Siswa di TPA unit 373 At-Tahiriyah II Efek Komunikasi Instruksional di TPA unit 373 At-Tahiriyah

Cara membaca Al Qur’an yang diterapkan di TPA At-Tahiriyah II ini ialah setiap anak memiliki kartu data prestasi bacaan, ketika murid membaca bacaannya, kemudian terkadang para murid tersebut harus mengulang bacaan keesokan harinya. Maka di kartu data prestasi murid, guru tersebut harus menulis kata ulang, jika bacaannya masih belum benar dan lancar. Tetapi jika benar dan lancar, maka guru menulis kata lanjut di kartu data prestasi tersebut. Setelah semua kegiatan selesai, maka berakhirlah kegiatan belajar mereka. Ini di akhiri dengan klasikal akhir, yaitu para murid membaca doa sebelum pulang selanjutnya mereka juga selalu diajarkan untuk bersopan santun, misalnya ketika akan pulang, mereka terbiasa mencium tangan para guru dan selalu mengucapkan salam.

4. Siswa di TPA unit 373 At-Tahiriyah II

Peserta didik yang belajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II berusia mulai dari 3 tahun sampai dengan 12 tahun. Kelompok belajar adalah sekumpulan orang yang jumlahnya lebih dari dua orang untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan tugas melalui kerjasama sebagai suatu kelompok. 21 Kelompok belajar adalah salah satu strategi belajar mengajar. Ialah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima atau tujuh siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas 21 Drs. A. Surjadi, MA, Ph.D, Membuat Siswa Aktif Belajar, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989, h. 86. tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. 22

5. Efek Komunikasi Instruksional di TPA unit 373 At-Tahiriyah

Efek adalah hasil dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Komunikasi yang digunakan oleh para guru dalam membina akhlak anak yaitu dengan cara nasihat. Nasihat tersebut umumnya diberikan kepada seorang yang terlihat perilakunya menyimpang. Misalnya, pada saat belajar ada murid yang berlari-larian mengejar temannya dan saling bertengkar, maka dalam hal ini tindakan guru adalah ketika di ruang belajar, guru menasehati kepada para murid tanpa menyinggung perasaan yang murid yang berlari-larian dan saling bertengkar tadi, dan ini menunjukkan adanya saling menyayangi, saling menghormati dan juga kelemah lembutan antara sesama teman. Dengan memberikan nasehat itu, tujuannya yaitu agar timbul kesadaran pada diri murid, agar dapat bersikap baik terhadap sesama. Kedua dengan cara pembiasaan. Bagi anak-anak, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah aktivitas anak menjadi teratur. Pembiasaan yang baik, akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang selalu buruk, akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Begitulah biasanya terlihat dan terjadi pada diri seseorang. Misalnya, guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II menyuruh para murid untuk menunaikan shalat tepat waktu di rumahnya, agar itu menjadi kebiasaan yang ada pada dirinya dalam kehidupan sehari-hari. 22 Dra. Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, h. 15. Menanamkan kebiasaan pada anak memang terkadang sulit. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sulit pula untuk mengubahnya. Maka, penting dalam kehidupan anak untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik saja, jangan sekali-kali mendidik atau menyuruh anak untuk berkata bohong, tidak disiplin dan sebagainya. Tetapi menanamkan kebiasaan untuk berbuat baik, seperti suka menolong orang saat ada yang kesulitan, ikhlas melakukan puasa, gemar menunaikan shalat lima waktu dan lain sebagainya, maka pembinaan akhlak anak sangat berpengaruh di lingkungan TPA unit 373 At-Tahiriyah II.

6. Hambatan Komunikasi