Memakai Perhiasan Saat Memijat Kebiasaan Yang Dilakukan Saat Pijat Bayi
islam,3 informan lainnya menggunakan doa-doa untuk menyembuhkan pasiennya, doa-doa yang digunakan juga sesuai dengan agama islam.
Gambaran informan mengenai memakai perhiasan saat memijat dapat dilihat pada matriks 4.20 salah satu informan menyatakan kebiasaan yang dilakukan saat pijat bayi sebagai
berikut,
“Enggak ada doa aja, Doa minta sama Allah aja lah. Ya ada lah, doa khususnya ada tapi engak bias dibilang, kalau anak nenek dia emang ada, tenaga dalam dia ada. Ada juga
dipilsi. Tapi kalau pun cocok bukan kunyit yang membaikan tapi Allah, karena nenek enggak pandai apa-apa, jadi minta nenek sama Allah, ya Allah sembuhkanlah sakit sifaulan ini,
angkatlah penyakitnya Kalau dia keteguran sembuhnkanlah. Nantikan kita bilang ya Allah kalau anak ini sakit tunjukan ya Allah, nanti kunyitnya itu satu telungkup satu telentang.
Cuman jangan dibilangkan kalau sembuh, jangan gara-gara kunyit itu sembuh. Nenek enggak pandai apa-apa jangan sampai salah arti, orang dewasa pun ada kayak gitu sedikit-
sedikit kunyit, jadi ada anak dia kena bisul, nek tolong kunyitkan jadi nenek kunyitkan ke bisulnya, pulang dari rumah nenek katanya pecah, cocok kali katanya nenek kunyitkan
pulang dari rumah nenek langsung pecah, nenek bilang namanya bisul ditekan sama kunyit ya pecah, terus nenek bilang dia jangan percaya kayak gitu-gitu, kalau mau minta sama
Allah. Nenek takut jadi syirik, udah amalan kita enggak banyak, syirik pulak.nenek pun bisa dapat dari mama nenek juga.”
Informan lain mengatakan
“Enggak ada doa-doa lah, biasa aja, paling kita zikir minta sama Allah supaya anaknya bisa sembuh.”
Peneliti memandang bahwa pemijat bayi masih menggunakan kebiasaan turun temurun seperti doa dan kebiasaan memilis, mereka masih menggunakan karena ada dukungan dari
masyarakat untuk percaya kebiasaan yang tidak di sembuhkan oleh medis tapi dapat disembuhkan oleh hal-hal tradisional dan cara penyampaian mereka juga lebih gampang
dimengerti oleh pasiennya dibandingkan penjelasan medis yang lebih sulit diterima dan dipahami masyarakat.
Berdasarkan data Depkes RI 2009, diketahui bahwa 62,65 penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional, dan
tidak berobat. Menurut Azwar didalam Melinda 2009, masyarakat di Indonesia lebih menyukai pengobatan tradisional dibandingkan ke rumah sakit atau dokter.