Penelitian Pendahuluan Penentuan Waktu Oksidasi Terbaik untuk Proses Penyamakan Kulit Samoa Menggunakan Minyak Biji Karet dengan Oksidator Natrium Hipoklorit

17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

4.1.1 Karakterisasi Minyak Biji Karet Penelitian pendahuluan dilakukan dengan menganalisis minyak biji karet. Minyak biji karet yang digunakan diharapkan mempunyai mutu yang masih baik, tidak rusak dan mempunyai bilangan iod yang memenuhi syarat untuk penyamakan. Minyak biji karet yang baik untuk penyamakan adalah minyak yang mempunyai bilangan iod tinggi, yaitu ≥ 110 g iod100 g minyak disebut juga minyak setengah mengering atau mengering. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian sifat fisiko kimia dari minyak biji karet untuk mengetahui mutu minyak biji karet yang digunakan. Sifat fisiko kimia yang diamati meliputi bobot jenis, warna, bilangan asam, persen FFA, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan bilangan peroksida. Hasil karakterisasi minyak biji karet dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini Tabel 6. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak biji karet No Sifat-sifat fisiko-kimia Nilai 1 Warna PtCo 3216 2 Bobot jenis gcm 3 0.92 3 Bilangan Iod g I100 g minyak 139.46 4 Bilangan asam mg KOHg minyak 15.996 5 FFA 7.96 6 Bilangan Peroksida meqkg 12.385 7 Bilangan penyabunan mg KOHg minyak 175.63 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai warna minyak adalah sebesar 3216 unit PtCo. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai warna minyak biji karet yang dihasilkan oleh Mubarak 2010 yaitu 3230 unit PtCo. Semakin gelap warna minyak, maka semakin tinggi nilai yang dihasilkan, dan sebaliknya dengan semakin cerah warna minyak, maka nilai warna yang dihasilkan akan semakin kecil. Djatmiko dan Widjaja 1985 menyebutkan bahwa warna minyak dan lemak disebabkan oleh adanya pigmen, karena asam lemak dan gliserida-gliseridanya tidak berwarna. Zat warna yang s ecara alami terdapat dalam minyak antara lain α dan β karoten, xantofil, klorofil, dan antosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Minyak biji karet yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berwarna kuning kecoklatan. Warna ini disebabkan karena adanya β karoten yang menjadikan minyak berwarna kuning kecoklatan Ketaren 2008. Hasil uji untuk bobot jenis minyak biji karet pada penelitian ini adalah sebesar 0.92 gcm 3 atau lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mubarak 2010, dengan bobot jenis yang dihasilkan sebessar 0.95 gcm 3 . Menurut Ketaren 2008, bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu 25 o C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji bilangan iod. Bilangan iod merupakan parameter yang sangat penting untuk menentukan mutu dari minyak biji karet sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai bilangan iod yang diperoleh adalah sebesar 139.46 g I100 g minyak. Hasil yang diperoleh lebih rendah dibandingkan 18 dengan hasil yang diperoleh oleh Silam 1998 dan Aliem 2008 yaitu masing-masing 139.55 dan 140.06 g I100 g minyak, namun lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Mubarak 2010 sebesar 120.07g I100 g minyak. Bilangan iod menunjukkan ukuran ketidakjenuhan atau banyaknya ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang menyusun gliserida dari suatu minyak atau lemak. Jumlah ikatan yang semakin banyak ditunjukkan oleh bilangan iod yang tinggi Hamilton dan Rossel, 1987. Menurut Djatmiko dan Widjaya 1985, bilangan iod dapat digunakan untuk menggolongkan jenis minyak mengering dan minyak bukan mengering. Minyak mengering mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130 g I100 g minyak, sedangkan minyak yang nemiliki bilangan iod antara 100-110 bersifat setengah mengering. Hasil bilangan iod yang didapatkan menunjukkan bahwa minyak biji karet yang dihasilkan dapat digunakan untuk penyamakan kulit karena mempunyai bilangan iod yang cukup tinggi. Bilangan peroksida merupakan suatu parameter yang sangat penting untuk menunjukkan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Menurut Bailey 1950, peroksida merupakan hasil oksidasi terhadap minyak. Pada proses ini terjadi penambahan molekul oksigen pada ikatan rangkap dan asam tidak jenuh. Peroksida tersebut selanjutnya akan mendorong terjadinya proses oksidasi minyak lebih lanjut, sehingga dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti aldehidaa, keton, dan asam-asam lemak dengan berat molekul lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bilangan peroksida minyak biji karet sebesar 12.385 meqkg. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Aliem 2008 yang menunjukkan bahwa bilangan peroksida minyak biji karet yang dihasilkan sebesar 38.55 meqkg. Hal ini menujukkan bahwa tingkat kerusakan minyak biji karet yang digunakan masih rendah. Semakin tinggi nilai bilangan asam yang terkandung dalam minyak, semakin tinggi pula tingkat kerusakan minyak tersebut Ketaren 1986. Bilangan asam yang dihasilkan sebesar 15.996 mg KOHg minyak. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bilangan asam hasil penelitian Silam 1998 yaitu sebesar 9.92 mg KOHg minyak. Perbedaan nilai ini dapat disebabkan oleh minyak biji yang digunakan telah mengalami penyimpanan yang cukup lama. Minyak nabati hasil ekstraksi dari biji-bijian atau buah yang disimpan dalam jangka panjang dan terhindar dari proses oksidasi akan mengandung bilangan asam yang tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh kombinasi kerja enzim lipase dalam jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh kontaminasi mikroba Ketaren 2008. Menurut Bailey 1950, kenaikan bilangan asam disebabkan oleh bertambahnya asam lemak bebas dan minyak akibat proses oksidasi. Proses ini menyebabkan putusnya rantai gliserida yang ditandai dengan bau tidak enak. Bilangan penyabunan merupakan jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Bilangan penyabunan berhubungan dengan bobot molekul minyak. Minyak yang mempunyai bobot molekul tinggi akan memiliki bilangan penyabunan yang lebih rendah, sebaliknya minyak yang memiliki bobot molekul rendah akan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi Ketaren, 1986. Nilai bilangan penyabunan minyak biji karet menunjukkan bahwa minyak biji karet terdiri dari senyawa-senyawa yang bmemilki gugus reaktif gugus karboksil dan gugus ester seperti gliserida, asam lemak bebas dan asam-asam organik Sontag, 1982. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai bilangan penyabunan minyak biji karet yang diperoleh adalah sebesar 175.63 mg KOHg minyak. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai bilangan penyabunan hasil penelitian Aliem 2008 dan Silam 1998, dimana nilai bilangan penyabunan yang dihasilkan adalah sebesar 200.1 dan 205.48 mg KOHg minyak. Perbedaan yang dihasilkan dari nilai bilangan penyabunan berkaitan dengan bobot moleku suatu minyak. 19 4.2 Penelitian Utama 4.2.1 Proses Penyamakan