Uji fitokimia Harborne 1987 Metode Penelitian

Aktivitas antioksidan masing-masing sampel ekstrak dan BHT dinyatakan dengan persentase penghambatan radikal bebas persen inhibisi yang dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut: Nilai konsentrasi sampel ekstrak kangkung air ataupun antioksidan pembanding BHT dan hambatan ekstrak persen inhibisi diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan: y = bx + a, digunakan untuk mencari nilai IC 50 inhibitor concentration 50 masing-masing sampel, dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x sebagai IC 50 . Nilai IC 50 menyatakan konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50.

3.3.4 Uji fitokimia Harborne 1987

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen- komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak kasar kangkung air yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroidtriterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, uji Molisch, uji Benedict, uji Biuret dan uji Ninhidrin. 1 Alkaloid Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff. Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1 ml HgCl 2 dengan 0,5 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 ml dengan labu takar. Pereaksi ini tidak berwarna. Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat. Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut subnitrat ditambahkan dengan 10 ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air. Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume campuran 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air. Pereaksi ini berwarna jingga. 2 SteroidTriterpenoid Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi yang kering. Kemudian ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif. 3 Flavonoid Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol campuran asam klorida 37 dan etanol 95 dengan volume yang sama dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid. 4 Saponin Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin. 5 Fenol hidrokuinon pereaksi FeCl 3 Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl 3 5. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan. 6 Uji Molisch Sebanyak 1 ml larutan sampel diberi 2 tetes pereaksi Molish dan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Uji positif yang menunjukkan adanya karbohidrat ditandai terbentuknya kompleks berwarna ungu di antara 2 lapisan cairan. 7 Uji Benedict Larutan sampel sebanyak 8 tetes dimasukkan ke dalam 5 ml pereaksi Benedict. Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Terbentuknya warna hijau, kuning, atau endapan merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi. 8 Uji Biuret Sebanyak 1 ml larutan sampel ditambahkan 4 ml pereaksi Biuret. Campuran dikocok dengan seksama. Terbentuknya larutan berwarna ungu menunjukkan hasil uji positif adanya peptida. 9 Uji Ninhidrin Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambah beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,1. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Larutan berwarna biru yang terbentuk menunjukkan reaksi positif terhadap adanya asam amino. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kangkung air Ipomoea aquatica Forsk.. Sampel yang telah diambil segera dipreparasi dan dikurangi kadar airnya melalui proses pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk menambah daya awet produk sebelum dianalisis dan mempermudah penyimpanan. Kangkung air segar yang telah dipisahkan daun, tangkai daun dan batangnya yang dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Kangkung air segar yang telah dipisahkan bagian daun, tangkai daun dan batang Kangkung air yang telah kering memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan kangkung air segar. Hal ini terjadi karena sebagian air dalam kangkung air telah teruapkan oleh panas saat proses pengeringan. Kadar air tersebut merupakan air bebas yang mudah dihilangkan, misalnya dengan proses pengeringan Winarno 2008. Ketiga bagian tersebut masing-masing dihancurkan sehingga diperoleh bentuk serbuk halus. Bahan baku yang berbentuk serbuk halus tersebut dapat mempermudah saat proses analisis maupun proses ekstraksi. Permukaan bahan baku yang dapat kontak langsung dengan pelarut lebih luas. Serbuk halus tersebut kemudian disimpan dalam wadah tertutup untuk melindungi bahan baku dari pengaruh lingkungan sekitar. Karakterisasi bahan baku dilakukan untuk menentukan sifat dari bahan baku yang digunakan. Suatu bahan baku memiliki sifat kimia yang berbeda dengan yang lainnya. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengukuran rendemen dan analisis kandungan gizi bahan baku uji proksimat.

4.1.1 Rendemen