4. Terlalu cepatnya perubahaan mengenai Stanndar Akuntansi Pemerintah SAP dari Peraturan Pemerintah 24 tahun 2005 ke Peraturan Pemerintah 71 tahun
2010, menyebabkan terjadi kebingungan dalam pemahaman pedoman dan pelaksanaan di lapangan.
5. Belum adanya pembekalan terhadap pegawai dalam pemahaman logika akuntansi yang sesuai dengan PP 71 tahun 2010.
4.2.6. Bidang Strategis 6 : Audit Internal
Audit internal yang efektif merupakan aspek penting dalam pengelolaan keuangan. Audit internal pemerintah daerah yang efektif memerlukan sistem
pencatatan yang tepat dan efisiensi di departemen-departemen yang ada di pemerintahan daerah, dan penurunan korupsi dan kebocoran. Tujuan strategis
audit internal adalah pembuatan dan pemeliharaan fungsi-fungsi audit internal yang efektif dan efisien. Untuk menilai sejauh mana tujuan strategis berhasil
dicapai dalam hal ini terdapat tiga hasil: 1 badan audit pemerintah daerah terorganisir dan berdaya untuk beroperasi secara efektif; 2 standar dan prosedur
prosedur yang digunakan dapat diterima; dan 3 temuan-temuan ditindaklanjuti secara memadai.
Kerangka PKP hanya dapat melihat pengaturan formal untuk audit internal. Kerangka PKP tidak mengevaluasi efektifitas audit. Laporan tahunan
audit internal, yang tidak menemukan bukti-bukti kejanggalan keuangan atau penyalahgunaan dana, tidak berarti bahwa audit internal dilakukan dengan benar.
Universitas Sumatera Utara
Secara keseluruhan audit internal mencapai nilai rata rata 33, untuk hasil pertama mengenai inspektorat yang teroganisir dan efektif mendapatkan nilai 60
atau memenuhi 3 dari 5 indikator yang ada, untuk hasil ke dua mencapai 18.1 atau mencapai 2 dari 11 indikator dan yang ketiga mencapai 50 atau mencapai 1
dari 2 indikator. Hal ini terlihat dari sudah berjalannya fungsi dan peran dari inspektorat itu sendiri selaku pengawasan dan pemeriksa internal bagi pemerintah
Kabupaten Batu Bara. Banyaknya kasus kebocoran anggaran di daerah juga tidak bisa dilepaskan
dari lemahnya fungsi pengawasan. Karena pengawasan juga bisa dilakukan oleh tingkat provinsi, lanjutnya, DPRD semestinya memperkuat lagi pengawasannya
atas alokasi anggaran daerah. DPRD diharapkan jangan hanya tertarik dalam aspek penyusunan anggaran saja. Tapi yang penting juga bagaimana anggaran itu
dilaksanakan, dan bagaimana anggaran itu dipertanggungjawabkan. Menurut UU no,152004 dan UU no. 152006, BPK adalah institusi yang
melakukan pemeriksaan atas pengelolan dan pertanggungjawaban keuangan negara dan daerah. Sementara di daerah dibentuk sebuah SKPD yang berfungsi
sebagai pengawas internal pemerintah daerah yang biasa disebut inspektorat. Pada pasal 9 dinyatakan bahwa BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
inspektorat dan oleh karenanya laporan hasil pemeriksaan inspektorat wajib disampaikan kepada BPK. Tetapi kenyataan yang di dapat berbeda, seperti kasus
yang terjadi di provinsi Jawa Timur, dimana BPK mendapati adanya penyelewengan penggunaan dana APBD 2007 dan Bawasprov Jatim
menindaklanjuti hasil peneluam BPK dengan memanggil dinas yang di duga bermasalah. Hal ini menjadi suatu sorotan di masyarakat. Inspektorat bukanlah
Universitas Sumatera Utara
lembaga yang memanfaatkan informasi atas penyimpangan dari BPK karena semestinya mereka yang lebih dahulu mengetahui persoalan-persoalan di
daerahnya. Selaku institusi pengendalian internal, sebelum terjadi penyimpangan, inspektorat semestinya sudah bisa mendeteksi sehingga bisa mencegah hal itu
terjadi. Kalau hanya menunggu hasil pemeriksaan BPK, keberadaan inspektorat dalam suatu pemerintah daerah perlu dipertanyakan, seolah-olah tidak ada
manfaatnya dan hanya membebani anggaran daerah. Permasalahan di Jatim dan di daerah lainnya bisa terjadi karena dalam
melaksanakan tugasnya auditor inspektorat kurang independensinya Hal ini dapat dilihat dalam strukturnya, inspektorat berada di bawah kepala daerah dan sejajar
dengan kepala dinasbadan kantor lainnya. Dalam kasus bawasprov Jatim memanggil dinas yang bermasalah menunjukan peran auditor inspektorat dalam
pengawasan keuangan daerah relatif masih rendah. Peningkatan peran inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Agar
peran auditor inspektorat dapat ditingkatkan ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh pemerintah daerah terutama oleh inspektorat diantaranya dengan
meningkatkan kompetensi auditor inspektorat dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan-pelatihan pengelolaan keuangan daerah. Disamping itu auditor
inspektorat perlu dibekali pengetahuan teknik dan prosedur audit, karena dalam kenyataanya masih banyak auditor yang belum menguasai, sehingga temuan yang
diperoleh auditor tersebut belum dapat mencapai kualitas hasil audit seperti yang diharapkan karena hanya didasarkan pada pengalaman audit saja.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian dan hasil penelitian dapat disimpulkaan faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pengelolaan keuangan daerah untuk aspek
Akuntansi dan Pelaporan adalah : 1. Kurangnya SDM yang kompeten di bidangnya menjadi kendala tersendiri
dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi dari inspektorat tersebut. 2. masih ada auditor yang masih lemah dalam memahami penatausahan
APBD dan pertanggungjawabannya teutama di dalam mereviu laporan keuangan.
4.2.7. Bidang Strategis 7 : Hutang dan Investasi