Dari uraian dan hasil penelitian dapat disimpulkaan faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pengelolaan keuangan daerah untuk aspek
Akuntansi dan Pelaporan adalah : 1. Kurangnya SDM yang kompeten di bidangnya menjadi kendala tersendiri
dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi dari inspektorat tersebut. 2. masih ada auditor yang masih lemah dalam memahami penatausahan
APBD dan pertanggungjawabannya teutama di dalam mereviu laporan keuangan.
4.2.7. Bidang Strategis 7 : Hutang dan Investasi
Bidang strategis hutang dan investasi hanya memiliki satu hasil dengan delapan indikator. Tujuan strategisnya adalah mengimplementasikan pengelolaan
hutang dan investasi pemerintah daerah secara berhati-hati termasuk pengelolaan BUMD. Hasil yang diharapkan adalah pembuatan dan penerapan kebijakan,
prosedur dan kendali atas pengelolaan hutang dan investasi daerah. Hutang dan Investasi di Pemerintah Kabupaten Batu Bara mendapat nilai
rata rata sebesar 38 atau hanya terdapat 3 dari 8 indikator yang harus dipenuhi,. Peran dan kewenangan anggota DPRD dan pejabat pemerintah terdefenisi dengan
baik, anggaran tahunan APBD meliputi usulan pinjaman dan investasi jangka panjang, investasi jangka panjang harus mendapatkan persetujuan dari DPRD
terlebih dahulu dan transaksi transaksi hutang dan investasi dicatat dengan baik pada laporan keuangan yang ditunjukan kepada bupati.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian dan hasil penelitian dapat disimpulkaan faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pengelolaan keuangan daerah untuk aspek
Hutang dan Investasi adalah : 1. Belum terealisasinya BUMD Kabupaten Batu Bara. Namun untuk tahap
awal rencana pembentukan BUMD, pemerintah daerah melalui BAPPEDA sudah membuat kajian awal mengenai sektor unggulan mana
yang bisa dijadikan BUMD sehingga dapat meningkatkan PAD.
4.2.8. Bidang 8 : Pengelolaan Aset
Tujuan strategis dari pengelolaan aset adalah untuk pengelolan aset daerah secara efektif, melalui penggunaan rencana pengelolaan aset jangka panjang.
Secara eksplisit penekanan dilektakan pada pengelolaan jangka panjang dan aset- aset ini harus mendukung tujuan pemberian layanan publik daerah. Kerangka
penelitian ini tidak mengukur nilai dari aset terhadap ekonomi daerah, atau apakah mereka merupakan kontributor atau penyerap pendapatan tetapi penelitian ini
mengevaluasi cara-cara pengelolaan aset-aset ini. Kapasitas pengelolaan aset dibagi menjadi empat hasil: hasil pertama menyangkut prosedur dan mekanisme
untuk memastikan BUMD dikelola secara efektif; hasil dua menyangkut kebijakan, prosedur dan kontrol untuk pembelian aset baru dan pengelolaan aset
jangka panjang secara efektif; hasil tiga menyangkut dasar informasi untuk mendukung pengelolaan aset; dan hasil empat menyangkut kaitan antara
pengelolaan aset dengan rencana dan anggaran. Dalam pencapaian dalam bidang pengelolaan aset kabupaten batu bara
mencapai nilai rata rata sebesar 59 dari 4 hasil dan 22 indikator yang harus dicapai. Untuk hasil yang pertama mengenai terdapat prosedur dan mekanisme
Universitas Sumatera Utara
untuk memastikan efektifitas tata kelola BUMD mencapai 1 dari 10 indikator atau sebesar 10, seperti penjelasan pada bidang sebelumnya bahwa sampai saat ini
pemerintah kabupaten Batu Bara belum ada membentuk BUMD, namun untuk tahap awal Pemerintah Daerah melalui Bappeda sudah membuat penelitian awal
dalam penentuan sektor unggulan agar dapat dijadikan BUMD Kabupaten Batu Bara. Untuk hasil kedua mengenai penetapan kebijakan, prosedur dan
pengendalian mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset mencapai 33.33 atau 1 dari 3 indikator yang harus dipenuhi. Selanjutnya untuk hasil ketiga basis
informasi pendukung pengelolaan aset tetap dan dipelihara mendapat nilai 6 dari 8 indikator yang harus diterapkan atau sebesar 75, Pentingnya perincian mengenai
kondisi aset, lokasi aset dan penjelasan mengenai aset fisik. Untuk penilaian hasil keempat mengenai pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan
penganggaran APBD mencapai nilai 100. Dari uraian dan hasil penelitian dapat disimpulkaan faktor yang
menyebabkan rendahnya kualitas pengelolaan keuangan daerah untuk aspek Pengelolaan Aset adalah :
1. Belum memilikinya Peraturan Daerah mengenai kebijakan dan rencana pengelolaan aset daerah dan juga panduan pengelolaan aset dan prosedur
untuk dijadikan acuan dalam pengelolaan aset menjadi kendala tersendiri dalam menginventaris aset di Pemerintah Kabupaten Batu Bara
2. Masih lemahnya pengelolaan aset terutama aset tetap dan aset lancar dalam bentuk persediaan relatif. Sering dijumpai perbedaan jumlah nilai
aset yang ada di neraca dan di kartu inventaris barang yang dihasilkan oleh Simda barang, disebabkan karena perbedaan persepsi antara pejabat
Universitas Sumatera Utara
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah PPK SKPD dengan Pengurus barang,. PPK SKPD memasukkan nilai aset sebesar nilai
perolehan yaitu nilai beli di tambah seluruh biaya yang dikelurkan sampai aset tersebut bisa digunakan, sedangkan pengurus barang hanya
memasukkan nilai aset sejumlah harga beli dari aset tersebut, sedangkan. 3. Nilai aset yang tercatat belum menggambarkan nilai yang sebenarnya,
misalnya ada biaya pemeliharaan yang harusnya di kapitalisasi tetapi dianggap biaya pemeliharaan yang sifatnya rutin sehingga nilai aset terlalu
rendah di catat. Disamping itu, nilai aset juga tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya, hal ini disebabkan kabupaten Batu Bara belum
menerapkan kebijakan akuntansi tentang penyusutan aset tetap. Kondisi ini menyebabkan nilai aset terlalu tinggi di laporkan di neraca, misalnya
sepeda motor yang dibeli lima tahun yang lalu senilai Rp. 10.000.000,- masih tercatat mempunyai nilai buku sebesar Rp. 10.000.000,- . Kalau
dilihat dari nilai pasar kemungkinan sepeda motor tersebut hanya mempunyai nilai Rp. 6.000.000,-
4. Penatausahaan persediaan juga masih terlalu lemah, belum ada catatan keluar masuk persediaan dan tidak didukung dokumen yang diperlukan
untuk tertib administrasi yang di atur Peraturan Menteri dalam Negeri No. 17 tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
4.2.9. Bidang 9 : Audit eksternal dan pengawasan