11
media massa. Metode kelompok sering mencapai bagian tertentu dari kelompok sasaran, karena hanya petani yang betul-betul berminat pada
penyuluhan yang datang ke pertemuan. Termasuk dalam metode kelompok antara lain adalah ceramah, demonstrasi, widyakarya, dan
Sekolah Lapang Van den Ban dan Hawkins, 1999:165 c Metode penyuluhan individu atau metode pendekatan perorangan pada
hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini
jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Termasuk dalam metode pendekatan perorangan
atau personal approach, antara lain: kunjungan rumah, kunjungan ke lokasi atau lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan telepon, kontak
informal, magang, dan lain sebagainya Van den Ban dan Hawkins, 1999:178.
2.3 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, komunikasi ini pada umum dilakukan secara tatap
muka. Di perdesaan komunikasi ini sering dilakukan oleh penyuluh maupun petani dalam kelompoknya baik dalam bentuk pertemuan kelompok maupun
dalam difusi inovasi kepada kelompok-kelompok yang lain. Perbedaan karakteristik antara komunikasi media massa dan komunikasi interpersonal dapat
dilihat pada Tabel 4.
12 Tabel 4. Perbedaan Karakteristik Antara Komunikasi Media Massa dan Komunikasi
Interpersonal
No Karakteristik
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Media Massa
1 Arus pesan
Arus pesan cenderung dua arah
Arus pesan cenderung searah
2 Konteks komunikasi
Saling berhadapan Ditempatkan
3 Banyaknya umpan balik yang siap
Tinggi Rendah
4 Kemampuan untuk menguasai proses
seleksi akses seleksi Tinggi
Rendah 5
Kecepatan penyampaian pesan pada pembaca pemirsa yang banyak
Relatif lambat Relatif cepat
6 Kemungkinan untuk menyesuaikan
pesan pada pembaca pemirsa Besar
Kecil 7
Biaya per orang yang bisa dijangkau Tinggi
Rendah 8
Kemungkinan diabaikan oleh pembacapemirsa
Rendah Tinggi
9 Pesan yang sama bagi semua penerima
pesan Tidak
Ya 10
Siapa yang memberi informasi Setiap orang
Pakar penguasa 11
Dampak yang mungkin terjadi Pembentukan dan
perubahan sikap Perubahan
pengetahuan Sumber: Rogers dan Shoemaker dalam AW van Den Ban 1999:164
Berdasarkan perbandingan antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi media massa, komunikasi interpersonal akan menimbulkan dampak
pembentukan dan perubahan sikap, sedangkan komunikasi media massa hanya akan menimbulkan dampak perubahan pengetahuan saja.
13
2.4 Adopsi Inovasi
Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir
AW van den Ban 1999:122. Inovasi menurut UU No.18 tahun 2002 adalah kegiatan penelitian,
pengembangan, danatau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut
proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya.
Rogers dan Shoemaker 1983:99 memberikan definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi, seperti berikut:
... the mental process of an innovation to a decision to adopt or to reject and to confirmation of this decision...
Mengikuti definisi yang diberikan oleh Rogers dan Shoemaker tersebut, maka ada beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi
inovasi, yaitu: a adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, dan b adanya konfirmasi dari keputusan yang diambil.
14
Dari definisi diatas, tampak bahwa dalam proses adopsi inovasi diperlukan adanya komitmen yang terikat dan perlu dijaga konsistensinya yang didasarkan
atas kemampuan yang dimiliki oleh calon adopter. Menurut Rogers 1983:99 proses pengambilan keputusan inovasi adalah
proses mental dimana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan
untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi.
Tahapan dalam proses adopsi inovasi yaitu : 1. Tahap Kesadaran
Tahap seseorang tahu dan sadar terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
2. Tahap Keinginan Tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap
inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
3. Tahap Evaluasi Tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau menerima inovasi
yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi. 4. Tahap Mencoba
Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
15
5. Tahap Adopsi Tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang
diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut. Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera
setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers
1993:163-184 merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Pengetahuan, persuasi, keputusan, pelaksanaan, dan konfirmasi.
1. Tahap pengetahuan. Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media
cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan,
yaitu: 1 Karakteristik sosial-ekonomi, 2 Nilai-nilai pribadi dan 3 Pola komunikasi.
2. Tahap persuasi Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari
informasidetail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan
dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: 1 Kelebihan inovasi, 2 Tingkat keserasian, 3 Kompleksitas, 4 Dapat dicoba dan 5 Dapat dilihat.
16
3. Tahap pengambilan keputusan. Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang
keuntungankerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap implementasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat
mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu. 5. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang
kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu proses adopsi inovasi menurut Soekartawi 1988:62-64 adalah:
1. Keunggulan relatif Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baikunggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan, kepuasan
dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Kompatibilitas Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten
dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
17
pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat
diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai. 3. Kerumitan
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan
mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka
semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. 4. Kemampuan diuji cobakan
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba pada batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam
kondisi sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan
keunggulannya. 5. Kemampuan diamati
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu
inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif;
kesesuaian; kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi
tersebut dapat diadopsi.
18
Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama telah menanti
datangnya inovasi karena sadar akan kebutuhannya. Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri-kanannya dan setelah yakin benar akan keuntungan-
keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inovasi yang dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak
mau menerima suatu inovasi. Cepat tidaknya proses difusi dan adopsi inovasi, akhirnya juga sangat
tergantung dari faktor intern dari adopter itu sendiri. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya ataupun politik sangat mempengaruhi cepat atau tidaknya proses
difusi dan adopsi inovasi itu sendiri. Beberapa hal penting lain yang mempengaruhi adopsi inovasi menurut Soekartawi 1988:70-72 adalah:
1. Umur Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa
yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka
masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. 2. Pendidikan
Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang
berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
19
3. Keberanian Mengambil Risiko Biasanya kebanyakan petani kecil mempunyai sifat menolak risiko. Mereka
berani mengambil risiko jika adopsi inovasi itu benar-benar telah mereka yakini.
4. Pola Hubungan Biasanya petani yang berada dalam pola hubungan yang kosmopolitas
mereka lebih cepat melakukan adopsi inovasi dibanding mereka yang berada dalam pola hubungan lokalitas.
5. Sikap Terhadap Perubahan Kebanyakan petani kecil agak lamban dalam mengubah sikapnya karena
sumberdaya lahan terbatas sekali sehingga mereka agak sulit untuk mengubah sikapnya untuk adopsi inovasi.
6. Motivasi Berkarya Motivasi untuk berkarya sangat penting dan untuk menumbuhkan motivasi
tidaklah mudah, khususnya bagi petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki.
7. Aspirasi Faktor aspirasi perlu ditumbuhkan bagi calon adopter karena jika tidak maka
adopsi inovasi tersebut sulit untuk dilakukan. 8. Fatalisme
Jalannya proses adopsi inovasi akan berjalan lebih lambat jika adopsi inovasi itu menyebabkan risiko yang tinggi.
20
9. Sistem Kepercayaan Tertentu Makin tertutup suatu sistem sosial dalam masyarakat terhadap sentuhan luar
maka makin sulit pula anggota masyarakatnya untuk melakukan adopsi inovasi.
10. Karakteristik Psikologi Karakteristik psikologi dari calon adopter menentukan cepat tidaknya suatu
adopsi inovasi. Jika mendukung maka proses adopsi inovasi itu akan berjalan lebih cepat.
Rogers 1983:247-250 menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada beberapa tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu :
1. Inovator Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.
Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal Kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori
lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. 3. Mayoritas awal
Kategori pengadopsi seperti ini akan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun
waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting untuk menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak
digunakan atau cukup bermanfaat.
21
4. Mayoritas akhir Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi.
Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.
5. Lamban Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi.
Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Saat kelompok ini mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh
mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
2.5 Sekolah Lapang