang ditebang sehingga
menurun nilai INPnya dari 31,77 menjadi 30,62. Sedangkan pada kelerengan curam 25-45 INP terbesar adalah jenis kayu arang Diospyros malam dengan
nilai INP 31,32 menjadi 41,61. Secara keseluruhan untuk tingkat pohon perubahan INP dipengaruhi oleh kegiatan penebangan untuk kayu jenis komersil
dan kerusakan pohon untuk jenis non komersil. Tidak teramati terjadi perubahan atau penambahan jenis baru yang menduduki nilai INP terbesar pada tingkat
permudaan pohon. Jenis-jenis yang ditemukan dalam plot penelitian dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok besar yaitu jenis dilindungi, komersial ditebang dan komersial tidak ditebang. Tingkat dominansi kelompok tersebut dapat dilihat pada
Tabel 8. Tabel 8 Indeks Nilai Penting INP jenis yang ditemukan pada kondisi hutan
primer dan LOA TPTJ 1 tahun Kondisi Hutan
Kelerengan Kelompok
kayu Tingkat vegetasi
Semai Pancang Tiang
Pohon
Hutan primer 0-15
DL 0,00
1,17 0,48
3,87 KD
170,36 155,81
248,28 242,62
KTD 29,64
43,02 51,23
53,51 15-25
DL 1,87
0,00 0,00
2,32 KD
181,83 163,36
260,93 259,91
KTD 16,30
36,64 39,07
37,77
Tabel 8 Lanjutan Kondisi
Hutan Kelerengan
Kelompok kayu
Tingkat vegetasi Semai
Pancang Tiang
Pohon Hutan Primer
25-45 DL
6,52 5,93
2,71 10,91
KD 168,06
148,61 225,48
231,31 KTD
25,42 45,47
71,81 57,78
LOA TPTJ 1 Tahun
0-15 DL
0,00 1,08
1,26 3,56
KD 171,61
163,73 252,46
250,06 KTD
28,36 35,16
46,27 46,38
15-25 DL
1,62 0,00
1,22 6,09
KD 175,35
171,50 273,40
251,20 KTD
23,08 28,49
25,40 42,71
25-45 DL
1,58 0,00
0,95 6,59
KD 158,78
165,56 243,28
251,69 KTD
39,62 34,47
55,78 41,70
Keterangan : DL: Dilindungi, KD: Komersial ditebang, KTD: Komersial tidak ditebang
Dari Tabel 8 terlihat bahwa jenis-jenis komersial ditebang paling mendominasi di setiap plot pengamatan pada semua tingkat vegetasi. Hal ini
dibuktikan dengan nilai INP yang tinggi yaitu untuk vegetasi tingkat semai dan pancang INP 150 sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon umumnya kelompok
jenis komersial ditebang INP 200. Jenis-jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki jumlah dan
penyebaran yang luas, hal ini ditegaskan oleh Soerianegara dan Indrawan 1988, bahwa tumbuhan mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan tempat tumbuh
habitat dalam hal penyebaran jenis, kerapatan dan dominansinya. Jenis-jenis yang dominan tersebut memiliki nilai kerapatan dan frekuensi yang tinggi.
Kerapatan jenis yang tinggi menunjukkan bahwa jenis ini memiliki jumlah jenis yang paling banyak ditemukan di lapangan dibandingkan jenis lainnya.
Sedangkan tingginya nilai frekuensi suatu jenis menunjukkan bahwa jenis ini tersebar merata hampir diseluruh petak pengamatan.
5.1.2.3 Keanekaragaman Jenis