3 Gambar 2. Penampakan kulit secara mikroskopis Suardana et al. 2008
Kulit hewan secara mikroskopis histologis dibagi berdasarkan struktur lapisan yang menyusun kulit. Kulit memiliki tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, korium, dan subkutis. Lapisan
epidermis juga disebut lapisan tanduk, yang berfungsi sebagai pelindung pada hewan hidup. Korium merupakan tenunan kolagen kulit yang merupakan bahan utama dalam proses-proses penyamakan.
Korium sebagian besar dibangun oleh serat kolagen yang merupakan benang-benang halus yang berkelok-kelok dalam berkas-berkas yang terbungkus lembaran anyaman atau tenunan retikular.
Lapisan subkutis merupakan tenunan pengikat longgar yang menghubungkan korium dengan bagian- bagian lain dari tubuh. Hipodermis sebagian besar terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin.
Komposisi kimia kulit terdiri dari dua golongan yaitu golongan protein dan golongan non- protein. Protein berbentuk terdiri dari kolagen, elastin, dan keratin. Kolagen merupakan bagian
terpenting dalam teknologi kulit, karena kolagen menjadi dasar susunan kulit samak dan dapat tahan terhadap enzim proteolitik. Protein tak berbentuk globular protein merupakan media bagi protein
berbentuk, dapat larut dalam air dan mudah terdenaturasi karena pemanasan. Protein tak berbentuk terdiri dari albumin globulin. Golongan non protein terdiri dari air, lipid, dan bahan mineral.
Persentase kandungan kimia dalam kulit adalah air 65 persen, lemak 1.8 persen, bahan mineral 0.2 persen, dan protein 33 persen Fahidin dan Muslich 1999.
Air di dalam kulit ada dua macam yaitu air yang terikat dengan protein polar dan air yang bebas kapiler. Air yang terikat kira-kira 13 bagian, sedangkan air yang bebas 23 bagian. Bagian
kulit secara makroskopis yang mengandung air paling banyak adalah bagian perut, sedangkan bagian yang paling sedikit adalah bagian krupon. Bagian kulit secara mikroskopis yang memiliki kandungan
air paling banyak adalah korium. Lipid paling banyak terdapat pada bagian subkutis kulit. Hewan yang memiliki bulu tebal pada umumnya memilki kandungan lemak yang lebih banyak. Bahan
mineral dalam kulit terdiri dari K, Ca, Fe, P, dan umumnya sebagai garam klorida, sulfat, karbonat, dan fosfat, sedikit SiO
2
, Zn, Ni, As, Fe, dan S Purnomo 1985.
2.2 Minyak Biji Karet
Biji karet terdiri atas 45-50 persen kulit biji yang keras berwarna coklat dan 50-55 persen daging biji yang berwarna putih Nadarajah 1969 dalam Silam 1998. Biji karet segar terdiri atas 34.1
persen kulit, 41.2 persen isi dan 24.4 persen air, sedangkan biji karet yang telah dijemur dua hari terdiri atas 41.6 persen kulit, 8 persen kadar air, 15.3 persen minyak dan 35.1 persen bahan kering
Nadarajapillat dan Wijewantha 1967. Penelitian yang dilakukan oleh Bahasuan 1984 mengenai komposisi kimia daging biji karet
menunjukkan bahwa kandungan kadar air biji karet yang dihasilkan sebesar 14.5 persen, protein kasar Keterangan :1. Rambut
2. Lubang rambut 3. Kelenjar lemak
4. Kantong rambut 5. Kelenjar keringat
6. Sel lemak 7. Pembuluh darah
8. Syaraf 9. Serat Collagen
10. Tenunan lemak
4 22.5 persen, serat kasar 3.8 persen, lemak kasar 49.5 persen dan kadar abu sebesar 3.5 persen. Begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Stosic dan Kaykay 1981 komposisi kimia daging biji karet menunjukkan bahwa kandungan kadar air biji karet 7.6 persen, protein kasar 21.7 persen, serat
kasar 2.8 persen, lemak kasar 39 persen dan kadar abu sebesar 3.1 persen Aritonang 1986. Kandungan minyak dalam daging biji karet atau inti biji karet 45-50 persen dengan komposisi
17-22 persen asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat, stearat, arakhidat, serta asam lemak tidak jenuh sebesar 77-82 persen yang terdiri atas asam oleat dan linoleat Hardjosuwito dan Hoesnan
1976. Minyak biji karet merupakan salah satu jenis minyak mengering drying oil, yakni minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal,
bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka Ketaren 1986. Menurut Suparno et al. 2009a, minyak biji karet memiliki bilangan iod yang tinggi yaitu 146
g I100 g minyak yang menunjukkan tingginya kandungan asam lemak tak jenuh yang dimiliki. Bilangan iod yang tinggi merupakan salah satu persyaratan minyak dapat digunakan sebagai bahan
penyamak minyak. Hardjosuwito dan Hoesnan 1976 menjelaskan bahwa komposisi asam lemak di dalam minyak biji karet terdiri atas asam lemak jenuh sebesar 17 – 22 persen yang terdiri atas asam
palmitat, stearat, arakhidat, dan asam lemak tidak jenuh sebesar 77 – 82 persen yang terdiri atas asam oleat, linoleat, dan linolenat.
Tabel 1. Sifat fisiko kimia minyak biji karet dan minyak ikan No
Sifat fisiko kimia Minyak biji karet
Minyak ikan 1
Warna Unit PtCo 4076
6106 2
Densitas gcm
3
0.92 0.92
3 Bilangan iod g I100 g minyak
146 148
4 Bilangan asam mg KOHg minyak
2.08 0.19
5 Kadar asam lemak bebas persen
1 0.095
6 Bilangan peroksida meqkg
31.33 13.97
7 Bilangan penyabunan mg KOHg
minyak 185
168 Sumber: Suparno et al. 2009a
2.3 Penyamakan Kulit