Keanekaragaman Jenis Komposisi Jenis

Tabel 8 Lanjutan Kondisi Hutan Kelerengan Kelompok kayu Tingkat vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon Hutan Primer 25-45 DL 6,52 5,93 2,71 10,91 KD 168,06 148,61 225,48 231,31 KTD 25,42 45,47 71,81 57,78 LOA TPTJ 1 Tahun 0-15 DL 0,00 1,08 1,26 3,56 KD 171,61 163,73 252,46 250,06 KTD 28,36 35,16 46,27 46,38 15-25 DL 1,62 0,00 1,22 6,09 KD 175,35 171,50 273,40 251,20 KTD 23,08 28,49 25,40 42,71 25-45 DL 1,58 0,00 0,95 6,59 KD 158,78 165,56 243,28 251,69 KTD 39,62 34,47 55,78 41,70 Keterangan : DL: Dilindungi, KD: Komersial ditebang, KTD: Komersial tidak ditebang Dari Tabel 8 terlihat bahwa jenis-jenis komersial ditebang paling mendominasi di setiap plot pengamatan pada semua tingkat vegetasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai INP yang tinggi yaitu untuk vegetasi tingkat semai dan pancang INP 150 sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon umumnya kelompok jenis komersial ditebang INP 200. Jenis-jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki jumlah dan penyebaran yang luas, hal ini ditegaskan oleh Soerianegara dan Indrawan 1988, bahwa tumbuhan mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan tempat tumbuh habitat dalam hal penyebaran jenis, kerapatan dan dominansinya. Jenis-jenis yang dominan tersebut memiliki nilai kerapatan dan frekuensi yang tinggi. Kerapatan jenis yang tinggi menunjukkan bahwa jenis ini memiliki jumlah jenis yang paling banyak ditemukan di lapangan dibandingkan jenis lainnya. Sedangkan tingginya nilai frekuensi suatu jenis menunjukkan bahwa jenis ini tersebar merata hampir diseluruh petak pengamatan.

5.1.2.3 Keanekaragaman Jenis

Dalam menentukan tingkat keanekaragaman jenis di suatu tempat atau hutan dapat ditentukan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener H’. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener menunjukkan tingkat keanekaragaman vegetasi di suatu tempat atau hutan dimana nilainya ditentukan oleh kelimpahan jenis dan kemerataannya. Indeks keanekaragaman jenis merupakan parameter yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas. Besarnya nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun LOA TPTJ 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini. Tabel 9 Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener H’ yang ditemukan pada kondisi hutan primer dan LOA TPTJ 1 Tahun Kondisi hutan Kelerengan Indeks Keanekaragaman Jenis Semai Pancang Tiang Pohon Hutan Primer 0-15 2,91 3,09 2,92 3,52 15-25 2,94 3,19 2,99 3,35 25-45 3,06 3,05 3,22 3,29 LOA TPTJ 1 Tahun 0-15 2,55 2,88 2,72 2,96 15-25 2,84 2,96 2,87 3,22 25-45 3,01 3,10 2,77 3,03 Menurut Magurran 1988 nilai Indeks Keanekaragaman Jenis umumnya berada pada kisaran antara 1,5 – 3,5. Jika nilai Indeks Keanekaragaman Jenis H’ dibawah nilai 1, 5 maka nilai H’ tergolong rendah. Jika nilai H’ berada pada rentang 1,5H’3,5 maka tergolong sedang dan jika berada pada nilai diatas 3,5 maka nilai H’ tergolong tinggi. Pada umumnya karena jarang didapati nilai H’ pada suatu kawasan yang tergolong tinggi dan mengingat terlalu lebarnya rentang nilai sedang maka jika suatu nilai H’ mendekati 3,5 maka tingkat keanekaragaman sudah dapat digolongkan cukup tinggi. Berdasarkan pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Indeks Keragaman jenis untuk seluruh tingkat pertumbuhan pada hutan setelah penebangan umur satu tahun mengalami penurunan dibandingkan dengan hutan primer, kecuali pada tingkat pancang kelerengan curam 25-45 mengalami kenaikan dari 3,05 menjadi 3,10. Penurunan ini dapat disebabkan adanya kegiatan penebangan dan pembuatan jalur tanam. Indeks Keanekaragaman jenis terbesar pada tingkat semai terdapat pada kelerengan curam 25-45 di hutan primer yaitu sebesar 3,06 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 2,55, pada tingkat pancang nilai Indeks Keragaman jenis terbesar pada kelerengan sedang 15-25 di hutan primer yaitu sebesar 3,19 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 2,88, pada tingkat tiang nilai Indeks Keragaman jenis terbesar pada kelerengan curam 25-45 di hutan primer yaitu sebesar 3,22 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 2,72 dan pada tingkat pohon nilai Indeks Keragaman jenis terbesar pada kelerengan datar 0-15 di hutan primer yaitu sebesar 3,52 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 2,96. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keragaman jenis untuk hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun memiliki tingkat keragaman yang cukup tinggi, dimana hampir semua tingkat vegetasi disetiap lokasi kelerengan menunjukkan nilai yang lebih dari 2,00. Apabila mengacu pada Magurran 1988, tingkat keragaman di hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun pada umumnya menunjukkan tingkat keragaman yang sedang dimana nilainya berada pada selang antara 1,5 sampai 3,5. Tingkat keragaman yang tinggi terdapat pada tingkat vegetasi pohon di hutan primer dengan kelerengan datar 0-15 yaitu sebesar 3,52. Sedangkan parameter yang mempengaruhi tingkat keanekaragaman suatu komunitas adalah kekayaan jenis, dimana untuk menentukan tingkat kekayaan jenis pada suatu ekosistem menggunakan indeks kekayaan Margallef R1. Indeks kekayaan Margallef adalah indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, dimana besarnya indeks kekayaan ini nilainya dipengaruhi oleh banyaknya spesies dan jumlah individu dari vegetasi pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran 1988 besaran R13,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, 3,5R15,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, dan R15,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong tinggi. Nilai indeks kekayaan Margallef R1 pada hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun LOA TPTJ 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini. Tabel 10 Indeks Kekayaan Margallef R1 yang ditemukan pada kondisi hutan primer dan LOA TPTJ 1 Tahun Kondisi hutan Kelerengan Indeks Kekayaan Jenis Semai Pancang Tiang Pohon Hutan Primer 0-15 6,14 6,89 6,66 9,85 15-25 6,00 7,20 7,26 8,54 25-45 6,32 6,72 7,24 8,86 Tabel 10 Lanjutan Kondisi hutan Kelerengan Indeks Kekayaan Jenis Semai Pancang Tiang Pohon LOA TPTJ 1 Tahun 0-15 5,50 6,21 6,49 7,12 15-25 6,98 6,26 7,48 8,04 25-45 7,95 8,67 6,60 7,65 Berdasarkan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Indeks Kekayaan Margallef terbesar pada tingkat semai terdapat pada kelerengan curam 25-45 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 7,95 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 5,50, pada tingkat pancang nilai Indeks Kekayaan Margallef terbesar pada kelerengan curam 25-45 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 8,67 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 6,21, pada tingkat tiang nilai Indeks Kekayaan Margallef terbesar pada kelerengan sedang 15-25 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 7,48 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 6,49 dan pada tingkat pohon nilai Indeks Kekayaan Margallef terbesar pada kelerengan datar 0-15 di hutan primer yaitu sebesar 9,85 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 7,12. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa baik di hutan primer maupun hutan setelah penebangan umur satu tahun pada umumnya memiliki nilai Indeks Kekayaan Margallef di atas 5,00 untuk semua tingkat permudaan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekayaan jenis di hutan primer dan hutan setelah penebangan umur 1 tahun tergolong tinggi berdasarkan kriteria Magurran 1988. Dilihat dari tingkat permudaan, pada tingkat semai dan pancang seluruh nilai R1 tergolong tinggi dengan nilai R1 tertinggi pada LOA TPTJ 1 tahun kelerengan curam 25-45. Pada tingkat tiang dan pohon seluruh nilai R1 juga tergolong tinggi dengan nilai R1 tertinggi untuk tingkat tiang pada LOA TPTJ 1 Tahun kelerengan sedang 15-25 dan nilai R1 tertinggi untuk tingkat pohon pada hutan primer kelerengan datar 0-15. Peningkatan dan penurunan nilai R1 pada LOA TPTJ 1 tahun dapat disebabkan karena kegiatan pemanenan dan penjaluran yang mana menyebabkan terbukanya tajuk hutan sehingga intensitas cahaya banyak masuk ke lantai hutan. Pertumbuhan semai dan pancang meningkat serta kekayaan jenis tiang dan pohon menurun namun tidak terlalu signifikan karena hanya jenis komersial yang dilakukan penebangan pada tingkat pohon. Selain kekayaan jenis, parameter yang juga mempengaruhi tingkat keanekaragaman komunitas adalah kemerataan. Kemerataan dapat diketahui dengan menghitung indeks kemerataan E. Indeks kemerataan adalah indeks yang menunjukkan tingkat penyebaran jenis pada suatu areal hutan. Dimana semakin besar nilai indeks maka komposisi penyebaran jenis semakin merata atau tidak didominasi oleh satu atau beberapa jenis saja. Nilai indeks kemerataan E berkisar antara 0 – 1 dimana menurut Magurran 1988 nilai E 0.3 tergolong rendah, nilai E berada pada selang 0.3 E 0.6 tergolong sedang dan nilai E 0.6 tergolong tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat besarnya nilai Indeks Kemerataan E pada kondisi hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun LOA TPTJ 1 Tahun di berbagai kelerengan pada Tabel 11. Tabel 11 Indeks Kemerataan E jenis yang ditemukan pada kondisi hutan primer dan LOA TPTJ 1 Tahun Kondisi hutan Kelerengan Indeks Kemerataan Jenis Semai Pancang Tiang Pohon Hutan Primer 0-15 0,80 0,82 0,76 0,84 15-25 0,81 0,83 0,77 0,82 25-45 0,83 0,81 0,85 0,81 LOA TPTJ 1 Tahun 0-15 0,73 0,81 0,76 0,80 15-25 0,77 0,83 0,76 0,83 25-45 0,78 0,85 0,75 0,78 Berdasarkan pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai Indeks Kemerataan terbesar pada tingkat semai terdapat pada kelerengan curam 25-45 di hutan primer yaitu sebesar 0,83 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur 1 tahun yaitu sebesar 0,73, pada tingkat pancang nilai Indeks Kemerataan terbesar pada kelerengan curam 25-45 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 0,85 dan terendah pada kelerengan datar 0-15 di hutan setelah penebangan umur satu tahun dan kelerengan curam 25-45 di hutan primer yaitu sebesar 0,81, pada tingkat tiang nilai Indeks Kemerataan terbesar pada kelerengan curam 25-45 di hutan primer yaitu sebesar 0,85 dan terendah pada kelerengan curam 25-45 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 0,75 dan pada tingkat pohon nilai Indeks Kemerataan terbesar pada kelerengan datar 0-15 di hutan primer yaitu sebesar 0,84 dan terendah pada kelerengan curam 25-45 di hutan setelah penebangan umur satu tahun yaitu sebesar 0,78. Dapat disimpulkan bahwa besarnya indeks kemerataan E pada hutan primer dan hutan setelah penebangan umur satu tahun menunjukkan angka diatas 0,6, sehingga berdasarkan kriteria Magurran 1988 pada umumnya memiliki indeks kemerataan jenis E yang tinggi.

5.1.2.4 Kesamaan Komunitas Indeks Similarity IS

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Kondisi Vegetasi Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Di Kalimantan Tengah

8 55 134

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29