penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah PPK SKPD dengan Pengurus barang,. PPK SKPD memasukkan nilai aset sebesar nilai
perolehan yaitu nilai beli di tambah seluruh biaya yang dikelurkan sampai aset tersebut bisa digunakan, sedangkan pengurus barang hanya
memasukkan nilai aset sejumlah harga beli dari aset tersebut, sedangkan. 3. Nilai aset yang tercatat belum menggambarkan nilai yang sebenarnya,
misalnya ada biaya pemeliharaan yang harusnya di kapitalisasi tetapi dianggap biaya pemeliharaan yang sifatnya rutin sehingga nilai aset terlalu
rendah di catat. Disamping itu, nilai aset juga tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya, hal ini disebabkan kabupaten Batu Bara belum
menerapkan kebijakan akuntansi tentang penyusutan aset tetap. Kondisi ini menyebabkan nilai aset terlalu tinggi di laporkan di neraca, misalnya
sepeda motor yang dibeli lima tahun yang lalu senilai Rp. 10.000.000,- masih tercatat mempunyai nilai buku sebesar Rp. 10.000.000,- . Kalau
dilihat dari nilai pasar kemungkinan sepeda motor tersebut hanya mempunyai nilai Rp. 6.000.000,-
4. Penatausahaan persediaan juga masih terlalu lemah, belum ada catatan keluar masuk persediaan dan tidak didukung dokumen yang diperlukan
untuk tertib administrasi yang di atur Peraturan Menteri dalam Negeri No. 17 tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
4.2.9. Bidang 9 : Audit eksternal dan pengawasan
Pemerintah sebagai pihak yang diberikan amanat untuk mengelola keuangan negara harus melaporkan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
kepada publik yang diwakili oleh DPRDPDDPRD. Informasi yang dimuat dalam
Universitas Sumatera Utara
laporan akuntabilitas tersebut harus dapat diyakini keandalannya. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak yang independen untuk memberikan atestasi atas informasi
tersebut, dengan cara melakukan pemeriksaan audit terhadap pihak yang mempertanggungjawabkan pengelolannya. Pemeriksaan atas pengelolaan dan
akuntabilitas keuangan negara dilaksanakan oleh BPK, sebagai auditor eksternal yang independen dari pemerintah. Hasil pemeriksaan BPK kemudian disampaikan
kepada DPRDPDDPRD. Di samping itu, apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan ditemukan adanya indikasi tindak pidana atau kerugian negara, maka
BPK wajib melaporkan hal tersebeut kepada aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, danatau Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
Dari uraian dan hasil penelitian dapat disimpulkaan faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pengelolaan keuangan daerah untuk aspek Audit
eksternal dan pengawasan , hal ini terlihat dari opini yag diberikan BPK yaitu 4 kali berturut-turut disclaimer tidak memberikan pendapat. Pemberian opini
disclaimer oleh BPK, disebabkan diantaranya adalah : 1. Penyusunan LKPD yang belum melalui prosedur akuntansi serta tidak
memiliki kebijakan akuntansi dalam menyusun laporan keuangan. 2. Neraca tidak memberikan gambaran yang sebenarnya, nilai asset tidak
diyakini kebenarannya. Sebahagian asset tidak didukung dengan bukti kepemilikan yang syah. Tidak ada catatan mengenai barang pakai habis,
hal ini terjadi karena masih ada persepsi bahwa barang pakai habis pada akhir tahun anggaran dianggap semuanya sudah habis terpakai, walau
dalam kenyataan masih banyak yang tersisa.
Universitas Sumatera Utara
3. Masih ada perbedaan persepsi diantara pemeriksa dan pemda terhadap pengelompokan belanja barang dan jasa dengan belanja modal. Ada
sebahagian menganggap belanja dianggap sebagai belanja modal jika nilainya cukup material. Padahal ada kalanya barang tersebut masa
pakainya hanya 3 bulan, dan dianggap material karena dibeli dalam jumlah besar.
4. Lemahnya pengelolaan barang milik daerah terutama dalam penatausahaan barang milik daerah menyebabkan neraca daerah kurang diyakini
kewajarannya. Sering perpindahan asset dari satu SKPD ke SKPD lainnya tidak didukung oleh prosedur yang seharusnya, sehingga ada kalanya asset
tersebut tercatat di SKPD asal dan SKPD penerima aset.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN