3. Masih ada perbedaan persepsi diantara pemeriksa dan pemda terhadap pengelompokan belanja barang dan jasa dengan belanja modal. Ada
sebahagian menganggap belanja dianggap sebagai belanja modal jika nilainya cukup material. Padahal ada kalanya barang tersebut masa
pakainya hanya 3 bulan, dan dianggap material karena dibeli dalam jumlah besar.
4. Lemahnya pengelolaan barang milik daerah terutama dalam penatausahaan barang milik daerah menyebabkan neraca daerah kurang diyakini
kewajarannya. Sering perpindahan asset dari satu SKPD ke SKPD lainnya tidak didukung oleh prosedur yang seharusnya, sehingga ada kalanya asset
tersebut tercatat di SKPD asal dan SKPD penerima aset.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data dalam penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Batu Bara relative baik kecuali untuk bidang pengawasan internal, Hutang dan investasi, pengelolaan
asset serta akuntansi dan pelaporan keuangan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengelolaan keuangan daerah adalah
sebagai berikut: a. Aspek Perencanaan dan Penganggaran: dalam penyusunan RPJMD belum
menggunakan resource envelope, belum ada keterkaitan antara dokumen
Universitas Sumatera Utara
perencanaan dan penganggaran, program dan kegiatan belum dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas pencapaian sasaran
pembangunan daerah. b. Aspek Pelaksanaan dan Penatausahaan Anggaran: penyerapan anggaran
yang relative rendah bukan disebabkan karena terjadinya efesiensi tetapi karena banyak kegiatan yang tidak dilaksanakan, dari segi pemanfaatan
APBD, jelas hal ini merugikanmasyarakat karena terjadi keterlambatan pembanguan daerah.
c. Aspek pelaporan dan pertanggungjawaban: pemberian opini disclaimer sejak Kabupaten Batu Bara berdiri menunjukkan bahwa pelaporan dan
pertanggungjawaban laporan keuangan buruk, hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya neraca daerah tidak menggambarkan posisi keuangan yang
sebenarnya. Lemahnya pengelolaan barang milik daerah, pemahaman sumberdaya manusia yang relative rendah tentang akuntansi keuangan
daerah dan lain sebagainya. d. Aspek Pengawasan Internal: Rendahnya peran isnpektorat dalam
melaksankan fungsi pengawasan internal, hal ini disebabkan pada kenyataannya masih ada auditor yang tidak memahami penatausahan
APBD dan pertanggungjawabannya teutama di dalam mereviu laporan keuangan. Disamping itu auditor inspektorat perlu dibekali pengetahuan
teknik dan prosedur audit, karena dalam kenyataanya masih banyak auditor yang belum menguasai, sehingga temuan yang diperoleh auditor
tersebut belum dapat mencapai kualitas hasil audit seperti yang diharapkan karena hanya didasarkan pada pengalaman audit saja.
62
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran