1.
Pembuka
Baik anak-anak, duduk yang rapi semuanya. Assalamualaikum wr.wb. Doa pembuka I Doa
Meminta Rizki dan Ilmu yang bermanfaat, Doa pembuka II Doa Dibukakan Pintu Hikmah dan
Rahmat 2.
Penyajian
Hari ini kita akan belajar materi Dienul Islam yang membahas tentang Rukun Iman. Tahukah
kalian ada berapa rukun iman? Coba sebutkan Rukun iman yang pertama adalah percaya kepada
Allah Swt. Rukun iman yang kedua yaitu percaya kepada
Malaikat. Rukun iman yang ketiga yaitu percaya kepada
Kitab-kitab. Rukun iman yang keempat yaitu percaya kepada
Rasul-rasul. Rukun iman yang kelima yaitu percaya kepada
Hari Kiamat. Rukun iman yang keenam yaitu percaya kepada
Qadha dan Qadar. 3.
Penutup
Anak-anak mari kita tutup materi hari ini dengan membaca doa. Tapi sebelumnya kalian duduk yang
rapi Coba bacakan doa penutupnya, Allahumma auzini an asykura nimatakallati anamta alayya wa
ala walidayya....
B. Komunikasi Instruksional Guru dan Murid di TPA unit 373 At-Tahiriyah II
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di TPA unit 373 At-Tahiriyah II, bahwa komunikasi yang banyak digunakan oleh para guru TPA
unit 373 At-Tahiriyah II, yaitu:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan dan tulisan yang sangat umum digunakan oleh banyak orang,
hal ini karena komunikasi verbal sangat mudah untuk dipahami dan dimengerti. Oleh karena itu TPA unit 373 At-Tahiriyah mengkomunikasikan pesan-pesan agama
secara verbal atau dengan lisan melalui program pembelajaran yang telah ditetapkan, seperti pelajaran pokok yaitu belajar membaca, mengenal aksara Al-Qur’an sesuai
dengan kaidah tajwid, juga belajar tentang do’a sehari-hari yang dilakukan setiap hari sebelum pelajaran dimulai, hafalan surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan juga
dilakukan setiap hari setelah pelajaran selesai. Selain itu guru memperkenalkan sejarah Islam dengan bercerita dan diselingi bernyanyi bersama dengan lagu-lagu
Islami. Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang digunakan
guru terhadap informan I, yaitu ketika guru sedang mengajarkan tadarrustartil dan terdapat bacaan yang dibaca salah, maka guru tersebut mengulangi bacaannya
kemudian diluruskan dan diberi penjelasan.
35
Kelebihan dari komunikasi melalui lisan ini, murid lebih mudah mengetahui atau mengerti pesan yang disampaikan. Kelemahannya murid menjadi cepat lupa
akan pesan yang disampaikan. Kegiatan yang sering penulis temui, contohnya pada saat guru sedang
berinteraksi dengan murid untuk menerangkan materi pelajaran seperti hafalan do’a- do’a harian, hafalan surat-surat pendek Juz’amma, bernyanyi, permainan dan juga
membaca iqro. Bentuk komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah
35
Neneng Juairiyah, S. Pd., Kepala TPA unit 373 At-Tahiriyah II, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2008.
laku atau sikap muridnya ketika disuruh melakukan ibadah shalat, jika si anak tidak mau melaksanakan apa yang diajarkan serta diperintahkan oleh gurunya, maka guru
tersebut mencoba melakukan pendekatan dengan cara berkata lembut lalu menasehatinya.
Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai bentuk komunikasi verbal, maka penulis mencoba menguraikan dengan rinci contoh yang ada di atas
antara lain: a.
Metode berceritaceramah; adapun kegiatan lain yang sering dilakukan oleh guru di TPA unit 373 At-Tahiriyah II adalah dengan cara bercerita.
Komunikasi dengan bentuk verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, dapat membantu dan memudahkan komunikasi dua arah antara
seorang guru dan santri, terutama aktifitas yang memiliki relevansi dengan upaya transformasi pengetahuan dalam bentuk apapun sesuai
dengan tujuan guru dalam kapasitasnya sebagai subjek pendidikan. Metode cerita ini juga cukup efektif dan mudah untuk dimengerti oleh
murid, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, karena memang cerita adalah suatu yang mengasyikkan, menyenangkan
dan menggembirakan bagi mereka. Dalam masa kanak-kanak seperti kanak-kanak seperti ini, murid sangat gampang meniru bahkan
meneladani seorang yang dianggap cocok dengan mereka, dan itu mereka dapatkan dari cerita-cerita yang mereka dengarkan baik lewat media
maupun langsung dari penyampaian para guru. Adapun dengan ceramah, yaitu satu cara penyampaian materi
yang dilakukan secara lisan oleh guru. Murid dalam hal ini sebagai
penerima pesan, mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya tetapi ceramah juga mempunyai kekurangan seperti yang
dikatakan Basyiruddin Usman salah seorang pakar dalam bidang pendidikan, ia mengatakan bahwa diantara kelemahan metode ceramah
adalah, pertama; guru seringkali kesulitan dalam mengukur pemahaman murid sampai sejauh mana pemahaman mereka tentang materi yang
diceramahkan, kedua; ceramah cenderung membosankan dan perhatian murid berkurang, karena guru kurang memperhatikan faktor-faktor
psikologis murid, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi rabun.
36
Keterangan ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Neneng Juairiyah, S.Pd. selaku Kepala Sekolah TPA unit 373 At-Tahiriyah II, beliau mengatakan
umumnya anak-anak gemar mendengar cerita, melalui cerita dapat ditanamkan keimanan dan ketakwaan pada diri anak. Cerita dapat mengajari mereka mensyukuri
nikmat Allah atau sekedar memperkenalkan sejarah Islam yang dapat diambil hikmahnya untuk menanamkan akhlakul karimah pada diri mereka, misalnya kisah
Nabi Ibrahim yang tabah dan sabar menerima cobaan Allah SWT atau menjelaskan sifat-sifat terpuji yang dimiliki Nabi Muhammad saw.
Bahwa dengan bercerita khususnya yang berkaitan dengan akhlak, murid dalam kondisi seperti ini lebih cenderung memperhatikan nasihat dibandingkan
dengan nasihat yang disampaikan dengan cara biasa. Metode mengajar dengan cara bercerita, memang memiliki daya efektifitas yang tinggi terutama pesan-pesan moral
yang disampaikan dengan menggunakan tokoh, figure, atau teladan. Namun perlu
36
Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. Ke-1, h. 6.
diingatkan bahwa salah memberikan cerita berarti salah menyampaikan pesan dapat berakibat fatal terhadap perkembangan moral anak.
37
Dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, sebagai upaya mengimbangi tontonan atau film-film yang begitu membudaya dikalangan anak-anak
seperti Naruto, Sinchan dan lain-lain. Kemahiran seorang guru dalam bercerita sangat berpengaruh pada diri anak. Seorang guru harus mengupayakan agar seorang
anak lebih bangga dengan kehebatan Nabi Ibrahim daripada Power Rangers. b.
Bernyanyi; Dalam hal ini menyanyi salah satu sarana yang efektif dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan anak, serta mengenalkan ajaran-
ajaran agama kepada mereka. Melalui lagu, daya imajinasi anak ditimbulkan. Lagu memudahkan mereka menerima dan mengingat pesan-
pesan agama yang diberikan, membuat mereka menjadi senang dan tidak jenuh dalam belajar, karena dengan Al-Qur’an anak-anak diajarkan lagu-
lagu Islami. Memilih lagu yang tepat dan bermakna bagi anak sungguh penting. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin
mengembangkannya untuk anak. Sebagai contoh lagunya adalah lagu suara adzan. Lirik yang terdapat dalam lagu tersebut dapat membuat
mereka senantiasa ingat akan waktu shalat. Sehingga mereka dapat terbiasa untuk melakukan sholat lima waktu.
c. Bermain; Adalah menciptakan permainan dalam Islam yaitu belajar
sambil bermain dengan berusaha memberi muatan-muatan pelajaran tentang Islam keberbagai permainan yang sudah dikenal anak pada
umunya, seperti simulasi yang dilakukan oleh beberapa orang murid yaitu
37
Neneng Juairiyah, S. Pd,. Kepala TPA unit 373 At-Tahiriyah II, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 April 2008.
dengan bergandengan tangan dan menutup mata salah seorang murid, mata murid yang ditutup tersebut disuruh meletakan benda kesebuah
tempat dibantu oleh teman-temannya yang lain. Permainan tersebut mengajarkan kepada murid untuk selalu saling membantu terhadap orang
yang kesusahan. Dan jika hal itu memang dapat memudahkan atau mengingat pelajaran serta pengetahuan yang diberikan.
Bentuk komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku
ataupun sikap muridnya ketika diperintahkan untuk melakukan shalat ataupun ibadah
lainnya. Jika si anak tidak mau melakukan apa yang diajarkan dan diperintahkan oleh gurunya, maka guru tersebut mencoba melakukan pendekatan dengan cara
menasihatinya. Komunikasi melalui lisan yang dilakukan di TPA unit 373 At-Tahiriyah II
juga mengkomunikasikan pesan-pesan agama melalui tulisan anak-anak diajarkan Al-Qur’an ayat-ayat Al-Qur’an, menggambar dan mewarnai dengan nuansa Islami.
Kelebihan dari komunikasi melalui tulisan, murid lebih mengingat akan pesan yang disampaikan oleh komunikator atau guru, murid dapat belajar menulis,
baik itu huruf latin maupun huruf arab. Kelemahan dari komunikasi melalui tulisan, bagi anak murid yang belum bisa menulis ia akan mengalami kesulitan untuk
menerima materi yang disampaikan kepada murid atau komunikan. Setelah penulis amati, komunikasi yang dilakukan oleh para guru selaku
komunikator dalam kegiatan belajar mengajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II, bahwa komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan materi-materi tentang
akhlak yang baik dan materi lainnya kepada para murid selaku komunikan yang memberikan feedback setelah menerima pesan dari komunikator tersebut. Dalam hal
ini, komunikasi sangat penting sekali terutama komunikasi yang dilakukan oleh para guru terhadap anak-anak.
Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau dengan bahasa yang sederhana, dan mudah dimengerti oleh anak-anak, sehingga
pesan-pesan agama yang disampaikan mendapatkan feedback tanggapan yang positif dan diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
komunikasi verbal berperan sekali dalam penyampaian pesan agama terhadap anak- anak.
Para guru TPA At-Tahiriyah II dalam penyampaian materi atau pesan agama, menggunakan komunikasi verbal atau lisan. Guru atau komunikator menyampaikan
materi tentang do’a sehari-hari, secara bertahap dan berulang-ulang, karena anak tidak mungkin menghafal langsung apa yang disampaikan guru. Agar pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh komunikan atau anak-anak, komunikasi melalui lisan atau verbal ini, harus dilakukan secara berulang-ulang.
2. Komunikasi Non Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai bentuk verbal lisan juga memakai bentuk komunikasi non verbal, biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa
diam silent language. Karena sifat alamiah yang dimiliki anak-anak meniru apa yang dilihat dan
didengarnya saat itu seperti keadaan yang terjadi di lingkungan TPA unit 373 At- Tahiriyah II, maka seorang guru selaku komunikator disarankan sebaiknya
menggunakan komunikasi verbal didukung dengan komunikasi non verbal. Komunikasi agama seperti ini perlu dilakukan di TPA agar penyampaian materi
pesan agama benar-benar dipahami oleh anak-anak.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan para guru, tentang bentuk komunikasi yang digunakan dalam proses belajar diperoleh data sebagai berikut:
komunikasi verbal 1 orang, komunikasi interpersonal 1 orang, dan gabungan antara verbal dan non verbal 3 orang.
Dengan demikian maka jelas bahwa kebanyakan guru menggunakan bentuk komunikasi gabungan antara verbal dan non verbal, seperti ketika guru memberi
teguran kepada anak yang salah, guru berteriak dengan lantang dan mengetuk meja. Hal ini dikarenakan jika murid-murid di TPA sudah selesai membaca iqro, mereka
terkadang suka bercanda dengan temannya. Jadi, kedua komunikasi tersebut sering digunakan para guru.
Kedua bentuk komunikasi tersebut juga digunakan dalam proses belajar mengajar TPA unit 373 At-Tahiriyah II, hal ini penulis lihat pada saat:
Guru sedang mengajarkan iqro. Ketika terdapat bacaan yang di baca panjang,
maka guru tersebut akan menggerakkan tangannya ke atas.
Guru bercerita sejarah para Nabi. Agar cerita lebih menarik dan anakpun senang, serta mudah dimengerti, maka guru menggunakan ekspresi wajah, sikap tubuh
dan kontak mata sehingga perhatian murid dapat terfokus kepada apa yang kita sampaikan dan mereka dapat menerima pesan atau materi tersebut tanpa paksaan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Tahwilah yang mengatakan untuk memberikan materi atau nasehat kepada anak, haruslah seorang guru
bertindak tanpa memaksa kepada anak, melainkan dengan rasa kasih sayang juga bisa disebut dengan pendekatan hati. Karena anak-anak pada umumnya lebih
mudah didekati dengan cara lemah lembut daripada dengan cara memaksa.
38
38
Tahwilah, Guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2008.
Kegiatan bernyanyi seperti guru dan murid bertepuk tangan sambil
menggerakkan tubuh untuk menghidupkan suasana dan itu membuat anak tidak merasa jenuh dalam belajar.
Guru mendisiplinkan anak, masa anak-anak adalah masa bermain. Masa dimana
anak-anak senang bermain dan suka meniru apa yang dilihatnya. Yang paling berpengaruh dalam masa ini adalah lingkungannya, yaitu bagaimana anak itu
bergaul dengan teman-teman belajarnya di TPA unit 373 At-Tahiriyah II. Sehingga segala perilaku, baik dari kata-kata maupun tingkah laku anak dapat
berubah disebabkan dengan pergaulan tersebut. Sudah sewajarnya anak seumur itu melakukan kegaduhan ketika sedang belajar, seperti berbicara dengan kepada
temannya saat guru sedang mengajar atau bahkan berlari-lari mengejar temannya. Dalam hal ini, seorang guru menggunakan bentuk komunikasi verbal
dan non verbal, dengan cara mengetuk meja sambil berbicara lantang agar suasana kelas kembali sunyi dan anakpun menjadi diam.
Dalam menyampaikan pesan-pesan agama tentang ibadah shalat, berkomunikasi
dengan anak-anak tidak cukup hanya dengan komunikasi verbal, yaitu dengan mengatakan kita wajib shalat, tetapi perlu juga dengan menggunakan komunikasi
non verbal, yaitu mempraktekkan bagaimana cara shalat dari awal mengangkat tangan untuk takbiratul ihram sampai ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud,
duduk tahiyat akhir hingga salam, guru harus mempraktekkan gerakannya di depan anak-anak. Dengan demikian anak tidak hanya tahu tentang teori saja,
melainkan dapat langsung mengikuti gerakan-gerakan yang telah dipelajari.
Dengan komunikasi verbal dan non verbal, anak menjadi lebih paham dan mudah mengerti, penyampaian pesan-pesan agama secara verbal dan non verbal tampak
lebih efektif untuk anak-anak TPA. Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang digunakan
guru terhadap informan VI, yaitu ketika guru sedang mengajarkan tadarustartil dan terdapat bacaan yang salah, maka guru tersebut menegurnya dengan mengetukkan
meja beberapa kali. Sehingga bacaannya dapat diperbaiki.
39
Dalam mengkomunikasikan pesan-pesan agama, guru-guru TPA unit 373 At- Tahiriyah II selalu menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Guru juga
menggunakan bahasa isyarat atau dengan kode. Komunikasi ini dilakukan oleh seorang guru kepada anak-anak dalam menyampaikan pesan-pesan agama, dan
komunikasi bahasa isyarat dilakukan ketika guru dan murid berhadapan secara individu ataupun kelompok.
Anak sulit menerima materi ataupun pesan agama bila disampaikan hanya secara verbal tanpa didukung dengan komunikasi non verbal. Agar pesannya diikuti
oleh anak-anak, maka guru tersebut harus mempraktekkannya di hadapan anak-anak. 3.
Komunikasi Antarpribadi Interpersonal Communication Selain komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan, TPA unit 373 At-
Tahiriyah II juga menyampaikan pesan-pesan agama secara antarpribadi atau face to face.
Guru memberikan masukan nilai-nilai Islam kedalam diri anak, bisa juga dengan cara memberikan nasehat, atau bercerita tentang anak yang sholeh untuk
menanamkan akhlakul karimah pada diri anak sejak usia dini.
39
Ahmad Zikri, Guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2008.
Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang digunakan guru terhadap informan IV, yaitu karena informan IV jarang masuk dan materinya
banyak tertinggal, terutama materi tajwid. Maka guru berusaha menegur dan menanyakannya. Untuk materi yang tertinggal terutama tajwid, guru memberikan
soal tajwid dengan menyuruhnya agar mencari contoh hukum bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
40
Kelebihan dari komunikasi antarpribadi ini, anak mendapat rangsangan stimuli dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan feedback pada
diri anak. Sedangkan kelemahannya, yaitu karena melihat sifat anak yang berbeda- beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan juga ada yang sulit.
Komunikasi antarpribadi Interpersonal Communication ini digunakan oleh guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara
tatap muka face to face communication. Hal ini penulis lihat pada saat guru mengajarkan iqro dan memberikan nasihat yang bersifat pribadi untuk murid yang
bersangkutan. Dalam kegiatan belajar mengajar, ketiga bentuk komunikasi di atas selalu
berperan penting dalam menyampaikan materi dan upaya untuk meningkatkan kualitas belajar serta akhlak anak di TPA unit 373 At-Tahiriyah II.
Komunikasi antarpribadi, guru berupaya mempengaruhi dan mengendalikan perilaku anak melalui pendekatan psikologis. Komunikasi antarpribadi digunakan
untuk pembinaan akhlak anak atau memasukkan nilai-nilai Islam kedalam diri seorang anak. Murid diajarkan agar bersifat dermawan dengan cara menginfaqkan
40
Neneng Juairiyah, S. Pd., Kepala TPA unit 373 At-Tahiriyah Ii, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2008.
makanannya kepada salah seorang temannya yang tidak membawa makanan. Hal ini efektif untuk membina mental anak sejak dini.
Pada diri manusia, khususnya anak-anak terdapat unsur psikologis seperti simpati, imitasi, emosi, sugesti dan lain-lain. Dengan unsur psikologis tersebut,
komunikasi antara komunikator dengan komunikan akan mudah terjadi. Dengan demikian, untuk melakukan aktivitas belajar mengajar atau
mengkomunikasikan pesan-pesan agama, komunikator perlu memiliki syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar dapat menyampaikan pesannya sesuai dengan harapan
yang dicita-citakan dan memperoleh hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran yang kondusif, seorang pendidik harus mampu berinteraksi
dengan murid, bahkan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif setiap kali aktivitas itu dilakukan.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa untuk menciptakan proses komunikasi pendidikan yang baik harus didukung oleh semua komponen pendidikan
terutama guru dan murid, akan tetapi dalam hal ini guru atau pendidik memiliki tempat paling strategis dalam proses komunikasi dua arah antara guru dan murid.
Dengan demikian, menjadi seorang guru dibutuhkan kemampuan yang maksimal jika ingin menciptakan kondisi pembelajaran yang baik sehingga outputnya pun
terlahir dengan baik pula. Diantara kemahiran yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah kemampuan di bidang umum, seperti; bercerita, menyanyi,
menggambar, dan lain-lain. Kemampuan di bidang Al-Qur’an, seperti; membaca Al- Qur’an dengan fasih serta mengerti hukum bacannya tajwid, kemampuan di bidang
agama secara umum, seperti; fiqih, Al-Qur’an hadits, aqidah akhlak dan lain-lain.
Hal ini senada dengan hasil wawancara penulis dengan Ibu Neneng Juairiyah S. Pd., yang mengatakan bahwa diantara persyaratan guru yang ingin mengajar di
TPA unit 373 At-Tahiriyah II antara lain adalah: a. Memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih dan mengerti
tajwidnya. b. Mempunyai Ijazah dan sertifikat penataran guru.
c. Sebagai syarat pelengkap dari kedua syarat di atas adalah, guru harus bisa BCM bermain, cerita dan bernyanyi.
41
Syarat-syarat tersebut di atas adalah syarat standar yang harus dimiliki seorang pendidik, adapun kemampuan-kemampuan yang lain cukup sebagai
pelengkap kesempurnaan mereka.
C. Evaluasi Mengajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II 1. Faktor Pendukung