Bayi Setelah Pijat Boleh Dimandikan

Informan 4 Informan 5 Kalau dia mau mandi ya mandi aja enggak apa-apa, kan siap dikusuk enak udah badannya, ya mandi ajalah. Yang penting jangan lah malam-malam dia mandi. Mandi malam ya janganlah, tapi kalau pagi dia datang siap dikusuk mau dimandiin iya enggak apa-apa lah. Berdasarkan matriks 4.22 diatas dapat dilihat dari 5 informan, 1 informan menyatakan tidak boleh mandi setelah dikusuk karena biar meresap semua minyaknya, sedangkan informana lain mengatakan boleh dimandiin setelah pemijatan namun jika pemijatan dilakukan malam hari sebaiknya di lap saja jangan dimandiin.

BAB V PEMBAHASAN

Peneliti memulai penelitian pada bulan Maret yaitu untuk survey pendahuluan dengan menguhubungi pemijat bayi tradisonal di Kecamatan Medan Area yang juga sedang melakukan pijat bayi di rumahnya. Kemudian peneliti datang lagi pada bulan November untuk melakukan penelitian kualitatif, ketika peneliti datang dapat bertemu dengan pemijat bayi yang sedang melakukan pijat bayi pada bayi berusia 2 bulan yang demam karena baru selesai imunisasi. Namun tidak semua informan memberikan respon positif. Awalnya peneliti ditolak untuk datang, setelah itu peneliti melakukan pendekatan di hari yang berbeda dan diterima oleh pemijat bayi, namun ada hal-hal yang tidak mau di beritahu kemudian peneliti meyakinkan pemijat bahwa hasilnya hanya untuk pembelajaran, kemudian pemijat bayi memberikan informasi yang dibutuhkan semua peneliti.

5.1 Karaterisik Informan 1.

Umur Berdasarkan hasil penelitian karateristik informan bahwa umur informan bervariasi yaitu antara 56-86 tahun, dan keseluruhan informan adalah orang yang dipercaya di kecamatan Medan Area untuk melakukan pijat pada bayi. Verner dan Davison di dalam Apriadi 2012 bahwa dengan bertambah usia maka akan mengurangi kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam mendapatkan pengetahuan.

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian karateristik informan bahwa latar belakang pendidikan tamat SD, namun pemijat tersebut terlihat ahli dalam melakukan tugasnya sebagai pemijat bayi, karena ketika peneliti datang, setiap beberapa jam sekali pasien datang untuk memijatkan bayinya. Menurut pendapat Wied dalam Roesli 2008 menyebutkan bahwa tingkat pendidikan juga menentukan mudah atau tidak seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

3. Lama Tugas

Berdasarkan hasil penelitian karateristik informan bahwa lama bertugas bervariasi antara 15-60 tahun. Dimana lama tugas tersebut mempengaruhui tingkat pengetahuan, dan keahliah dalam melakukan pijat bayi.

5.2 Proses Menjadi Pemijat Bayi

Berdasarkan hasil penelitian dari 5 orang informan , 3 orang informan mengatakan proses menjadi pemijat bayi keturunan dari ibunya, 1 orang informan mengatakan proses menjadi pijat bayi keturunan dari ayahnya dan 1 orang lagi keturunan dari neneknya. Gambaran informan mengenai proses menjadi pemijat bayi dapat dilihat pada matriks 4.2 salah satu informan menyatakan proses menjadi pijat bayi diuraikan sebagai berikut, “Lebih kurang 36 tahunlah, Nenek dulu bidan kampung,bidan kampung di Rantau Prapat. Nenek diajarin sama neneknya nenek dulu, diajarin bantuin orang melahirkan, diajarin buat-buatin jamu orang melahirkan, kan kalau orang melahirkan anaknya ada, nanti nenek bantu orang melahirkan itu buat jamunya, bantu guritain dia supaya perutnya enggak besar, supaya cantik dia siap melahirkan. Siap tuh dia minta anaknya dikusuk juga,