Penelitian Utama .1 Proses Penyamakan

19 4.2 Penelitian Utama 4.2.1 Proses Penyamakan Proses penyamakan kulit samoa merupakan penyamakan yang dilakukan melalui dua tahap. Penyamakan awal yang dilakukan dengan penyamakan aldehida dan kemudian tahap kedua adalah penyamakan dengan menggunakan minyak. Aldehida yang digunakan pada penelitian ini yaitu Relugan GT 50 yang termasuk ke dalam golongan glutaraldehida. Setelah mengalami proses penyamakan aldehida, kulit yang awalnya berwarna putih berubah menjadi kekuningan. Hal ini disebabkan karena kulit menyerap warna glutaraldehida yang berwarna kuning pucat. Setelah mengalami proses penyamakan aldehida, maka kulit mengalami peningkatan suhu kerut. Suhu kerut adalah suhu ketika kulit mengalami pengerutan paling tinggi pada saat dipanaskan dalam air. Pengujian untuk suhu kerut dilakukan pada kulit awal pikel, kulit setelah dilakukan penyamakan aldehida penyamakan awal, dan setelah dilakukan penyamakan minyak. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa suhu kerut kulit pikel sebesar 57 o C, sedangkan suhu kerut kulit yang telah dilakukan penyamakan aldehida mengalami kenaikan sebesar 79.8 o C Gambar 7. Adanya kenaikan pada nilai suhu kerut kulit setelah dilakukan penyamakan aldehida penyamakan awal menunjukkan bahwa kulit mengalami perubahan struktur menjadi lebih tahan terhadap panas. Hal ini disebabkan karena bahan penyamak minyak glutaraldehida Relugan GT50 yang digunakan pada proses penyamakan awal mampu melakukan crosslinking atau ikatan silang terhadap gugus amina pada kulit, sehingga struktur kulit yang awalnya terpisah-pisah bergabung menjadi struktur yang lebih kuat. Gambar 7. Perbandingan suhu kerut kulit pikel dan kulit samak aldehida Purnomo 1985 menyatakan bahwa kulit yang telah disamak akan mempunyai jumlah ikatan silang yang lebih banyak yang dapat menstabilkan protein kolagen pada kulit sehingga lebih tahan terhadap pengaruh dari luar. Kanagy 1977 menambahkan bahwa kulit yang tersamak sempurna akan mengalami sedikit pengerutan dan lebih tahan terhadap suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit yang kurang tersamak. Penyamakan tahap kedua adalah penyamakan kulit menggunakan minyak. Penyamakan minyak bertujuan untuk membuat kulit menjadi lentur, lembut, serta mempunyai daya serap air yang tinggi. Penyamakan minyak dilakukan dengan mengoleskan minyak secara merata pada seluruh pemukaan kulit. Setelah dilakukan pengolesan minyak, maka dilakukan oksidasi dengan menggunakan oksidator natrium hipoklorit serta dilakukan oksidasi dengan waktu oksidasi yang telah ditentukan. Setelah dilakukan oksidasi dengan diputar didalam molen serta dibentangkan pada 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Kulit Pikel Kulit Samak Aldehida Suhu K e r ut o C 20 toggle, kulit yang awalnya berwarna putih kekuningan akan berubah menjadi coklat tua. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi oksidasi minyak yang menempel pada kulit. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa suhu kerut kulit setelah dilakukan penyamakan minyak berkisar antara 76.5 o C-78.5 o C Gambar 8. Hasil ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan suhu kerut setelah penyamakan awal penyamakan aldehida. Hal ini disebabkan oleh hilangnya sebagian aldehidaa pada kulit akibat proses pencucian akhir kulit menggunakan soaking agent degreaser. Minyak yang melakukan penetrasi dan mengisi rongga-rongga pada jalinan serat kulit yang mengakibatkan struktur kulit menjadi mengembang, dapat pula menyebabkan suhu kerut kulit menurun. Kulit dengan struktur serat mengembang relatif lebih mudah mengerut dibandingkan kulit dengan struktur serat yang rapat dan padat. Berdasarkan hasil analisis ragam pada seluruh perlakuan suhu kerut, dapat diketahui bahwa suhu kerut tidak dipengaruhi oleh waktu oksidasi di dalam drum berputar molen dan waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle Lampiran 10. Hal ini menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen dan di luar molen tersebut tidak jauh berbeda sehingga struktur kulit yang terbentuk tidak jauh berbeda. Sehingga nilai yang dihasilkan pada setiap perlakuan tidak jauh berbeda. Dengan demikian, suhu kerut yang dimiliki oleh kulit dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam dan di luar tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan percobaan pada semua sampel telah memberikan pengaruh penyamakan terhadap kulit, akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Ts. Pengukuran suhu kerut pada percobaan yang telah dilakukan, pada penyamakan minyak dilakukan dengan berbagai kombinasi waktu oksidasi di dalam molen dan pada saat dibentangkan di toggle. Suhu kerut tertinggi dihasilkan pada saat diputar dalam molen selama 4 jam dan dibentangkan di toggle selama 2 hari yang memilki suhu kerut sebesar 78.25 o C. Suhu kerut terendah yang dihasilkan yaitu pada saat diputar dalam molen selama 6 jam dan dibentangkan pada toggle selama 3 hari yang memiliki suhu kerut sebesar 76.5 o C. Semakin lama waktu oksidasi, maka suhu kerut kulit akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena minyak yang teroksidasi ke dalam kulit apabila semakin lama waktu oksidasinya, maka struktur kulit mengembang. Semakin lama waktu oksidasi, maka akan semakin banyak matriks polimer minyak yang terbentuk di dalam kulit yang menyebabkan struktur kulit menjadi lebih renggang dan mengembang, sehingga kulit akan semakin mudah mengalami pengerutan. Pada penyamakan minyak menggunakan minyak biji karet, bahan aktif dalam reaksi oksidasi dapat dimodelkan dengan asam linoleat, karena sebagian besar asam lemak tidak jenuh penyusun minyak biji karet adalah asam linoleat. Asam linoleat akan mengalami oksidasi membentuk linoleat hidroperoksida. Hidroperoksida yang terbentuk selanjutnya mengalami degradasi sekunder yang akan membentuk senyawa-senyawa hidrokarbon dengan berat molekul lebih rendah melalui reaksi polimerisasi. Asam linoleat, CH 3 CH 2 4 CH=CHCH 2 CH=CHCH 2 7 COOH, diketahui dapat berpolimerisasi. Ikatan-ikatan hidrokarbon terpolimerisasi kemudian akan membentuk matriks polimer di dalam matriks kolagen yang akan menahan struktur serat kolagen terpisahberjauhan dan menjadi lebih renggang, sehingga dapat memberikan efek penyamakan minyak yaitu berupa kulit samoa yang lembut, halus, serta lebih mudah mengerut bila dibandingkan dengan kulit samak aldehida. 21 Gambar 8. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen terhadap suhu kerut 4.2.2. Sifat Fisik Kulit 4.2.2.1. Ketebalan Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan ketebalan kulit samoa Lampiran 5 diketahui bahwa ketebalan kulit samoa berkisar antara 0.6 – 0.735 mm dengan rata-rata yang dihasilkan sebesar 0.65 mm Gambar 9. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ketebalan kulit samoa sudah sesuai dengan SNI BSN 1990, dengan nilai standar ketebalan 0.3 – 1.2 mm. Gambar 9. Ketebalan kulit samoa rata-rata Ketebalan kulit samoa mempunyai nilai yang berebeda-beda, ketebalan kulit dapat diatur sesuai dengan keinginan pada waktu pembuatan kulit samoa, yaitu pada saat proses shaving dan buffing. Proses shaving bertujuan untuk menghilangkan bagian rajah grain dan daging flash serta mengatur ketebalan sesuai dengan yang diinginkan. Proses buffing bertujuan untuk menghaluskan kulit samak, dan dapat digunakan untuk mengatur ketebalan kulit yang dihasilkan. Ketebalan kulit samoa dapat diatur sesuai dengan tujuan penggunaan produk. Pengaturan ketebalan dapat dilakukan melalui proses shaving dan buffing. Proses shaving bertujuan untuk menghilangkan bagian rajah grain serta mengatur ketebalan. Waktu oksidasi tidak 10 20 30 40 50 60 70 80 90 4 6 8 Suhu k e r ut o C Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 K e te b a la n mm 22 mempengaruhi ketebalan dari kulit, tetapi dari proses shaving dan buffing yang dapat mempengaruhi ketebalan kulit.

4.2.2.2 Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik kulit merupakan kekuatan kulit untuk menahan gaya tarikan yang datang dari luar. Pengujian kekuatan tarik kulit dilakukan terhadap bagian kulit parallel sejajar dan perpendicular tegak lurus dari tulang belakang. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kekuatan tarik tidak dipengaruhi oleh faktor waktu oksidasi di dalam molen, waktu oksidasi di luar molen serta interaksi antara kedua faktor tersebut Lampiran 9. Hal ini mengindikasikan bahwa pada uji kekuatan tarik ini menghasilkan nilai kekuatan tarik yang tidak jauh berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Adanya hasil analisis ragam yang tidak berbeda secara nyata tersebut dapat dikarenakan nilai sampel kekuatan tarik yang dihasilkan antara satu dan lainnya tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kisaran nilai kekuatan tarik sejajar dengan tulang belakang adalah 30.7 – 43.4 Nmm 2 . Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar selama 2 hari Gambar 10. Gambar 10. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kekuatan tarik sejajar tulang belakang Pada sampel kulit tegak lurus dengan tulang belakang, nilai kekuatan tarik kulit mempunyai nilai pada kisaran antara 14.4 – 22.9 Nmm 2 . Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara faktor waktu oksidasi di dalam molen dan waktu oksidasi di luar molen tidak berbeda nyata, sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut berbeda nyata. Uji lanjut Duncan dapat diketahui bahwa waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam dan di luar molen selama 2 hari berbeda nyata dengan sampel waktu oksidasi di dalam selama 4 jam dan di luar 2 hari, serta waktu oksidasi di dalam selama 8 jam dan di luar selama 1 hari Lampiran 10. Hal ini mengindikasikan bahwa pada uji kekuatan tarik ini terdapat faktor-faktor luar yang menyebabkan interaksi antara kedua perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam dan waktu oksidasi di luar selama 1 hari Gambar 11. Uji kekuatan tarik, 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 4 6 8 K e ku a ta n t a r ik N mm 2 Waktu Oksidasi di DalamMolen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 23 seharusnya dengan semakin lama waktu oksidasi maka akan menjadikan serat kulit semakin kuat sehingga nilai kekuatan tarik yang dihasilkan juga tinggi. Kekuatan tarik yang dihasilkan mempunyai nilai yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh komposisi protein serat di dalam kulit. Gambar 11. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kekuatan tarik tegak lurus tulang belakang Nilai kekuatan tarik rata-rata antara sampel sejajar dengan sampel tegak lurus tulang belakang adalah pada kisaran 22.5 – 30.2 Nmm 2 . Secara keseluruhan nilai kekuatan tarik sudah memenuhi SNI BSN 1990, yaitu minimal mempunyai nilai kekuatan sobek 7.5 Nmm 2 . Gambar 12. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kekuatan tarik rata-rata Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor waktu oksidasi di dalam molen dan waktu oksidasi di luar molen tidak berbeda nyata terhadap nilai kekuatan tarik yang dihasilkan, sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut berbeda nyata terhadap nilai kekuatan tarik yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan dapat diketahui bahwa sampel dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam dan di luar selama 1 hari berbeda nyata dengan sampel di dalam molen selama 4 jam dan di luar molen selama 1 hari serta di dalam molen selama 8 jam dan di luar selama 2 hari Lampiran 11. Hal ini 5 10 15 20 25 4 6 8 K e ku a ta n T a r ik N mm 2 Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 hari 2 hari 3 hari 5 10 15 20 25 30 35 4 6 8 K e ku a ta n T a r ik N mm 2 Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 24 mengindikasikan bahwa pada uji kekuatan tarik ini terdapat faktor-faktor luar yang menyebabkan interaksi antara kedua perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Hal ini berarti pengaruh waktu oksidasi di dalam dan di luar molen tidak berbeda nyata dengan nilai kekuatan tarik kulit samoa yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan waktu oksidasi di dalam dan di luar molen yang digunakan tidak terlalu berbeda sehingga nilai kekuatan tarik yang dihasilkan pun tidak berbeda secara nyata, serta pada kedua interaksi antara kedua faktor tersebut tidak dapat ditentukan faktor mana saja yang berbeda secara nyata dikarenakan tidak dapat dilakukan uji lanjut Duncan. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar selama 2 hari Gambar 12 Secara keseluruhan, rata-rata nilai kekuatan tarik sejajar tulang belakang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kekuatan tarik tegak lurus tulang belakang. Menurut Haines et al. 1975, susunan atau jalinan serat kolagen selain dipengaruhi oleh ketebalan kulit, juga dipengaruhi oleh lokasinya pada kulit tersebut. Besar kecilnya kekuatan tarik dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut Haines et al. 1975, sudut yang kecil antara arah jalinan serat-serat kolagen terhadap permukaan grain kulit memungkinkan gaya tarik dapat didistribusikan lebih menyebar ke seluruh sumbu jalinan serat, sehingga kekuatan tarik menjadi lebih besar. Kanagy 1997 menjelaskan bahwa tingginya nilai kekuatan tarik kulit dipengaruhi oleh tingginya komposisi protein serat di dalam kulit. Kulit pada bagian krupon memiliki jalinan serat kolagen yang lebih rapat dibandingkan dengan bagian bahu dan perut sehingga nilai kekuatan tariknya juga lebih tinggi. Haines dan Barlow 1975 menjelaskan bahwa sudut yang kecil antara arah jalinan serat-serat kolagen terhadap permukaan grain kulit menyebabkan gaya tarik dapat didistribusikan lebih menyebar ke seluruh sumbu jalinan serat, sehingga kekuatan tarik kulit menjadi lebih besar. O’Flaherty et al. 1960 menambahkan bahwa kulit yang tipis mempunyai serat kolagen yang longgar sehingga mempunyai daya regang dan kekuatan tarik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kulit yang lebih tebal.

4.2.2.3 Kemuluran Putus Elongation at Break

Kemuluran putus merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu kulit samoa. Tingkat kemuluran putus menunjukkan nilai elastisitas kulit samoa. Kulit samoa yang memiliki nilai kemuluran putus tinggi memungkinkan kulit tersebut tidak mudah sobek atau putus pada saat digunakan. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai kemuluran putus kulit samoa maka akan semakin baik pula mutu kulit tersebut. Pengujian untuk nilai kemuluran putus kulit samoa terdiri dari dua arah yaitu sejajar dan tegak lurus terhadap tulang belakang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kemuluran putus kulit samoa untuk sampel sejajar mempunyai kisaran nilai antara 69.8 – 106.3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor waktu oksidasi di dalam molen, waktu oksidasi di luar molen serta interaksi antara dua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kemuluran putus sejajar tulang belakang Lampiran 12. Hal ini mengindikasikan bahwa pada uji kemuluran putus ini menghasilkan nilai kekuatan sobek yang tidak jauh berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Nilai kemuluran putus tertinggi pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam molen 8 jam dan waktu oksidasi di luar selama 3 hari Gambar 13. Semakin lama waktu oksidasi minyak, maka susunan serat akan semain kompak sehingga nilai kemuluran kulit akan semakin tinggi. Oleh karena itu, waktu oksidasi di dalam molen dan di luar 3 hari mempunyai nilai kemuluran putus paling tinggi. 25 Gambar 13. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kemuluran sejajar tulang belakang Pada sampel tegak lurus dengan tulang belakang, nilai kemuluran putus yang dihasilkan mempunyai nilai pada kisaran 211.1 – 263.6 . Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa nilai kemuluran putus tegak lurus terhadap tulang belakang tidak dipengaruhi oleh faktor waktu oksidasi di dalam molen, waktu oksidasi di luar molen, serta interaksi antara kedua faktor tersebut Lampiran 13. Hal ini menunjukkan bahwa faktor waktu oksidasi di dalam dan di luar molen serta interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kemuluran putus kulit samoa. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pada uji kemuluran putus ini menghasilkan nilai kekuatan sobek yang tidak jauh berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Nilai tertinggi terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam dan di luar molen selama 3 hari Gambar 14. Gambar 14. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kemuluran tegak lurus tulang belakang Secara keseluruhan, nilai kemuluran putus rata-rata antara sampel sejajar dan tegak lurus terhadap tulang belakang terdapat pada kisaran 144.7 – 184.93 . Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa nilai kemuluran putus rata-rata tidak dipengaruhi faktor waktu oksidasi di dalam dan di luar 20 40 60 80 100 120 4 6 8 K e m ul ur a n P ut us Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 50 100 150 200 250 300 4 6 8 K e m ul ur a n P ut us Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 26 molen serta interaksi antara keduanya Lampiran 14. Hal ini mengindikasikan bahwa pada uji kemuluran putus ini menghasilkan nilai kekuatan sobek rata-rata yang tidak jauh berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Nilai kemuluran putus tertinggi terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam dan di luar molen selama 3 hari. Gambar 15. Gambar 15. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kemuluran rata-rata Perbandingan nilai kemuluran untuk sampel sejajar dengan tegak lurus terhadap tulang belakang maka terdapat perbedaan yang cukup besar diantara keduanya. Kemuluran putus pada sampel tegak lurus terhadap tulang belakang mempunyai nilai rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kemuluran putus sejajar tulang belakang. Hal ini berbanding terbalik dengan kekuatan tarik, yaitu sampel sejajar mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan sampel tegak lurus terhadap tulang belakang. Bagian kulit dengan arah tegak lurus terhadap arah tarikan pada pengujian mempunyai nilai kemuluran putus yang lebih tinggi diakibatkan pada bagian tersebut kearah perut lebih sering digunakan hewan untuk berkontraksi menahan beban perut dan makanan semasa hidupnya sehingga elastisitasnya lebih tinggi. Besar kecilnya kemuluran kulit samak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kulit yang tersamak dengan baik akan memiliki nilai elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit yang kurang tersamak. Proses penyamakan minyak terjadi ketika berpenetrasi ke dalam kulit dan mengalami proses oksidasi yang mengakibatkan terjadinya ikatan antara minyak dan protein kolagen pada kulit. Kemuluran kulit samak juga sangat dipengaruhi oleh susunan serat dan ketebalan kolagen dan ketebalan kulit seperti faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik. 4 .2.2.4 Kekuatan Sobek Kekuatan sobek kulit merupakan kemampuan kulit untuk menahan sobekan yang berasal dari luar. Pengujian untuk kekuatan sobek kulit dilakukan pada dua arah tarikan yaitu parallel sejajar dengan tulang belakang dan perpendicular tegak lurus terhadap tulang belakang. Dua jenis pengujian ini sama seperti dengan pengujian pada kekuatan tarik dan kemuluran putus. Berdasarkan uji yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa nilai kekuatan sobek dengan arah sejajar dengan tulang belakang berkisar antara 51.5 – 65.7 Nmm Gambar 16. Berdasarkan hasil analisis ragam pada seluruh perlakuan kekuatan sobek sejajar tulang belakang, dapat diketahui bahwa kekuatan sobek tidak dipengaruhi oleh waktu oksidasi di dalam drum berputar molen, waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle, serta interaksi antara 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 4 6 8 K e m ul ur a n P ut us Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 27 keduanya Lampiran 6. Hal ini menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen, di luar molen serta interaksi antara keduanya tersebut tidak jauh berbeda, serta pada uji kemuluran putus ini menghasilkan nilai kekuatan sobek yang tidak jauh berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Dengan demikian, kekuatan sobek yang dimiliki oleh kulit dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam dan di luar molen tersebut tidak berbeda nyata. Nilai kekuatan sobek tertinggi terdapat pada perlakuan dengan waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan di luar selama 3 hari, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar dibentangkan pada toggle selama 1 hari Gambar 16. Perbedaan yang didapatkan pada beberapa perlakuan diduga karena pengaruh luar. Pada bagian-bagian tertentu, kulit memiliki tenunan serat protein yang berbeda, sehingga nilai kekuatan sobek yang diperoleh pada masing- masing bagian tersebut juga berbeda. Gambar 16. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kekuatan sobek sejajar tulang belakang Pada sampel dengan arah tegak lurus tulang belakang, nilai kekuatan sobek yang dihasilkan berkisar antara 69.9 – 85.8 Nmm. Hasil analisis ragam untuk kekuatan sobek tegak lurus tulang belakang menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam dan di luar molen tidak berpengaruh nyata dengan nilai kekuatan sobek tegak lurus yang dihasilkan, sedangkan untuk faktor interaksi antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen menunjukkan berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek tegak lurus yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen 6 jam dan di luar molen 2 hari berbeda nyata terhadap semua kombinasi waktu oksidasi di dalam dan luar molen, yaitu waktu oksidasi di dalam molen selama 6 jam dan 3 hari serta waktu oksidasi di dalam molen selama 4 jam dan di luar molen selama 1 hari Lampiran 7. Hal ini mengindikasikan bahwa pada uji kekuatan sobek tegak lurus tulang belakang ini terdapat faktor-faktor luar yang menyebabkan interaksi antara kedua perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Nilai tertinggi yang dihasilkan terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar drum selama 2 hari, sedangkan nilai kekuatan sobek terendah terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan di luar drum selama 1 hari Gambar 17. 10 20 30 40 50 60 70 4 6 8 K e ku a ta n s o b e k N mm Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 28 Gambar 17. Hubungan antara waktu oksidasi dan kekuatan sobek tegak lurus tulang belakang Nilai kekuatan sobek rata-rata antara sampel sejajar dan tegak lurus terhadap tulang belakang berkisar antara 62.8 – 75.5 Nmm. Berdasarkan hasil analisis ragam pada seluruh perlakuan kekuatan sobek rata-rata, dapat diketahui bahwa kekuatan sobek tidak dipengaruhi oleh waktu oksidasi di dalam drum berputar molen, waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle, serta interaksi antara keduanya Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen, di luar molen, serta interaksi antara keduanya tersebut tidak jauh berbeda. Dengan demikian, kekuatan sobek rata-rata yang dimiliki oleh kulit dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam dan di luar tersebut tidak berbeda nyata. Analisis ragam yang tidak berbeda secara nyata tersebut dapat dikarenakan nilai kekuatan sobek yang dihasilkan tidak jauh berbeda antara sampel satu dengan yang lain. Nilai tertinggi terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar selama 2 hari. Nilai terendah terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam selama 4 jam dan di luar selama 1 hari Gambar 18. Secara keseluruhan nilai kekuatan sobek sudah memenuhi SNI BSN 1990, yaitu nilai kekuatan sobek diatas 15 Nmm. Berdasarkan Gambar 10, diketahui bahwa semakin lama waktu oksidasi di dalam drum akan meningkatkan nilai kekuatan sobek kulit samoa. Secara keseluruhan, nilai rata-rata kekuatan sobek sampel tegak lurus tulang belakang mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel sejajar dengan tulang belakang. Gambar 18. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kekuatan sobek rata-rata 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 4 6 8 K e k ua ta n So be k N m m Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 10 20 30 40 50 60 70 80 4 6 8 K e k ua ta n So be k N m m Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 29 Nilai kekuatan sobek yang dihasilkan dipengaruhi oleh ketebalan kulit, arah serat kolagen, sudut antar serat dengan lapisan grain dan lokasi sampel pada kulit. Ketebalan kulit mempengaruhi nilai kekuatan sobek karena kulit yang tebal memiliki tenunan serat-serat kolagen yang berikatan lebih banyak. Selain itu, kulit pada bagian-bagian tertentu memiliki komposisi protein serat yang berbeda, sehingga nilai kekuatan sobek yang dihasilkan pun akan berbeda.

4.2.2.5 Daya Serap Air

Daya serap air yaitu kemampuan kulit untuk menyerap air per satuan bobot kulit dan hasilnya dinyatakan dalam persen. Daya serap air merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu kulit samoa. Hal ini dikarenakan terkait dengan fungsi dari kulit samoa yaitu untuk menyerap air dan kotoran, maka semakin tinggi nilai daya serap air maka semakin baik mutunya. Pengukuran daya serap air dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada waktu 2 jam pertama dan 24 jam. Mekanisme dari proses daya serap air yaitu kulit yang terpasang pada alat daya serap air yang telah berisi air akan didiamkan selama 2 jam dan 24 jam berikutnya, lalu dilihat pengurangan dari volume air pada alat daya serap air tersebut. Pengukuran ini didasarkan pada SNI. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai daya serap pada 2 jam pertama mempunyai hasil pada kisaran 287.6 – 374.4 . Gambar 19. Hubungan antara waktu oksidasi dan daya serap air 2 jam 50 100 150 200 250 300 350 400 4 6 8 D aya S e r ap A ir Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 30 Gambar 20. Hubungan antara waktu oksidasi dan daya serap air 24 jam Berdasarkan hasil analisis ragam pada kedua perlakuan tersebut daya serap air 2 jam dan 24 jam, dapat diketahui bahwa daya serap air tidak dipengaruhi oleh waktu oksidasi di dalam drum berputar molen dan waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle Lampiran 16 dan Lampiran 17. Hal ini menunjukkan bahwa struktur kulit yang terbentuk tidak jauh berbeda. Dengan demikian, daya serap air yang dimiliki oleh kulit dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam dan di luar tersebut tidak berbeda nyata. Analisis ragam yang tidak bebrbeda nyata tersebut dapat disebabkan karena nilai daya serap air yang dihasilkan tidak jauh berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Nilai tertinggi daya serap untuk pengukuran 2 jam pada perlakuan dengan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar drum selama 3 hari, dan nilai terendah terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan waktu oksidasi di luar drum selama 2 hari Gambar 19. Nilai daya serap air untuk pengukuran 24 jam mempunyai nilai pada kisaran 321.2 - 406.3. Nilai tertinggi daya serap untuk pengukuran 24 jam pada perlakuan dengan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar drum selama 3 hari, dan nilai terendah terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar drum selama 2 hari Gambar 20. Hasil tertinggi untuk kedua perlakuan, yaitu 2 jam dan 24 jam menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada sampel dengan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan di luar drum selama 3 hari. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan kombinasi tersebut memberikan efek oksidasi minyak yang paling optimal dalam pembentukan matriks polimer hidrokarbon, sehingga sifat retensi airnya menjadi paling baik. Hal ini juga dapat dikarenakan semakin lamanya waktu oksidasi penyamakan minyak menyebabkan kulit mempunyai pori-pori yang lebih besar sehingga kemampuan untuk menyerap air lebih besar. Secara keseluruhan, nilai daya serap air kulit samoa pada penelitian yang telah dilakukan ini telah memenuhi SNI BSN 1990, yaitu minimal 100 2 jam dan 200 24 jam. Jika dibandingkan dengan nilai daya serap air antara waktu pengujian 2 jam dengan 24 jam, maka dapat dilihat bahwa nilai daya serap air dengan waktu uji 24 jam mempunyai nilai daya serap air yang lebih tinggi dibandingkan waktu uji penyerapan 2 jam. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu penyerapan maka akan semakin banyak air yang terserap ke dalam air sampai titik tertentu dimana kulit sudah jenuh terhadap air dan tidak dapat menyerap air lagi. 50 100 150 200 250 300 350 400 450 4 6 8 D aya S e r ap A ir Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 31 4.2.3. Sifat Kimia Kulit 4.2.3.1 pH Uji pH merupakan salah satu uji sifat kimia dalam penentuan mutu dari kulit samoa. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai pH yang dihasilkan dari semua sampel mempunyai nilai pada kisaran 7.01 – 7.55. Gambar 21. Hubungan antara waktu oksidasi dengan pH Hasil analisis ragam pengujian seluruh perlakuan uji pH menunjukkan bahwa nilai F hitung faktor waktu oksidasi di dalam molen dan interaksi antara keduanya lebih besar dari pada nilai F tabel atau nilai Pr F peluang nyata-nya lebih kecil dari nilai α 0.05, sedangkan nilai F hitung faktor waktu oksidasi di luar molen tidak lebih besar dari pada F tabel Lampiran 20. Hal ini menunjukkan bahwa faktor waktu okisdasi di luar molen pada masing-masing taraf berpengaruh nyata terhadap nilai pH kulit samoa, sedangkan faktor waktu oksidasi di dalam molen drum berputar dan interaksi antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH. Nilai pH tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam drum selama 8 jam dan di luar drum selama 3 hari, dan nilai terendah terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam selama 4 jam dan di luar drum selama 1 hari Gambar 21. Secara keseluruhan, nilai pH kulit samoa pada penelitian ini sudah memenuhi dengan SNI BSN 1990, yaitu dengan nilai pH maksimal 8. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai pH terendah terdapat pada perlakuan dengan waktu oksidasi di luar molen selama 2 hari yaitu mempunyai nilai rata-rata 7.0325, sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan dengan faktor waktu oksidasi di luar molen selama 3 hari yaitu 7.52833. Nilai pH hasil perlakuan waktu oksidasi di luar selama 3 hari berbeda nyata dengan pH hasil perlakuan waktu oksidasi di luar selama 1 hari dan 2 hari. Hal ini menunjukkan bahwa waktu oksidasi pada saat dibentangkan pada toogle selama 3 hari memberikan pengaruh terhadap nilai pH. Nilai pH yang dihasilkan pada saat di luar molen mengalami kenaikan. Semakin lama waktu oksidasi di luar molen maka kulit akan semakin basa, sehingga nilai pH semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan semakin lama waktu oksidasi di luar molen, maka akan semakin besar kemungkinan natrium karbonat terserap ke dalam kulit dan berikatan dengan serat kulit, sehingga dapat meningkatkan nilai pH kulit. 2 4 6 8 4 6 8 pH Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 32

4.2.3.2 Kadar Minyak

Pengujian kadar minyak pada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui banyaknya minyak yang terdapat pada kulit, terutama minyak yang masih tersisa di dalam kulit pada saat proses penyamakan minyak. Mutu kulit samoa yang baik yaitu kulit dengan kandungan minyak yang rendah 10 BSN 1990. Adanya kandungan minyak pada kulit yang tinggi dapat berakibat pada timbulnya efek bau, lengket dan tidak nyaman pada saat digunakan. Gambar 22. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kadar minyak Berdasarkan hasil analisis ragam pada seluruh perlakuan kadar minyak, dapat diketahui bahwa kadar minyak tidak dipengaruhi oleh waktu oksidasi di dalam drum berputar molen dan waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle Lampiran 18. Hal ini menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen dan di luar molen tersebut tidak jauh berbeda sehingga struktur kulit yang terbentuk tidak jauh berbeda serta waktu oksidasi di luar dan di dalam molen mampu mengoksidasi minyak dengan baik, dengan demikian baik minyak yang berpenetrasi ke dalam kulit maupun yang tertinggal pada permukaan kulit tidak berbeda jauh. Dengan demikian, kadar minyak yang dimiliki oleh kulit dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam dan di luar tersebut tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, terlihat bahwa kadar minyak kulit samoa yang digunakan berada pada kisaran 4.1 – 8.2. Nilai tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan di luar drum selama 2 hari, dan nilai kadar minyak terendah kulit terdapat pada sampel dengan perlakuan di dalam drum selama 6 jam dan di luar drum selama 3 hari Gambar 22. Secara keselruhan kadar minyak kulit samoa yang dihasilkan sudah memenuhi SNI BSN 1990 yaitu maksimal 10. Kadar minyak pada kulit samoa sangat dipengaruhi oleh proses pencucian akhir pada kulit menggunakan air hangat 40 o C. Proses ini berguna untuk menghilangkan sisa-sisa minyak yang masih menempel pada kulit. Penggunaan air hangat ini bertujuan untuk menyabunkan minyak sehingga dapat terbuang bersama air. Pencucian kulit secara tidak sempurna menyebabkan masih adanya minyak yang menempel pada kulit. Pada penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dengan nilai tertinggi pada sampel waktu oksidasi di dalam 6 jam di dalam molen dan di luar molen 2 hari menunjukkan bahwa minyak yang tertinggal pada kulit masih banyak dibandingkan dengan kulit lain. Hal ini dapat disebabkan karena pencucian yang kurang sempurna. Selain itu, banyak tidaknya minyak juga dipengaruhi pada saat proses pengapuran pada tahap penyamakan. Proses pengapuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 6 8 K ad ar M in yak Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 33 salah satunya berguna untuk menyabunkan lemak yang terdapat pada kulit asal hewan. Dengan demikian, proses pengapuran yang sempurna akan menyebabkan minyak yang tertinggal pada kulit menjadi minimum.

4.2.3.3. Kadar Abu

Uji kadar abu yang dilakukan pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui banyaknya mineral nonrganik yang terkandung dalam suatu bahan. Kadar abu kulit samoa yang dilakukan pada penelitian ini berkisar antara 1.57 – 2.575. Secara keseluruhan kadar abu yang dihasilkan sudah memenuhi nilai dari SNI BSN 1990, yaitu maksimal 5. Gambar 23. Hubungan antara waktu oksidasi dengan kadar abu Hasil analisis ragam pengujian seluruh perlakuan uji kadar abu menunjukkan bahwa nilai F hitung faktor interaksi antara waktu oksidasi di dalam molen dan waktu oksidasi di luar molen lebih besar dari pada nilai F tabel atau nilai Pr F peluang nyata-nya lebih kecil dari nilai α 0.05, sedangkan nilai F hitung faktor waktu oksidasi di luar molen tidak lebih besar dari pada F tabel Lampiran 19. Hal ini menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen drum berputar dan waktu okisdasi di luar molen toggle pada masing-masing taraf berpengaruh nyata terhadap nilai kadar abu kulit samoa, sedangkan faktor interaksi antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar abu. Hasil uji lanjut Duncan faktor A waktu oksidasi di dalam molen nilai terendah terdapat pada perlakuan dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 4 jam yaitu mempunyai nilai rata-rata 1.76, sedangkan nilai kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan dengan faktor waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam yaitu 2.2567. Nilai kadar abu hasil perlakuan faktor waktu oksidasi di dalam molen selama 1 hari, 2 hari, dan 3 hari menunjukkan bahwa waktu oksidasi di dalam molen tidak berbeda nyata antara satu dengan lainnya. Hasil uji lanjut Duncan faktor B waktu oksidasi di luar molen nilai terendah terdapat pada perlakuan dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 1 hari 0,5 1 1,5 2 2,5 3 4 6 8 K a da r A bu Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 34 yaitu mempunyai nilai rata-rata 1.8017, sedangkan nilai kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan dengan faktor waktu oksidasi di luar molen selama 3 hari yaitu 2.28. Nilai kadar abu hasil perlakuan faktor waktu oksidasi di dalam molen selama 2 hari tidak berbeda nyata dengan waktu oksidasi di luar molen selama 1 hari dan 3 hari. Sedangkan untuk waktu oksidasi di luar molen selama 1 hari berbeda nyata dengan perlakuan waktu oksidasi di luar selama 3 hari. Hal ini menunjukkan bahwa faktor waktu oksidasi di luar molen selama 1 hari dan 3 hari memberikan pengaruh terhadap nilai kadar abu yang dihasilkan. Kadar abu pada percobaan, nilai tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi didalam molen selama 8 jam dan waktu oksidasi di luar molen selama 3 hari, sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada sampel dengan perlakuan waktu oksidasi didalam molen selama 4 jam dan waktu oksidasi di luar molen selama 1 hari Gambar 23. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan waktu oksidasi di dalam molen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar abu, karena umumnya kadar abu pada kulit dipengaruhi oleh bahan mineral yang terkandung dalam kulit. Bahan-bahan mineral anorganikyang terkandung di dalam kulit tidak ikut teroksidasi, Bahan mineral tersebut antara lain kalium, kalsium, besi, fosfor, dan umumnya terdapat di dalam kulit sebagai garam klorida, sulfat, karbonat, dan fosfat. Selain itu terdapat pula SiO 2 , Zn, Ni, As, Fe, dan S dalam jumlah yang sedikit Suparno 2010. Secara keseluruhan, kadar abu kulit samoa ini sudah memenuhi SNI 06-1752-1990 BSN 1990, yaitu kadar abu maksimal 5.

4.2.4 Sifat Organoleptik

Pengujian sifat organoleptik merupakan parameter utama untuk mengetahui mutu kulit samoa, sebab sifat ini yang terkait langsung dengan kenyamanan kulit saat digunakan. Sifat organoleptik dari kulit samoa yang paling penting adalah warna, kehalusan dan bau. Warna memiliki arti yang sangat penting karena selain memberikan daya tarik juga menunjukkan kecerahan dan kebersihan kulit samoa. Warna kulit samoa yang baik adalah kuning muda atau mendekati putih seperti beledu. Bau yang terdapat pada kulit samoa pada umumnya disebabkan oleh residu minyak ynag masih terdapat pada kulit. Kulit samoa yang mempunyai mutu yang baik tidak meninggalkan residu bau pada kulit. Kehalusan pada kulit sangat penting karena untuk mencegah barang atau benda yang dibersihkan tergores atau lecet. Selain itu, kulit yang halus cenderung meningkatkan daya serap air dan kelenturan kulit, sehingga akan memberikan rasa nyaman pada saat digunakan. Hasil pengujian organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 21. Hasil analisis ragam untuk faktor kehalusan menunjukkan bahwa faktor perlakuan waktu oksidasi di dalam molen berpengaruh nyata dan faktor interaksi antara keduanya juga berpengaruh nyata, sedangkan untuk faktor perilaku waktu oksidasi di luar molen tidak berpengaruh nyata. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan didapatkan hasil bahwa waktu oksidasi di dalam selama 4 jam dan 6 jam berbeda nyata terhadap waktu oksidasi di dalam molen selama 8 jam sedangkan untuk waktu oksidasi di dalam molen selama 4 jam tidak berbeda nyata terhadap waktu oskidasi di dalam molen selama 6 jam. Uji lanjut Duncan untuk faktor interaksi didapatkan hasil bahwa waktu oksidssi di dalam molen 6 jam dan di luar selama 3 hari berbeda nyata dengan sampel dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 4 hari dan di luar selama 2 hari, serta waktu oksidasi dalam molen selama 8 jam dan di luar molen selama 2 hari. Histogram pada Gambar 24 menunjukkan bahwa terdapat 2 perlakuan yang memberikan nilai organoleptik kehalusan tertinggi yang sama yaitu waktu oksidasi di dalam drum selama 8 jam dan di luar drum selama 2 hari dan pada perlakuan waktu oksidasi di dalam drum selama 8 jam dan di luar 35 selama 3 hari. Kulit dengan waktu oksidasi yang lebih lama, maka akan mempunyai kehalusan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan minyak akan teroksidasi lebih sempurna ke dalam kulit. Kulit yang mempunyai kehalusan tinggi, maka akan mempunyai daya serap air yang tinggi pula. Hasil penilaian kehalusan kulit samoa hasil dua perlakuan tersebut adalah 9 dalam skala 1-10. Nilai kehalusan terendah terdapat pad perlakuan waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan di luar selama 3 hari dengan nilai yaitu 7-8. Kriteria nilai untuk penilaian sifat kehalusan kulit samoa yaitu 1-2 adalah sangat kurang, 3-4 adalah kurang, sampai 9-10 adalah sangat baik. Kehalusan merupakan salah satu parameter utama penentuan mutu kulit samoa karena bersinggungan langsung dengan penggunaannya. Kulit yang halus akan lebih mudah digunakan sebagai alat pembersih dan tidak menimbulkan kerusakan pada benda akibat adanya goresan dengan permukaannya. Selain itu, kulit yang halus akan lebih disukai dan nyaman digunakan. Gambar 24. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar terhadap nilai organoleptik kehalusan Keterangan: Nilai organoleptik: 1-2 = sangat kurang, 3-4 = kurang, 5-6 = cukup, 7-8 = baik, 9-10 = sangat baik Uji organoleptik untuk faktor warna tidak dapat uji analisis ragam dikarenakan data yang dihasilkan tidak beragam antara satu dengan lainnya. Histogram pada Gambar 25 menunjukkan bahwa ada 3 perlakuan yang memberikan nilai organoleptik warna tertinggi yang sama yaitu waktu oksidasi di dalam drum 4 jam dan di luar drum selama 1 hari, waktu oksidasi di dalam drum 6 jam dan waktu oksidasi di luar selama 1 hari serta waktu oksidasi di dalam drum selama 8 dan di luar drum selama 1 hari. Hasil penilaian warna hasil tiga perlakuan tersebut adalah 9 dalam skala 1-10. Nilai warna terendah terdapat pada perlakuan kombinasi waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan waktu oksidasi di luar selama 3 hari, kombinasi waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan di luar selama 3 hari serta kombinasi waktu oksidasi di dalam selama 8 jam dan di luar drum selama 3 hari yaitu 7. Kriteria nilai untuk penilaian sifat warna kulit samoa yaitu 1-2 adalah sangat kurang dan 9-10 adalah sangat baik. Dari Gambar 25 dapat diketahui bahwa nilai warna dipengaruhi oleh waktu oksidasi di luar drum dibentangkan pada toggle. Semakin lama waktu oksidasi di luar molen, maka nilai organoleptik warna akan semakin menurun. Hal ini diduga karena waktu oksidasi di luar molen atau saat dibentangkan terlalu lama dapat menyebabkan efek oksidasi yang semakin tinggi sehingga dapat merusak warna kulit samoa. Warna yang dikehendaki pada kulit samoa adalah kuning muda mendekati putih sebagaimana yang disyaratkan di dalam SNI 06-1752-1990. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 6 8 K e ha lus a n Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 36 Gambar 25. Hubungan antara watu oksidasi di dalam dan luar molen terhadap nilai organoleptik warna Keterangan: Nilai organoleptik: 1-2 = sangat kurang, 3-4 = kurang, 5-6 = cukup, 7-8 = baik, 9-10 = sangat baik Histogram pada Gambar 26 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang memberikan nilai organoleptik bau yang sama. Hasil penilaian bau untuk semua perlakuan tersebut adalah 7-8 dalam skala 1-10. Dari Gambar 26 dapat diketahui bahwa nilai organoleptik bau dipengaruhi oleh sisa minyak yang terdapat pada kulit. Kulit yang baik yaitu apabila kulit tersebut tidak meninggalkan residu bau pada kulit. Dalam penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa semakin lama waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle, maka akan meninggalkan bau yang kurang enak sehingga nilai untuk bau kulit akan semakin kecil. Uji organoleptik untuk faktor bau tidak dilakukan analisis ragam dikarenakan data yang dihasilkan tidak beragam antara satu dengan lainnya. Gambar 26. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen terhadap nilai organoleptik bau Keterangan: Nilai organoleptik: 1-2 = sangat kurang, 3-4 = kurang, 5-6 = cukup, 7-8 = baik, 9-10 = sangat baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 6 8 Wa r na Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 4 6 8 B au Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam Waktu Oksidasi di Luar Molen 1 Hari 2 Hari 3 Hari 37

4.2.5 Kajian Mikroskopis Serat Kulit

Pengamatan SEM dilakukan terhadap kulit pikel dan kulit samoa yang memiliki nilai organoleptik kehalusan dan daya serap air tertinggi. Dari hasil analisis nilai kehalusan pada pembahasan 4.2.4 dan daya serap air pada pembahasan 4.2.2.5 diperoleh bahwa perlakuan kombinasi perlakuan waktu oksidasi di dalam molen selama 4 jam dan oksidasi di luar molen selama 3 hari merupakan hasil yang terbaik. SEM micrograph dapat dilihat pada Gambar 27. A B Gambar 27. SEM micrograph perbesaran 500×: A kulit pikel dan B kulit samoa hasil perlakuan waktu oksidasi di dalam molen 4 jam dan di luar molen 3 hari Apabila dibandingkan antara kulit pikel Gambar 27A dan kulit samak minyak Gambar 27B, maka diperoleh bahwa bahan penyamak minyak akan memberikan struktur serat yang berbeda dibandingkan dengan sebelum disamak. Penyamakan minyak membuat jalinan serat kolagen lebih teratur dan lebih kompak dibandingkan dengan kulit pikel karena adanya matriks polimer yang mengisis antar jalinan serat. Apabila dibandingkan antara kulit pikel Gambar 27A dengan kulit samak minyak Gambar 27B maka diperoleh bahwa jalinan serat kulit samoa lebih regang dan terbuka. Hal ini karena adanya matriks polimer hasil oksidasi minyak yang mengisi antar jalinan serat dan menjaga antar serat berjauhan sehingga jalinan serat menjadi lebih longgar.

4.2.6 Penentuan Perlakuan Terbaik Berdasarkan Mutu Kulit Samoa

Mutu kulit samoa terbaik dapat ditentukan berdasarkan nilai daya serap air dan hasil organoleptik kehalusan. Hal tersebut berdasarkan pada penggunaan utama kulit samoa sebagai alat pencuci yang memiliki kelebihan di antaranya adalah kapasitas menyerap air yang tinggi. Nilai kehalusan menunjukkan tingkat kenyamanan dan keamanan kulit saat digunakan, sedangkan nilai daya serap air menunjukkan tingkat kemampuan penyerapan kulit samoa terhadap air. Perlakuan percepatan oksidasi penyamakan minyak dengan waktu oksidasi di dalam molen selama 4 jam dan waktu oksidasi di luar molen dibentangkan pada toggle selama 3 hari merupakan Type : JSM-5000 Width :264 µm Magnification : 500x Sample : Goat pickle pelt Accv : 20 Kv Type : JSM-5000 Width :264 µm Magnification : 500x Sample : Chamois Leather Accv : 20 Kv 38 perlakuan terbaik karena memberikan nilai organoleptik kehalusan tinggi yaitu 8-9 sangat baik dan nilai daya serap air rata-rata yang tinggi yaitu daya serap air 2 jam sebesar 315.65 dan daya serap air 24 jam sebesar 346.49. Nilai tersebut sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam SNI yaitu daya serap air 2 jam minimal 100 dan daya serap air 24 jam minimal 200. Parameter- parameter mutu lainnya juga sudah memenuhi persyaratan SNI yaitu pH sebesar 7.48 maksimal 8, kadar lemak sebesar 4.51 maksimal 10 , kadar abu sebesar 1.99 maksimal 5, kekuatan sobek sebesar 75.105 Nmm minimal 15 Nmm, kekuatan tarik 30.20 Nmm 2 minimal 7.5 Nmm 2 , dan kemuluran putus 178.09 minimal 50. Proses percepatan penyamakan minyak menggunakan kombinasi waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan waktu oksidasi di luar selama 3 hari menghasilkan mutu kulit samoa yang lebih baik dibandingkan dengan penyamakan minyak menggunakan kombinasi waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan waktu oksidasi di luar selama 1 hari Muzakki 2010. Perbandingan mutu keduanya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7. Perbandingan mutu antara kulit samoa hasil waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan di luar selama 1 hari dan kulit samoa hasil waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan di luar selama 3 hari Parameter Satuan Nilai Penyamakan minyak di dalam drum 6 jam dan di luar 1 hari Penyamakan minyak di dalam drum 4 jam dan di luar 3 hari Sifat Kimia: • Kadar minyak • Kadar Abu • pH 8.9 1.2 7.4 4.5 1.99 7.5 Sifat Fisis: • Kekuatan tarik • Kemuluran • Kekuatan sobek • Penyerapan air  2 jam  24 jam Nmm 2 Nmm 25 110 75 326 345 30 178 75 316 347 Organoleptis:  Kehalusan  Warna  Bau - - 8-9 7-8 7-8 8-9 7 7-8 : Muzakki 2010 Tabel 8 menunjukkan bahwa kulit samoa hasil penyamakan minyak dengan kombinasi waktu oksidasi di dalam drum selama 4 jam dan di luar drum selama 3 hari memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan kulit samoa dengan kombinasi waktu oksidasi di dalam drum selama 6 jam dan di luar drum selama 1 hari. Hal ini dapat dilihat dari nilai daya serap air 24 jam kulit samoa hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan kulit samoa hasil penyamakan menggunakan waktu oksidasi di dalam 6 jam dan di luar 1 hari. Daya serap air merupakan salah satu parameter utama penentuan mutu kulit samoa. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan waktu oksidasi pada saat di dalam 39 molen yang lebih singkat maka mutu dari kulit samoa tersebut lebih baik dibandingkan dengan waktu oksidasi yang biasanya diterapkan, namun untuk waktu oksidasi pada saat berada di luar molen dibentangkan pada toggle membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 3 hari. Waktu oksidasi di dalam molen menujukkan bahwa semakin lama waktu oksidasi yang dilakukan maka semakin banyak oksidasi yang terjadi pada kulit bagian luar. Semakin lama kulit diputa di dalam molen, maka semakin banyak minyak yang menutupi penampang kulit bagian luar. Hal ini mengakibatkann pada saat di luar molen oksidasi yang akan dilakukan ke dalam kulit lebih sukar karena kulit bagian luar teroksidasi lebih banyak. Oleh karena itu, semakin singkat waktu oksidasi di dalam molen maka akan mempunyai nilai daya serap air yang lebih tinggi karena oksidasi yang terjadi lebih sempurna. Waktu oksidasi di luar molen menunjukkan bahwa kulit dibentangkan pada toggle selama 3 hari maka akan mempunyai kualitas yang lebih baik, hal ini dikarenakan oksidasi di luar dan di dalam kulit yang lebih sempurna dengan waktu pembentangan yang lebih lama. Dengan adanya oksidasi yang lebih baik tersebut mengakibatkan nilai daya serap air yang tinggi. 40 V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan