Efektivitas Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat

(1)

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Azwar, Azrul. 1980. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Faisal, Sanapiah. 1995. Format-Format Penelitian Sosial. Rajawali Pers: Jakarta. Hartono, B. 2010. Manajemen Pemasaran Untuk Rumah Sakit. Jakarta: Rineka Cipta. Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan (Dalam Perspektif Pelayanan

Publik). Jakata: Mitra Wacana Media.

Moleong, Lexi J.2006. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Pasolong, Harbani.2007. Teori Administrasi Publik.Jakarta: Alfabeta. Pearch, Robinson, 1997. Manajemen Strategis.Jakarta: Binarupa Aksara.

Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Sebarguna, B.S. 2008. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto.

Serbaguna, B.S.2003. Sistem Informasi Pemasaran RS Berbasis Rekam Medis. Yogyakarta: Gama Press.

Serbaguna, B.S. 2008. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto.


(2)

Implementasi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Siswandoko, Tjatjuk. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21. Jakarta: Nusantara Consulting.

Terry G.R. 1986. Azas-Azas Manajemen. Bandung: Alumni.

Trisnantoro, L. 2005. Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: ANDI. Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Stratejik Pengantar Proses Berpikir

Stratejik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Internet:

http://repository.usu.ac.id/bitstream diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 11.30 WIB.

http://www.slideshare.net/f1smed/kepmenkesno129tahun2008standarpelayananminas pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 12.20 WIB.

karyatulisilmiah.com diakses 4 januari 2016 pada pukul 19.45WIB.

https://mardajie.wordpress.com/perilakuorganisasi/pendekatanpendekatanorganisas/ diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 16.22 WIB.

http://ilmukeolahragaan.blogspot.co.id/2011/05/efektivitas-dalam-organisasi.html diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 16.38 WIB.


(3)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28829/4/Chapter%20II.pdf pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 20.55 WIB.

http://perpustakaanpekerja.blogspot.co.id/2012/07/standardoperatingprocedureshtml yang diakses pada tanggal 20 januari 2016 pukul 19.58 WIB.

http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kualitatif.html


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah, penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara akurat dan sistematis mengenai sifat-sifat populasi dari daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Ada pun menurut Bogdan dan Taylor (Moeleong, 2006), penelitian kualitatif dan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit TNI-AL Dr. Komang Makes yang terletak di Jalan Bengkalis Nomor 1 Belawan. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 3 Bulan dalm rangka memenuhi tugas akhir perkulihan.


(5)

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam foks penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Informan penelitian ini meliputi dua macam yaitu:

1. Informan Kunci, adalah mereka yang mengetahui dan memahami lebih dalam serta memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam proses penelitian ini adalah KARUMKITAL

2. Informan Utama, adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunkan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung pada pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.


(6)

b. Observasi, yaitu pengamatan mendalam secara langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Melalui observasi peneliti dapat memperoleh pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan meluhat langsung keterkaitan yang terdapat didalamnya dan kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, dan pendapat dari para ahli yang berkompetensi, serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.


(7)

3.5 Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kualitatif.html diakses pada Tanggal 21 Januari 2016 pukul 21.00 WIB.

Menurut Moleong, teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan cara menyajikan data dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusun dalam satuan-satuannya yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis kemapuan nalar peneliti untuk membuat sebuah kesimpulan.

Menurut S. Nasution proses analisis data penelitian kualitatif dijabarkan seperti berikut:

1. Analisis Sebelum Dilapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.

Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. fokus penelitian bersifat


(8)

sementara, dan akan berkembang setelah di lapangan. Karena itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama proses penelitian.

2. Analisis Selama dan Setelah Dilapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel.

Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi. (Dikutip dalam http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kualitatif.html di akses pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 21.40 WIB.)


(9)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Rumah Sakit

Pada tahun 1950 di daerah Belawan terdapat satuan TNI Angkatan Laut yang disebut Komando Daerah Maritim (KMD). Seiring dengan terbentuknya KMD di Belawan, maka dalam mendukung opersional tersebut didirikan poliklinik berupa Tempat Perawatan Sementara (TPS) yang diresmikan pada tahun 1952 oleh Letkol Dr. Oepomo. Poliklinik tersebut pertama kali dijalankan oleh Mayor Dr. Komang Makes dan dibantu oleh Dr. Chasmir dan Sersan Wat sa’an. Lokasi dari Tempat Perawatan Sementara Belawan pada awalnya berada di Komplek Penampungan Uni Kampung Belawan kemudian pindah ke Jalan Rokan Belawan (sekarang menjadi mess perawat) dan selanjutnya pindah ke Jalan Bengkalis Nomor 1 Belawan sampai sekarang.

Sejalan dengan berkembangnya Pangkalan TNI Angkatan Laut Belawan maka poliklinik Belawan ditingkatkan menjadi Rumah Sakit TNI Angkatan Laut tingkat IV dengan nama Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Belawan (Rumkital Belawan). Pada tanggal 12 Agustus 1996 melalui SKEP KASAL Nomor Skep 7107/VIII/1996 tanggal 12 Agustus 1996 tentang penyempurnaan klasifikasi, standarisasi dan dislokasi fasilitas kesehatan di lingkungan TNI Angkatan Laut Rumkital Belawan tingkat IV ditingkatkan statusnya menjadi Rumkital tingkat III.


(10)

Kemudian pada tahun 2002 diadakan renovasi dan penambahan bangunan serta pembangunan kantor Dinas Kesehatan Lantamal I Belawan di lantai 2 yang semula berasa di lingkungan kantor Satuan Kapal Patroli Armada Barat. Pada tanggal 15 Maret 2002 maka renovasi dan penambahan bangunan tersebut diresmikan oleh Panglima Armada Barat yaitu Laksamana Muda TNI Sumarjono di Belawan. Pada tanggal 21 September 2005 melalui Skep Kasal No. Skep 4832/IX/2005 tentang pemberinan nama fasilitas kesehatan TNI Angkatan Laut, maka nama Rumkital Belawan secara sah diganti namanya menjadi Rumkital Dr. Komang Makes.

Pada tanggal 18 Januari 2006 pelaksanaan peresmian nama Rumkital Dr. Komang Makes ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pembukaan selubung nama Rumkital Dr. Komang Makes oleh Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut yaitu Brigadir Jendral TNI Halim A Hermanto, SH. Sekarang setelah dilaksanakan penandatanganan prasasti dan pembukaan selubung maka Rumkital Dr. Komang Makes yang mempunyai tingkat III B berkembang dalam hal peningkatan mutu pelayanan kesehatan agar dapat melaksanakan tugas pelayanan di bidang kesehatan bagi anggota TNI Angkatan Laut di wilayah LANTAMAL 1 dan keluarganya maupun masyarakat umum. Rumkital Dr. Komang Makes mampu memberikan fasilitas pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat inap, spesialis, penunjang medis dan sarana prasarana pendukung lainnya. Saat ini Rumkital Dr. Komang Makes berupaya untuk mendapatkan penetapan kelas rumah sakit dari pemerintah Indonesia.


(11)

4.2 Visi, Misi, dan Motto

Visi

Menjadi Rumah Sakit Angkatan Laut yang berkualitas dan mampu melaksanakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang professional.

Misi

1. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan kesehatan bagi satuan operasi serta pelayanan kesehatan bagi anggota TNI Angkatan Laut beserta keluarganya di wilayah Lantamal 1 serta masyarakat umum yang memerlukan.

2. Melaksanakan fungsi sebagai pusat rujukan kesehatan TNI Angkatan Laut di Lantamal 1.

3. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program secara berhasil guna dan berdaya guna.

Motto

Kami ada disini dan siap melayani .

Nilai-Nilai

1. Senyum

2. Salam


(12)

4. Sentuh

5. Sembuh

Tujuan

Melaksanakan dukungan kesehatan kepada satuan operasional serta pelayanan kesehatan bagi anggota TNI Angkatan Laut beserta keluarga di wilayah Lantamal 1.

4.3 Keuangan/Tarif

Tarif Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Komang Makes diatur dalam surat edaran Karumkital Dr. Komang Makes Nomor: SE/03/XII/2009 tentang ketentuan dan penetapan tarif pelayanan kesehatan Rumkital Dr. Komang Makes tahun 2010.

1. Untuk dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Rumkital Dr. Komang Makes Lantamal 1, maka diperlukan adanya penyesuaian tariff terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum.

2. Tujuan penyusunan tarif ini adalah untuk menyusuaikan dengan kebutuhan biaya operasional pelayanan kesehatan sehingga pelayanan tersebut dapat diselenggarakan dengan lancer dan berkualitas.

3. Tarif baru pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum ini sesuai lampiran surat edaran ini dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan adanya perubahan.


(13)

4. Demikian ketentuan dan penetapan tarif pelayanan kesehatan Rumkitan Dr. Komang Makes ini untuk dilaksanakan di Rumkital Dr. Komang Makes.

Tabel 1 : Tarif Pelayanan Poliklinik

NOMOR URAIAN KODE TARIF

PEMERIKSAAN (RP) 1 Poliklinik Umum JP01 Rp. 15.000 2 Poliklinik Gigi dan

Mulut

JP01 Rp. 20.000

3 Poliklinik Spesialis JP01 Rp. 35.000 4 Poliklinik KIA-KB

oleh Bidan

JP01 Rp. 5.000

5 Poliklinik Fisioterapi

JP01 Rp. 5.000


(14)

Tabel 2 : Tarif Ruangan Rawat Inap

NOMOR URAIAN KODE TARIF (Rp)

1 ICU RRI04 Rp.300.000/hari

2 VIP RRI04 Rp.125.000/hari

3 KELAS I RRI04 Rp.80.000/hari 4 KELAS II RRI04 Rp.65.000/hari 5 KELAS III RRI04 Rp.35.000/hari 6 ISOLASI RRI04 Rp.50.000/hari 7 Ruang Bersalin RRI04 Rp.45.000/hari

8 Ruang

Bayi/Neonatus

RRI04 Rp.35.000/hari

9 Ruang Anak RRI04 15% dari jumlah total biaya ruangan

10 Servis Rawat Inap RRI04 11 Lain-lain:

a.Biaya Administrasi b.Materai

RRI04

RRI04

5% dari total biaya, minimal 15.000 dan maksimal 500.000 Rp 6.000


(15)

4.4 Pelayanan

Kemampuan pelayanan yang ada di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Komang Makes.

A. Pelayanan Rawat Jalan Sebagai Berikut

1. UGD

2. Poli Umum

3. Poli Spesialis

a. Penyakit Dalam

b. Penyakit Anak

c. Kebidanan dan Kandungan

d. Bedah

e. Mata

f. Neurologi

4. Poli Gigi dan Mulut

a. Umum

b. VIP


(16)

6. Fisioterapi

7. Radiologi

B. Pelayanan Rawat Inap sebagai berikut:

Terdiri dari 18 kamar, 84 Tempat Tidur

1. Paviliun Anggrek:

a. Ruang Wanita : 6 Tempat Tidur b. Ruang Anak : 6 Tempat Tidur c. Ruang Laki-Laki : 14 Tempat Tidur 2. Pavilun Boungeville:

a. VIP A : 1 Tempat Tidur b. VIP B : 1 Tempat Tidur c. Kelas 1 A : 1 Tempat Tidur d. Kelas 1 B : 1 Tempat Tidur e. Kelas II A : 2 Tempat Tidur f. Kelas II B : 2 Tempat Tidur g. Kelas III : 6 Tempat Tidur 3. Paviliun Cempaka:

a. Kebidanan : 8 Tempat Tidur b. Ruangan Wanita : 6 Tempat Tidur c. Ruangan laki-laki (IIIA) : 8 Tempat Tidur


(17)

e. Ruangan Isolasi I : 6 Tempat Tidur f. Ruangan Isolasi II : 3 Tempat Tidur 4. Ruang Kulit : 5 Tempat Tidur

5. Ruang ICU : 2 Tempat Tidur

C. Pelayanan Pendukung

1. Apotek : 2 Unit (Anggota dan Umum)

2. Ruang Operasi : 2 Ruang (2 Meja Operasi)

3. Kamar Bersalin : 1 Unit (1 Tempat Tidur)

D. Sarana dan Prasarana

1. Ambulance : 3 Buah

2. Kerta Merta : 1 Buah

3. Mobil Operasional : 2 Buah

4. Lapangan Parkiran

5. Musollah

6. Gardu Telepon 24 jam


(18)

4.5 Sekilas Tentang Pemanfaat Fasilitas Rumah Sakit

Rumah Sakit Dr. Komang Makes sebagai salah satu fasilitas kesehatan memiliki andil besar dalam fungsinya sebagai tempat rujukan kasus yang tidak dapat ditangani baik tingkat balai pengobatan maupun rumah sakit di lanal-lanal. Oleh karenanya, diperlukan keberadaan rumah sakit dengan kelengkapan sumber daya manusia, fasilitas dan sarana lainnya yang memadai.

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain dengan melihat fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan tempat tidurnya, yaitu dengan membandingkan jumlah tempat tidur per 100.000 penduduk. Secara umum, ratio idel adalah sebesarnya 75 tempat tidur per 100.000 penduduk.

A. Bed Ocupation Rate (BOR)

Yaitu, presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit

B. Length Of Stay (LOS)

Yaitu, rata-rata lama perawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat efisensi dan memberikan gambaran mutu pelayanan rumah sakit.

C. Bed Turn Over (BTO)

Yaitu, frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu waktu tertentu tempat tidur rumah sakit terpakai.


(19)

D. Turn Over Interval (TOI)

Yaitu, interval pengunaan tempat tidur dari saat kosong sampai terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur.

E. Net Death Rate (NDR) dan Gros Death Rate (GDR)

NDR yaitu angka kematian lebih dari 48 jam setelah dirawat untuk setiap 1000 penderita keluar, sedangkan GDR adalah angka kematian umum untuk tiap 1000 penderita keluar.


(20)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai efektivitas penerapan standar operasional prosedur administrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Belawan. Penyajian data diperoleh melalui wawancara, observasi secara langsung dan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti. Adapun wawacara dilakukan oleh Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (KARUMKITAL) dan dua orang pasien rawat inap.

5.1 Karakteristik Informan

Penyajian data karakteristik informan bertujuan untuk mengidntifikasi informan sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis data. Karakteristik informan dapat dilihat sebagai berikut:

5.1.1 Informan Kunci (Key Informan)

Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (KARUMKITAL).


(21)

5.1.2 Informan Utama

Informan utama yaitu mereka yang terlibat secara lagsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap yaitu Ibu Sihombing, Nenek Legiem, dan anggota TNI-AL Serda Edy Murpy Siregar.

5.2 Temuan Lapangan

5.2.1 Efektivitas Penerapan Standar Operasional Prosedur Administrasi

Banyak cara yang digunakan untuk mengukur efektivitas suatu unit kerja. Cara mengukur efektivitas tersebut dapat dilihat melalui kualitas, produktivitas, kesiangaan, efisiensi, penghasilan, pertumbuhan, stabilitas, kecelakaan, semangat kerja, motivasi, kepaduan dan keluwesan. Efektivitas dalam penerapan standar operasional prosedur administrasi dapat diketahui melalui cakupannya yakni perencanaan program/kegiatan, keuangan, perlengkapan, kepegawaian.

Untuk mengetahui standar operasional prosedur administrasi RUMKITAL peneliti melakukan wawancara kepada Mayor Yeti Triatni selaku Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (KARUMKITAL) dan sekaligus menjadi informan kunci pada penelitian ini. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016. Hasil wawancara disajikan dengan menyesuaikan antara teori tentang standar operasional prosedur administrasi rumah sakit dengan temuan dilapangan.


(22)

5.2.1.1 Perencanaan Program/Kegiatan

Dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, dan yang terpenting diantaranya adalah fungsi peencanaan. Hal tersebut dikatakan terpenting kerena setiap kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi atau suatu unit kerja akan berjalan dengan baik jika berpedoman pada perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam kehidupan masyarakat modern kedudukan dan peran perencaaan telah sedemikian pentingnya. Kemajemukan hidup yang ditemukan pada masyarakat modern, sangat memerlukan adanya berbagai pengaturan. Keadaan seperti ini akan dapat terwujud, antara lain apabila pekerjaan perencanaan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Pentingnya perencanaan juga ditemukan pada bidang kesehatan. Luasnya pengertian sehat yang menjadi subjek dan objek upaya kesehatan, menyebabkan pelaksanaan berbagai upaya kesehatan sangat membutuhkan adanya perencanaan. Secara umum disebutkan apabila pelaksanaan upaya kesehatan tidak didukung adanya suatu perencanaan yang baik, maka akan sulit tercapainya suatu tujuan dari upaya kesehatan untuk masyarakat. Karena pentingnya kedudukan dan peran perencanaan tersebut, hal tersebut merupakan kewajiban bagi semua pihak yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk perencanaan suatu program/kegiatan yang bertujuan untuk masyarakat.


(23)

Ada beberapa perencanaa program yang akan dilakukan pada RUMKITAL seperti yang dikemukakan oleh Mayor Yeti Triatni selaku KARUMKITAL, yakni seperti mengaktifkan kembali pelayanan untuk skin care, mengaktifkan kembali dokter spesialis obgyn, penambahan dokter spesialis yang dibutukan, penambahan kamar serta jumlah tempat tidur untuk memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap kesehatan masyarakat. Tetapi hal tersebut masih tahap wacana perencanaan mengingat program tersebut baru diajukan pada tahun 2016 dan kemungkinan akan terealisasikan pada tahun 2017.

“Kalau program untuk waktu dekat ini masih proses pengembangan seperti mengaktifkan kembali pelayanan untuk skin care, mengaktifkan kembali dokter spesialis obgyn dan penambahaan dokter-dokter spesialis lainnya, penambahan jumlah kamar dan tempat tidur. Hal tersebut dilakukan juga agar masyarakat disekitaran Belawan ini tidak kesulitan lagi untuk berobat, jika dana yang diajukan pada tahun ini cair seluruh program yang direncanakan akan berjalan sekitar awal tahun 2017” (Hasil Wawancara tanggal 5 Februari 2016 pada pukul 10.00 WIB).

Selain beberapa perencanaan progam/kegiatan yang akan dilakukan pada tahun mendatang, RUMKITAL memiliki kegiatan rutin yang menjadi program untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat. Program kegiatan tersebut seperti dukungan kesehatan untuk para pegawai dan perawat yang dilakukan pada hari selasa dan jumat, bakti sosial yang baru dilaksanakan di Serdang Bedagai, dan banyak kegiatan sosial lainnya yang dilakukan di RUMKITAL akan tetapi dilakukan sesuai dengan kegiatan yang ada di kesatuan Angkatan Laut, mengingat RUMKITAL ini berada di bawah naungan Mabes TNI-AL.


(24)

“Kegiatan yang rutin diadakan setiap bulannya ya seperti dukes (dukungan kesehatan) setiap hari selasa dan jumat olahraga bersama di Lantamal setelah olahraga bersama mulai pelayanan lagi, baksos kami juga sering adakan bulan januari RUMKITAL bekerjsama dengan Dinas Potensi Maritim membuat desa binaan di serdang bedagai disana kami melakukan banyak pelayanan kesehatan secara gratis, penanaman mangrove dan lain sebagainya. Karena RUMKITAL ini di bawah naungan angkatan laut jadi sebagian besar kegiatan yang dilakukan mengikuti mereka, misalnya kalau ada hari-hari besar seperti HUT TNI, HUT KOWAL, HUT POMAL, HUT ARMADA pada hari-hari tersebut banyak dilakukan kegiatan-kegiatan sosial yang menyangkut pelayanan kesehatan dan hal tersebut dipergunaakan untuk bisa menyatu dengan masyrakat umum” (Hasil Wawancara tanggal 5 Februari 2016 pada pukul 10.00 WIB).

Dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pihak RUMKITAL juga tidak membedakan antara masyarakat umum dan prajurit TNI. Pelayanan kesehatan yang diberikan tetap sama karena setiap pasien yang menjalani pengobatan di RUMKITAL memakai kartu BPJS hanya saja jika dari kalangan prajurit fasilitas yang di dapat tergantung tingkat jabatan/pangkat.

“Tidak berbeda, disini semuanya kita sama kan baik prosesnya sampai tahap pengobatannya, karena semua menggunakan BPJS sehingga pelayanan yang diberikan sama”

5.2.1.2 Perlengkapan

Perlengakapan yang mencakup pelayanan yang sangat minim yakni terbatasnya jumlah komputer dan sarana medis lainnya. Untuk proses pelayanan RUMKITAL belum sepenuhnya memiliki teknologi yang canggih seperti yang dimiliki rumah sakit swasta pada umumnya. Terbatasnya ketersedian komputer membuat pelayanan yang diberikan tidak efektif dan efisien. Tidak jarang pasien


(25)

harus menunggu dalam proses pelayanan yang diberikan hal tersebut disebab kan cara kerja yang dimiliki RUMKITAL sebagian masih ada yang manual.

“Perlengkapan yang kurang di RUKITAL ini yang membuat pelayanan menjadi kurang efektif dan efisien saya rasa kurangnya persedian komputer sehingga membuat pelayanan yang di berikan menjadi lambat karena sebagian kegiatan yang menyangkut dengan pelayanan masih manual” (Hasil Wawancara tanggal 5 Februari 2016 pada pukul 10.00 WIB).

Peralatan yang mendukung pada rumah sakit akan membuat setiap pelayanan kesehatan yang diberikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Ketersediaan perlengkapan peralatan medis juga harus di penuhi agar tidak ada pasien yang selalu dirujuk kerumah sakit lain yang lebih memadai fasilitasnya.

5.2.1.3 Kepegawaian

Kepegawaian adalah seluruh aktivitas atau kegiatan yang berkaitan dengan masalah penggunaan tenaga kerja untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya kepegawaian melakukan dua fungsi diantaranya fungsi manajerial dan fungsi teknis. Fungsi manajerial berkaitan dengan menggunakan fikiran, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Sedangkan fungsi teknis berkaitan dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan menggunakan fisik, seperti pengadaan, konpensasi, pengembangan, pemeliharaan, maupun pemensiunan.

Di RUMKITAL untuk masalah pegawai semuanya tertata dengan baik dan melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang yang telah ditentukan. Baik dari PNS atau pun dari personil TNI-AL sendiri bekerja sama dengan baik memberikan pelayanan


(26)

kepada masyarkat. Kedisiplinan pegawai kunci utama di RUMKITAL untuk menjalankan pekerjaan dengan baik.

“Di Kaur Taud udah ada daftar setiap kelakuan-kelakuan pegawai, jika pegawai yang tidak baik kelakuannya setiap apel pagi akan saya sebut namanya dan saya suruh ngadap keruangan saya. Gunanya apel juga untuk memeriksa kelengkapan anggota jika ada pegawai yang tidak ada kita langsung mengetahuinya. Kalau pegawainya dari prajurit dan mereka menyalahgunakan wewenang semua kelakuannya ditindak lanjuti oleh pomal, apa pun sangsi yang diberikan itu semua udah dari pomal jadi tidak melalui saya lagi” (Hasil Wawancara tanggal 5 Februari 2016 pada pukul 10.00 WIB).

5.2.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan RUMKITAL kepada masyarakat peneliti mewawancarai tiga pasien rawat inap yang yaitu ibu Sihombing dan Nenek Legiem merupakan masyarakat umum, dan Serda Edy Murpy Siregar merupakan anggota TNI-AL. Wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 3 Februari 2016. Berkualitas atau tidaknya suatu pelayanan dapat kita ketahui dari mereka yang merasakan langsung pelayanan yang diberikan RUMKITAL.

Mayoritas yang selalu mendatangi RUMKITAL untuk menjalani pengobatan adalah masyarakat pesisir yang ada di Belawan, mereka yang datang biasanya dari kalangan masyarakat kurang mampu dan menganggap pelayanan yang diberikan RUMKITAL sudah cukup baik. Selain dari masyarakat umum ada juga anggota TNI-AL yang menggunakan fasilitas RUMKITTNI-AL untuk menjalani pengobatan.


(27)

5.2.2.1 Aspek Pelayanan

Menurut Ibu Sihombing, pelayanan yang diberikan pihak RUMKITAL baik dari pelayanan dokter atau pun perawatnya cukup baik, dan Ibu Sihombing menuturkan bahwa dari segi pelayan yang diberikan tidak ada masalah.

1. Ibu Sihombing

“Pelayanan yang diberikan perawat dan dokter disini cukup bagus dan saya rasa tidak ada masalah dalam pelayanannya.” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 09.00 WIB).

Sementara pendapat yang sama diungkapkan oleh Nenek Legiem salah satu pasien yang berbeda ruangan dengan Ibu Sihombing, Nenek Legiem mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan cukup baik dan para dokter serta perawat sangat menghargai pasien tanpa melihat status sosial mereka. Nenek Legiem juga berasal dari keluarga yang kurang mampu jadi menurutnya RUMKITAL sudah cukup baik dalam hal pelayanan.

2. Nenek Legiem

“Menurut saya sudah cukup bagus apalagi untuk saya pasien yang kurang mampu, pelayanan yang seperti ini sudah sangat baik, dokter dan perawatnya masih mau menghargai pasien yang kurang mampu seperti saya.” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB).

Dan pendapat yang sama diungkapkan juga oleh seorang anggota TNI-AL Serda Edy Murpy Siregar yang sedang di rawat di ruangan berbeda di RUMKITAL, pelayanan yang diberikan pihak RUMKITAL terutama dokter dan perawatnya dapat dikategorikan baik.


(28)

3. Edy Murpy Siregar

“Menurut saya pelayanan disini untuk dokter dan perawatnya sudah

dikategorikan baik, dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.” (Hasil Wawancara 25 Februari 2016 pada pukul 11.30 WIB).

5.2.2.2 Aspek Fasilitas Ruangan

Rumah sakit seharusnya memberikan fasilitas yang nyaman untuk pasien sebab fasilitas yang diberikan juga sebagai pendorong atas kesembuhan seorang pasien. Fasilitas yang kurang baik membuat kesembuhan pasien akan sangat lambat. Fasilitas yang diberikan juga harus steril dan tidak membahayakan untuk kesembuhan pasien.

Ibu Sihombing mengatakan fasilitas yang diberikan RUMKITAL memuaskan karena ibu Sihombing mendapatkan fasilitas yang baik dan layak seperti, kamar mandi yang bersih, kamar yang nyaman, ruangan yang berAC dan ada hiburan berupa televisi yang berada dikamar ibu Sihombing.

1. Ibu Sihombing

“Fasilitas yang saya dapatkan disini dapat dikatakan memuaskan seperti kamar mandi yang bersih, kamar yang nyaman, ruangan yang berAC dan ada hiburan berupa telivisi serta dokter yang perhatian terhadap kesehatan saya.” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 09.00 WIB).

Sementara itu Nenek Legiem mendapatkan fasilitas yang sangat berbeda dengan Ibu Sihombing yaitu kipas angin, tempat tidur yang nyaman dan kamar mandi yang bersih.


(29)

2. Nenek Legiem

“Saya mendapatkan fasilitas seperti kipas angin, tempat tidur yang nyaman dan kamar mandi yang bersih.” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB).

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Serda Edy Murpy Siregar dan dengan beberapa penjelasannya tentang fasilitas yang beliau lihat. Serda Edy Murpy Siregar mendapatkan fasilitas yang sama dengan Ibu Sihombing Informan pertama. Serda Edy Murpy Siregar mengungkapkan bahwa RUMKITAL memiliki fasilitas yang kurang baik dari pada Rumkit lainnya milik pemerintah. Beliau mengungkapkan bahwa fasilitas di RUMKITAL tidak sepenuhnya menunjang kesembuhan pasien.

3. Serda Edy Murpy Siregar

“Fasilitas yang saya dapatkan disini seperti ruangan yang nyaman, ada hiburan seperti televisi. Fasilitas disini sangat kurang apabila dibandingkan Rumkit milik pemerintah lainnya misalkan saja masih ada sebagian kamar yang ditempati untuk empat orang pasien yang memiliki penyakit yang berbeda-beda jadi untuk kesembuhan pasien sendiri mungkin tidak akan bisa terjamin” (Hasil Wawancara 25 Februari 2016 pada pukul 11.30 WIB).

5.2.2.3 Aspek Administrasi

Dalam pelayanan publik, hal yang tidak dapat dipisahkan adalah bagaimana sistem administrasi dalam pelayanan tersebut. Rumah sakit sebagai pelayanan yang harus sangat di perhatikan sistem administrasinya sebab menyangkut dengan kesehatan pasien, jika sistem administrasinya berbelit-belit akan membuat pasien terlambat untuk ditangani kesehatannya.


(30)

Ibu Sihombing menyatakan sistem administrasi di RUMKITAL cukup baik dan tidak menyulitkan pasien untuk berobat.

1. Ibu Sihombing

“Administrasinya tergolong baik dan memudahkan pasien untuk berobat kemari” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 09.00 WIB).

Pendapat Nenek Legiem tentang administrasi di RUMKITAL yakni sangat baik dan pihak RUMKITAL hanya meminta beberapa biodata pasien dan menunjukan kartu BPJS mereka dan selanjutnya diproses oleh pihak RUMKITAL.

2. Nenek Legiem

“Bagus karena ketika saya di rawat inap disini mereka hanya minta salah satu anggota keluarga saya mengisi biodata saya dan memberikan beberapa persyaratan seperti fotocopy KTP dan menunjukan kartu BPJS saya,” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB).

Menurut Serda Edy Murpy Siregar mengenai administrasi RUMKITAL sudah sesuai prosedur dan tidak menyulitkan pasien ketika mau berobat jalan maupun inap karena tinggal menunjukan kartu BPJS yang dimiliki oleh pasien.

3. Serda Edy Murpy Siregar

“Administrasinya berjalan dengan baik sesuai prosedur dan menggunakan BPJS jadi dipermudah semuanya.” (Hasil Wawancara 25 Februari 2016 pada pukul 11.30 WIB).


(31)

5.2.2.4 Aspek Peralatan Kesehatan

Setiap pelayanan yang diberikan pasti juga ada keluhan yang dirasakan. Begitu juga pasien yang berada di RUMKITAL mereka juga pasti memiliki beberapa keluhan tentang rumah sakit ini.

Ibu Sihombing hanya mengeluhkan beberapa alat kesehatan yang kurang seperti peralatan untuk scanning yang tidak ada, sehingga untuk pasien yang akan scanning harus ke Rumkit lain yang memiliki fasilitas tersebut.

1. Ibu Sihombing

“keluhan dari saya hanya dari peralatan medisnya saja yang kurang seperti alat scanningnya yang tidak ada sehingga jika ada pasien yang membutuhkan alat tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas scanning” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 09.00 WIB).

Berbeda dengan keluhan Ibu Sihombing, Nenek Legiem mengeluhkan sikap perawat yang tidak ramah dengan pasien, dan Nenek Legiem beranggapan karena beliau dari pasien yang kurang mampu sehingga perawat bersikap tidak baik terhadapnya.

2. Nenek Legiem

“Perawatnya yang kurang ramah terhadap pasien, dan ada salah satu dari perawat yang sangat galak, saya berfikir mungkin saya masyarakat kurang mampu sehingga salah satu dari mereka semena-mena dengan saya” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB).

Berbeda dengan pendapat Ibu Sihombing dan Nenek Legiem, Serda Edy Murpy Siregar mengatakan keluhannya yakni menunggu dokter yang sangat lama untuk datang ke RUMKITAL dan harus menunggu hingga siang hari, serta


(32)

ketersediaan obat di apotik yang kurang lengkap sehingga membuat pasien untuk mencari obat di luar RUMKITAL hal tersebut sangat menyulitkan pasien.

3. Serda Edy Murpy Siregar

“Keluhan yang saya rasakan hanya menunggu dokter nya saja, karena dokter disini jarang ada ditempat, ada pun tetapi mesti menunggu kedatangannya sampai satu harian, dan dalam hal ketersediaan obat di apotiknya rumah sakit ini saya rasa sangat kurang terkadang banyak yang tidak adanya sehingga membuat pasien mencari obat keluar lagi.” (Hasil Wawancara 25 Februari 2016 pada pukul 11.30 WIB).

5.2.2.5 Aspek Kepercayaan

Kualitas pelayanan yang diberikan pihak RUMKITAL menjadi pertimbangan setiap pasien untuk memilih RUMKITAL tersebut sebagai mitra kesehatan mereka. Jika pelayanan yang diberikan baik dan sesuai dengan harapan pasien, RUMKITAL tersebut akan menjadi mitra kesehatan masyarakat luas dan jadi kepercayaan bagi pasien.

Ibu Sihombing mengatakan tidak akan memilih RUMKITAL untuk menjadi mitra kesehatannya, dan akan ke RUMKITAL jika keadaan kesehatan beliau sangat membutuhkan pertolongan pertama.

1. Ibu Sihombing

“Tidak untuk jadi mitra kesehatan semuanya tegantung situasi dan kondisi, tetapi untuk pertolongan pertama saja jika keadaan mendadak seperti posisi saya sekarang ini” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 09.00 WIB).


(33)

Berbeda dengan jawaban Ibu Sihombing, Nenek Legiem menyatakan memilih RUMKITAL menjadi mitra kesehatannya karena menurut Nenek Legiem jarak RUMKITAL dari rumahnya terjangkau dan tidak memakan banyak biaya untuk transportasi.

2. Nenek Legiem

“iya, karena tidak ada pilihan lain lagi RUMKITAL ini sangat dekat dengan

rumah saya dan tidak memakan biaya untuk menempuh jarak” (Hasil

Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB).

Pernyataan yang sama dengan Ibu Sihombing juga diungkapkan oleh Serda Edy Murpy Siregar, tidak akan memilih RUMKITAL sebagai mitra kesehatan, akan datang ke RUMKITAL jika mengalami keadaan yang sangat terdesak dan jika membutuhkan pertolongan pertama.

3. Serda Edy Murpy Siregar

“Mungkin dalam keadaan terdesak saya akan memilih rumah sakit ini sebagai pertolongan pertama, tetapi tidak untuk dijadikan mitra kesehatan saya.” (Hasil Wawancara 25 Februari 2016 pada pukul 11.30 WIB).

5.2.2.6 Asepek Ekspektasi Pasien Terhadap Pelayanan RUMKITAL

Masyarakat sebagai penilai pelayanan yang berkualitas atau tidak dan sudah efektif atau tidaknya suatu pelayanan. Masyarakat juga memiliki harapan kedepannya untuk sebuah pelayanan yang mereka dapatkan. Harapan tersebut yang nantinya menjadi perbaikan untuk RUMKITAL tersebut. Harapan Pasien untuk pelayanan RUMKITAL Dr. Komang Makes yakni:


(34)

1. Ibu Sihombing

“Harapan saya RUMKITAL ini semakin baik kedepannnya dalam hal pelayanan, lebih mengedepankan kesehatan pasien.” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 09.00 WIB).

2. Nenek Legiem

“Harapan saya semoga kedepannya RUMKITAL lebih baik kedepannya,

perawatnya lebih ramah lagi terhadap pasien dan bisa melayani pasien tanpa melihat status dan golongan yang berobat” (Hasil Wawancara 3 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB).

3. Serda Edy Murpy Siregar

“Harapan saya semoga kedepannya rumah sakit ini pelayanannya lebih baik lagi, lebih mengutamakan keselamatan pasien dan mampu bersaing dengan RUMKITAL Dr.Mintoharjo di Jakarta yang memiliki fasilitas dan pelayanan yang sangat baik.” (Hasil Wawancara 25 Februari 2016 pada pukul 11.30 WIB).

Keluhan dan harapan pasien merupakan suatu motivasi untuk RUMKITAL agar dapat memperbaharui setiap sistem oprasional prosedur yang ada. Rumah sakit harus bersifat terbuka untuk menerima kemajuan teknologi yang ada serta RUMKITAL harus mampu bersaing dengan rumah sakit lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya RUMKITAL memiliki posisi yang dikelilingi masyarakat yang penghasilannya rendah. Untuk masalah kesehatan hampir keseluruhannya memilih RUMKITAL menjadi tempat untuk menjalankan pengobatan, maka dari itu RUMKITAL harus mampu melayani masyarakat tanpa melihat status dan melakukan pelayanan semaksimal mungkin.


(35)

BAB VI

ANALISIS DATA

Sesuai dengan penyajian data pada bab sebelumnya, maka analisis data yang akan diinterprestasikan berdasarkan tujuan peneliti yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya yaitu untuk mengetahui bagaimana efektivitas penerapan standar operasional prosedur administrasi yang dilakukan pihak Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Komang Makes dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi serta usaha-usaha apa saja yang dilakukan pihak Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Komang Makes Belawan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

6.1 Efektivitas Penerapan Standar Operasional Administrasi

Untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas administrasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adanya suatu guideline atau Standart Operasional Prosedur administrasi. Standar operasional prosedur administrasi mengatur tata cara setiap kegiatan dalam organisasi termasuk hubungan antar unit kerja dan kegiatan-kegiatan non medis lainnya.

Perencanaan pengadaan sarana dan alat kesehatan yang matang sesuai kebutuhan baik dari sisi provider maupun konsumen akan meningkatkan pemanfaatan secara optimal. Sebaliknya, jika tata laksana rumah sakit tidak sesuai dengan standart yang telah ditetapkan, akan mengakibatkan kerugian yang besar pada pasien,


(36)

pengunjung, bahkan pihak rumah sakit. Efektivitas atau tidaknya suatu penerapan standar operasional prosedur administrasi yang ada di RUMKITAL dapat kita lihat melalui setiap perencanaan program yang dilakukan, perlengkapan yang tersedia, dan kepegawaiannya.

6.1.1 Perencanaan Program/Kegiatan

Perencaan program yang dilakukan pihak RUMKITAL baru dilakukan awal tahun 2016 ini. Perencanaan yang akan dilakukan seperti menambah peralatan-peralatan medis yang kurang, penambahan ruangan untuk pasien rawat inap, mengaktifkan kembali beberapa dokter spesialis, penambahan dokter dari luar, dan ada beberapa pembenahan administrasi yang akan dilakukan pihaknya. Perencanaan-perencanaan tersebut akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan apabila anggaran yang dibutuhkan RUMKITAL dapat dicairkan oleh pemerintah. Mengingat RUMKITAL ini milik pemerintah dan berada dibawah naungan angkatan laut maka seluruh program yang akan dilakukan mengenai pelayanan kesehatan masyarakat harus persetujuan dari pusat dan anggaran yang didapat juga berasal dari pusat,

Untuk menunggu program yang akan terlaksana pada tahun 2017, RUMKITAL memiliki kegiatan yang rutin di adakan. Dari wawancara yang dilakukan peneliti pada pihak yang bersangkutan seperti KARUMKITAL dan pasien, menjelaskan beberapa kegiatan yang rutin dilakukan seperti kegitan dukes atau dukungan kesehatan kepada para pegawai dilakukan pada setiap hari selasa dan jumat bergabung dengan pasukan TNI-AL diadakan di LANTAMAL 1 Bealawan kegiatan


(37)

melakukan kegiatan di RUMKITAL seperti biasanya. Selain dukes RUMKITAL juga aktif melakukan sosialisasi kesehatan, sosialisasi tersebut dilakukan di halaman RUMKITAL dan memberikan pelayanan gratis. RUMKITAL juga bekerjasama dengan pihak Dinas Potensi Maritim untuk membentuk suatu desa binaan yang berada di Serdang Bedagai dalam membentuk desa binaan tersebut pihak RUMKITAL juga memebrikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat desa binaan tersebut salah satunya pihaknya melakukan operasi katarak dan memberika pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya, dan kegiatan rutin lainnya yang dilakukan sesuai dengan hari-hari besar TNI-AL.

6.1.2 Perlengkapan

Untuk mendukung proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, perlengkapan salah satu syarat untuk melihat segi kualitas rumah sakit tersebut. RUMKITAL sangat terbatas dengan perlengakapan baik secara medis maupun non medis. Dari wawancara yang dilakukan pihak RUMKITAL sendiri mengakui kurangnya perlengakapan tersebut.

Perlengkapan yang sangat terbatas dari segi non medis yakni kurangnya ketersediaan komputer yang menghambat kerja pegawai untuk mendata maupun melakukan kegiatan-kegiatan administrasi lainnya. Sementara untuk hal medis RUMKITAL sendiri terbatas alat scanning dan selebihnya RUMKITAL perlu peremajaan alat-alat medis terutama untuk keperluan bedah.

Selain dari hasil wawancara peneliti juga melihat langsung bagaimana kondisi setiap ruangan-ruangan yang ditepati pasien untuk rawat inap. Setiap ruangan


(38)

berbeda-beda fasilitas yang diberikan. Fasilitas yang ada di ruangan kelas 1, 2, 3 dan VIP sangat berbeda. Kelas 1, 2 dan VIP tergolong sudah memenuhi syarat, tetapi berbeda jauh dengan kondisi ruangan di kelas 3. Terlihat banyak peralatan yang kurang dan mungkin sangat menunjang kesehatan pasien yang ada di kelas 3. Pada ruangan kelas tiga terdapat 4 tempat tidur untuk pasien dan tanpa adanya bed screen (pemisah), tidak tersedianya foot stool (untuk beranjak naik ketempat tidur), tidak adanya lemari untuk menyimpan barang pasien, dan peralatan medis yang ada diruangan kelas 3 terlihat sudah berkarat. Terlihat sangat mudah pihak RUMKITAL menanggapi hal tersebut. Padahal jika kita perhatikan akan banyak hal negatif yang akan dialami pasien rawat inap yang berada di ruangan kelas 3. Kemungkinan tertular penyakit dari pasien yang lain sangat besar karena mengingat jumlah pasien yang ada diruangan tersebut sebanyak 4 orang dan memiliki penyakit yang berbeda-beda.

Dari data dan observasi yang dilakukan penulis, perlatan yang ada di RUMITAL sangat terbatas dan kurang layak hal tersebut membuat RUMKITAL tidak dapat bersaing dengan rumah sakit milik pemerintah lainnya. Pemenuhan peralatan untuk menunjang kesembuhan pasien harus diperhatikan oleh pihak RUMKITAL. Masalah peralatan yang ada diruangan pasien terlihat biasa akan tetapi berdampak nagatif terhadap kesembuhan setiap pasien. Jika dibandingkan kepegwaian RUMKITAL Dr. Komang Makes dengan RUMKITAL Dr. Mintoharjo Jakarta sangat jauh berbeda, RUMKITAL Dr. Mintoharjo sistem kepegawaiannya sangat baik, para pegawai juga disiplin dalam melakukan tugasnya masing-masing dan ramah terhadap pasien. Jauh berbeda dengan RUMKITAL Dr. Komang Makes


(39)

6.1.3 Kepegawaian

Suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada pegawai yang menjalankannya. Adanya pegawai untuk menjalankan seluruh program yang ada di suatu organisasi atau disuatu unit kerja. Pegawai yang ada di RUMKITAL melakukan pekerjaannya sesuai dengan prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Hasil wawancara KARUMKITAL mengaku jika pegawainya sangat menjaga kedisiplinannya. Mereka selalu melakukan apel pagi dan siang untuk melihat kelengkapan anggotanya. Untuk pegawai yang melakukan kesalahan atau menyalahgunakan wewenang akan ditindak lanjuti oleh POMAL, karena untuk memberikan sangsi kepada pegawai yang sangat berwenang adalah pihak dari POMAL.

Selain hasil dari wawancara yang dilakukan, peneliti juga melihat secara langsung setiap kegiatan pegawai. Peneliti melihat masih banyak pegawai yang tidak ada di ruangan ketika jam kerja dengan alasan berbagai jenis dan seluruhnya menyangkut urusan pribadi para pegawai tersebut. Para pegawai selalu memanfaatkan waktu ketika KARUMKITAL ketika tidak berada ditempat disitu juga pegawai memanfaatkan situasi untuk melakukan urusan pribadi masing-masing. RUMKITAL di bawah naungan TNI-AL dan seharusnya KARUMKIT bersikap lebih otoriter terhadap pegawai yang bermalas-malasan agar kedisiplinan terwujud dengan nyata.


(40)

6.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kesehatan, kemajuan, teknologi, kehidupan sosial, ekonomi masyarakat, dan harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorang dan menyediakan ruang rawat inap, rawat jalan dan ruang gawat darurat.

Untuk menjalankan fungsi sesuai undang-undang diatas, selama ini RUMKITAL tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor pedukung maupun penghambat. Faktor pendukung di RUMKITAL antara lain:

1. Kerjasama yang baik dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan kota Medan, Kesdam 1/BB, Rumkit Putri Hijau, Puskesmas Kecamatan Belawan, perangkat desa kecamatan Medan Belawan dan ormas lainnya sehingga pelayanan kesehatan rujukan dapat terselenggara dengan baik.

2. Kerjasama dengan dokter spesialis tamu antara lain spesialis kebidanan/kandungan, penyakit dalam, spesialis anak dan dokter bedah untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien.

3. Adanya respon yang baik dari masyarakat umum sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum sebagai kepedulian TNI-AL dalam membantu permasalahan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan dengan


(41)

4. Adanya peningkatan kesadaran anggota TNI-AL dan keluarga akan pentingnya kesehatan sehingga meringankan beban tugas dan tanggung jawab RUMKITAL dalam bidang kesehatan.

Faktor yang menghambat antara lain:

1. Tidak adanya personel organik 4 spesialis dasar selama tahun 2011 hal tersebut mempengaruhi kemampuan pelayanan kesehatan dan mengakibatkan masih cukup tinggi rujukan pasien.

2. Dokter umum jumlahnya terbatas hanya 4 orang.

3. Terbatasnya alat kesehatan karena kemampuan dukungan anggaran. Diharapkan bahwa pengajuan permohanan alat kesehatan terutama untuk kamar bedah yang sudah diajukan pada tahun 2016 dapat terelisir pada tahun anggaran berikutnya.

4. Kurangnya Sumber Daya Manusia dan dana yang menghambat kualitas pelayanan.

Untuk melihat sejauh mana kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pihak RUMKITAL kepada masyarakat, ada beberapa dimensi yang sangat penting diperhatikan (Zeithami,2000:45) yaitu:

6.2.1 Sifat yang Dapat Diraba (Tangibility)

Berupa tampilan fisik, peralatan, penggunaan alat bantu yang dimiliki pemberi layanan. Hal ini sangat penting sekali mengingat masyarakat akan merasa lebih nyaman berada dalam sarana fisik yang bersih, rapi, dan nyaman serta mudah dalam mengidentifikasi antara pemberi layanan dengan orang lain.


(42)

Berdasarkan penyajian data yang diperoleh pada bab sebelumnya, dapat dikatakan bahwa tampilan fisik, peralatan dan alat bantu yang dimiliki RUMKITAL tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban dari beberapa pasien yang mengatakan peralatan yag tersedia cukup baik walaupun ada beberapa hal yang kurang dari peralatan medis yang tersedia di RUMKITAL. Sebenarnya dari observasi yang dilakukan penulis, peralatan yang tersedia kurang layak untuk pasien, tidak adanya peremajaan alat-alat medis, serta untuk kebersihannya tergolong kurang baik. Untuk ruangan kelas 3 banyak fasilitas yang tidak mendukung untuk pasien misalnya tidak tersedianya bed screen (pemisah), tidak tersedianya foot stool (untuk beranjak naik ketempat tidur), tidak adanya lemari untuk menyimpan barang pasien, dan peralatan medis yang ada diruangan kelas 3 terlihat sudah terlihat berkarat.

Mengenai kenyamanan RUMKITAL dari beberapa pasien yang diwawancarai mereka menjawab cukup memuaskan karena menurut mereka RUMKITAL bersih, tentram dan fasilitas yang didapat juga tergolong cukup memuaskan. Selanjutnya mengenai kondisi ruangan pasien mereka berpendapat ruangan kondisinya bersih dengan fasilitas yang ada didalamnya. Seperti yang terlihat oleh penulis kondisi lingkungan di RUMITAL kurang baik karena masih terlihat tempat sampah yang masih digabung antara sampah organik dan non organik, terlihat juga banyak ruangan yang tidak dipergunakan dengan baik, dan kamar mandi umum untuk pasien rawat jalan terlihat sangat kotor dan lantainya sangat licin hal tersebut membahayakan pasien ataupun pengunjung. Seharusnya rumah sakit lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar dan selalu tanggap dengan hal-hal kecil seperti tempat sampah


(43)

pasien yang berada didalam ruangan atau pasien yang dirawat jalan lebih merasa nyaman.

6.2.2 Kesesuaian Kenyataan (Reability)

Kesesuaian antara kenyataan pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan. Hal ini penting karena mempengaruhi perencanaan usaha dan kepastian dari masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.

Dalam temuan dilapangan, dari beberapa orang pasien yang diwawancarai mereka mengatakan bahwa prosedur administrasi untuk berobat ke RUMKITAL mudah, hal itu sesuai denga motto RUMKITAL “kami ada disini dan siap melayani”. RUMKITAL selalu siap melayani masyarakat yang membutuhkan dengan cepat sesuai kemampuan.

Meskipun pasien yang berada di RUMKITAL mengeluh mengenai minimnya tenaga dokter, dapat kita lihat bahwa pelayanan yang mereka berikan tergolong cepat mengingat jawaban-jawaban dari informan tersebut, jika kita kaji lebih jauh, apabila jumlah tenaga medisnya ditambah maka akan semakin meningkatkan kualitas pelayanan RUMKITAL terhadap anggota maupun masyarakat sekitarnya. Sebenarnya di RUMKITAL lebih banyak waktu pasien untuk menunggu dokter apalagi untuk dokter spesialis. Pelayanan yang diberikan tergolong lambat sebab tidak kedisiplinan para pegawai di RUMKITAL sangat kurang. Pasien lebih banyak menunggu dokter sampai tengah hari. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pasien yang berasal dari anggota TNI-AL sendiri yang mengungkapkan selalu menunggu dokter spesialis hal tersebut menurutnya tidak sesuai motto pada RUMKITAL.


(44)

6.2.3 Sifat Tanggap (Responsiveness)

Kemampuan dalam pemberian pelayanan secara tepat dan cepat. Pemberi layanan harus bertanggung jawab dalam memberikan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

Jika penulis melihat kenyataan pelayanan yang diberikan, responsiveness pihak RUMKITAL masih kurang dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pihak RUMKITAL sebaiknya lebih mengutamakan setiap pasien yang berada di RUMKITAL. Menurut penulis pihak RUMKITAL lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada urusan pasien. Banyak pihak RUMKITAL yang tidak ada ditempat ketika jam kerja. Mereka manfaatkan keadaan untuk mengurus urusan pribadi masing-masing sehingga pelayanan yang diberikan untuk pasien terhambat. Selalu ada kata menunggu untuk berobat di RUMIKTAL ini dengan alasan dokter sedang mengadakan rapat dan disitu para perawat memanfaatkan keadaan untuk keluar RUMKITAL sejenak.

Sementara pengakuan informan kunci kedisiplinan di RUMKITAL selalu diutamakan, tetapi masih banyak para dokter dan perawatnya yang tidak siap ada ditempat ketika jam kerja. RUMKITAL akan cepat tanggap terhadap pasien yang sedang membutuhkan pertolongan pertama saja semntara untuk pasien yang sedang berobat jalan atau yang rawat inap pihaknya hanya terlihat biasa saja dan tanggapan yang keluar selalu kata menunggu terkadang pasien harus menunggu lebih dari 2 jam hanya untuk berobat dan menunggu dokter.


(45)

6.2.4 Jaminan (Assurance)

Keahlian yang diperlukan dalam memberikan pelayanan sehingga pelanggan atau masyarakat merasa terbebas dari resiko atau kerugian karena gagalnya pelayanan.

Jika dilihat dari data mengenai jumlah dokter RUMKITAL dan pengakuan informan kunci, jumlah tenaga medis khususnya dokter spesialis masih sangat minim. Hal tersebut mengakibatkan tingginya jumlah rujukan ke Rumah Sakit yang memiliki tenaga medis lebih lengkap. Ketidak mampuan RUMKITAL untuk melakukan pelayanan bagi pasien yang memiliki penyakit yang tidak ada tenaga medisnya membuat para pasien harus dirujuk dengan segera ke rumah sakit yang memiliki tenaga medis yang dibutuhkan. Hal tersebut membuat pasien terkadang terlambat untuk mendapatkan pertolongan pertama karena ketidak mampuan RUMKITAL dan membutuhkan banyak waktu untuk melakukan rujukan tersebut. Kurang tanggapnya pihak RUMKITAL terhadap keselamatan pasien membuat para masyarakat yang tidak memilih RUMKITAL sebagai mitra kesehatan kecuali masayarakat sekitar yang kurang mampu yang hanya mengandalkan RUMKITAL untuk jaminan kesehatan mereka.

Mengenai tempat rujukan khususnya bagi anggota TNI-AL, RUMKITAL bekerjasama dengan Rumkit Putri Hijau, bagi yang masyarakat umum akan dirujuk sesuai dengan permintaan pasien dan pasien juga harus mengeluarkan biaya sendiri ketika dirujuk.


(46)

6.2.5 Peduli (Emphaty)

Adanya kedekatan dan pemahaman baik antara pemberi pelayanan dengan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat akses komunikasi yang dapat memudahkan komunikasi antara pemberi pelayanan dapat mengenal masyarakat dalam proses pelayanan dapat dimengerti.

Dalam pelaksanaannya dilapangan, peneliti menyimpulkan bahwa kejelasan informasi dari pihak RUMKITAL cukup memuaskan karena pihak RUMKITAL terbuka dan selalu menjelaskan kepada keluarga pasien secara detail mengenai penyakit yang diderita pasien dan mengenai informasi yang dibutuhkan keluarga pasien. RUMKITAL selalu menjelaskan secara detail tentang pemakaian obat untuk proses pemulihan pasien. Penulis juga melihat RUMKITAL selalu memberikan informasi yang jelas walaupun terkadang sangat lambat. Menurut penulis informasi yang jelas harus didukung cepat tanggapnya pihak RUMKITAL sendiri agar komunikasi dan tindakan dapat berjalan lebih sinkron. Rumah sakit seharusnya lebih mengutamakan keselamatan serta kesehatan pasien dan selalu tanggap dengan kebutuhan pasien selama menjalani pengobatan.


(47)

BAB VII

PENUTUP

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan standar operasional prosedur administrasi yang dilakukan pihak Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Komang Makes Belawan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui kedala-kendala apa saja yang dihadapi serta usaha-usaha apa saja yang dilakukan pihak Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Komang Makes Belawan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Setelah penulis menyajikan data dan juga menganalisis data tentang penerapan standar operasional prosedur administrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, maka selanjutnya penulis memberikan kesimpulan dan saran guna kesempurnaan penerapan standar operasional prosedur administrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis di PDAM Tirtanadi Kantor Cabang Padang Bulan maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem Administrasi pada RUMKITAL terlihat belum efektif dan masih banyak penataan yang harus dilakukan.


(48)

2. Kurangnya dokter spesialis, obgyn, bedah dan penyakit dalam dari organik (militer atau PNS), untuk pelayanan dan dukungan kesehatan serta kegiatan lainnya

3. Bangunan RUMKITAL yang sudah tua serta fasilitas kamar yang sudah kurang layak.

4. Terbatasan alat-alat kesehatan penunjang diagnostik yang tersedia di RUMKITAL sehingga banyak jumlah pasien yang dirujuk.

5. Pegawaian di RUMKITAL masih kurang disiplin terlihat masih banyak pegawai yang keluar ketika jam kerja dan masih terlihat pegawai yang bersantai di ruangan.

Rumah Sakit Angkatan Laut adalah Rumah Sakit milik pemerintah yang memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI-AL dan keluarganya serta masyarakat sekitar. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kesehatan, kemajuan teknologi, kehidupan sosial, ekonomi masyarakat, dan harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.

Selama tahun 2015 RUMKITAL Dr. Komang Makes Belawan telah melaksanakan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI-AL dan PNS beserta keluarga dan masyararakat sekitarnya meskipun memiliki banyak hambatan seperti kurangnya


(49)

masih banyak jumlah pasien yang harus dirujuk kerena ketidak mampuan pihak RUMKITAL untuk melayani dengan maksimal. Kenyataannya RUMKITAL telah berusaha member pelayanan sesuai kemampuan yang dimiliki.

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis untuk RUMKITAL sebagai berikut:

1. Perlunya tindakan cepat dari pihak RUMKITAL untuk penambahan tenaga ahli medis seperti dokter spesialis dan perawat, peralatan medis sehingga mampu melayani seluruh komponen masyarakat, bukan hanya dari kalangan prajurit saja. Pihak RUMKITAL harus memperluas kerjasama dengan pihak Rumah Sakit lainnya untuk mempermudah kegiatan dan program yang akan dilakukan.

2. Kedisiplinan pegawai harus selalu diperhatikan agar pelayanan yang diberikan lebih efektif dan efisien.

3. Perlu adanya penambahan perlengkapan penunjang medis agar tidak ada lagi pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain karena kurangnya peralatan medis. 4. Perlu adanya renovasi bangunan dan peremajaan alat medis serta penambahan

fasilitas untuk pasien.

5. Memperbaiki sistem administrasi RUMKITAL Dr. Komang Makes agar dapat bersaing dengan rumah sakit milik pemerintah lainnya dengan cara memanfaatkan teknologi digital untuk data base, medical record, menerapkan sistem kesehatan (simkes) dan lain sebagainya.


(50)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasi adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu teori merupakan suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Menurut Singarimbun (1989) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya teori, peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya berdasarkan unsur ilmu dan teori.

Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini dan kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep yang dianggap relevan dengan kasus penelitian yang dibahas.

2.1 Efektivitas

Setiap organisasi ingin mencapai taraf efektivitas yang tinggi dalam kegiatan operasionalnya, kerena dengan efektivitas yang tinggi diharapkan semua kegiatan organisasi dapat berjalan dengan lancar dan dapat pula mencapai tujuan yang telah ditetapkan karyatulisilmiah.com diakses 4 januari 2016 pada pukul 19.45WIB. Stoner dalam Tjatjuk Siswandoko (2011:196) juga menjelaskan bahwa efektivitas


(51)

adalah konsep yang luas mencakup berbagai faktor didalam maupun diluar organisasi, yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.

Menurut Sondang P Siagian (2001:24) mendefinisikan efektivitas sebagai pemanfaataan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa atas kegiatan yang dijalankan. Efektivitas dalam hal ini menunjukan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. James L. Gibson dkk Pasolong (2007:3) mendefinisikan Efektivitas adalah pencapaian sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukan derajat efektivitas. Sedangkan menurut Keban (2004:140) mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektivitas apabila tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan visi tercapai.

Dari pengertian efektivitas yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai.

2.1.1 Pendekatan Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Berikut pendekatan efektivitas yang di kutip


(52)

dalam https://mardajie.wordpress.com/perilaku-organisasi/pendekatan-pendekatan organisasi/ diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 16.22 WIB:

1. Pendekatan pencapaian tujuan

Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan :

a. Organisasi harus mempunyai tujuan akhir.

b. Tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti.

c. Tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola.

d. Harus ada konsensus atau (kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut),

Oleh karena itu empat asumsi diatas menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan ketimbang caranya.

2. Pendekatan sistem

Pendekatan sistem terhadap pendekatan organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan sistem. Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi lingkungan.


(53)

Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil. Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan akhir dari pendekatan sistem adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samara atau tidak dapat diukur. Dapat disimpulan bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.

3. Pendekatan stakeholders

Dikatakan sudah efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan, pegawai adalah kompensasi, tunjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja, pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan, kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus mendapat perhatian yang seriuas apabila ingin


(54)

mewujudkan suatu efektivitas. Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:8) dalam kutipan http://ilmukeolahragaan.blogspot.co.id/2011/05/efektivitas-dalam-organisasi.html diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 16.38 WIB, yaitu:

1. Karakteristik Organisasi

Hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.

2. Karakteristik Lingkungan mencakup dua aspek:

a. Aspek pertama adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan.

b. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.

3. Karakteristik Pekerja

Merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi


(55)

apabila suatu organisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

4. Karakteristik Manajemen

Strategi dan mekanisme kerja yang dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi.

Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.

2.1.3 Pengukuran Efektivitas

Pengukuran efektivitas seringkali menghadapi kesulitan. Hal ini disebabkan oleh pencapaian hasil (Outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan mutu) dalam bentuk pernyataan saja, artinya apabila mutu baik, maka efektivitas baik pula.

Menurut pendapat Cambell menyebutkan ukuran dari efektivitas, yaitu: Kualitas, Produktivitas, Kesiagaan, Efisiensi, Penghasilan, Pertumbuhan, Stabilitas, Kecelakaan, Semangat kerja, Motivasi, Kepaduan dan Keluwesan. Dikutip pada


(56)

http://elib.unikom.ac.id//files/disk1/461/jbptunikompp-gdl-resminings-23003-10unikom h i.pdf diakses pada 15 Februari 2016.

Sehubungan dengan hal-hal yang telah dikemukakan diatas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program,/kegiatan berhasil melakukan fungsi-fungsinya secara optimal.

2.2 Standart Operasional Prosedur (SOP)

Menurut Rudi M Tambunan Standar Operasional Prosedur adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah, atau tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan dilaksanakan oleh orang-orang didalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sistematis (dikutip http://perpustakaanpekerja.blogspot.co.id/2012/07/standard-operating-procedures-sop.html yang diakses pada tanggal 20 januari 2016 pukul 19.58 WIB). Dengan adanya Standar Operasional Prosedur seluruh petugas/pegawai atau tim/unit kerja dapat memperlancar tugas masing-masing serta dapat mengetahui dengan jelas setiap hambatan yang ada dalam melaksanakan pekerjaan dan mudah dilacak setiap kendala tersebut. Selain itu aktivitas operasional akan lebih lancar karena setiap pegawai menjalankan fungsinya masing-masing dan mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tanggung jawabnya.


(57)

2.2.1 Tujuan Standart Operasional Prosedur

Tujuan Standar Operasional Prosedur yaitu agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit, mengetahui dengan jelas peran dan fungsi posisi dalam organisasi, memperjelas alur tugas, melindungi organisasi dan staf dari malpraktek, untuk menghindari kegagalan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.

Tujuan khusus dari Standar Operasional Prosedur sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan tertentu bagi tenaga administrasi dan tenaga profesi di rumah sakit, untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait, untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan menjaga keamanan petugas dan lingkungan dalam melaksanakan pekerjaan, untuk menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi atau pemborosan dalam pelaksanaan kegiatan, untuk menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya lain secara efisien.

2.2.2 Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit

Ada beberapa jenis dan ruang lingkup Standar Operasional Prosedur pada Rumah Sakit dikutip pada http://amelyaretno.blogspot.co.id/ di akses pada tanggal 19 januari 2016 pukul 21.16 WIB yaitu:

1. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Profesi, dalam hal ini terbagi atas dua kelompok yaitu:

A .Standar Operasional Prosedur, untuk aspek keilmuan adalah Standar Operasional Prosedur mengenai proses kerja untuk diagnostik dan terapi, meliputi :


(58)

1. Pelayanan medis, seperti : Komite medik / SMF, Rawat Inap, Rawat Jalan, Pelayanan Gawat Darurat, ICCU/ICU, Kamar Bedah dan sebagainya. Contoh : Standar Operasional Prosedur untuk Diagnostik/terapi

Pelayanan penunjang, meliputi : Laboratorium, Radiologi, Rehabilitasi medis, Farmasi, dan sebagainya. Contoh : Standar Operasional Prosedur pemeriksaan (teknis) Laboratorium

 Pelayanan keperawatan. Contoh : Standar Operasional Prosedur/Standar asuhan Keperawatan, Standar Operasional Prosedur persiapan pasien Operasi. B. Standar Operasional Prosedur, untuk aspek manajerial adalah Standar Operasional Prosedur mengenai proses kerja yang menunjang Standar Operasional Prosedur keilmuan dan pelayanan pasien non-keilmuan.

Contoh : Prosedur Dokter Jaga Ruangan, Prosedur Konsultasi Medis

2. Standar Operasional Prosedur administrasi, mengatur tata cara kegiatan dalam organisasi termasuk hubungan antar unit kerja dan kegiatan – kegiatan non medis. Standar Operasional Prosedur administrasi mencakup:

a. Perencanaan program/kegiatan b. Perlengkapan

c. Kepegawaian

2.3 Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam menjalankan


(59)

proses administrasi. Menurut, Sinambela (2010, hal : 3) yang dikutip dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28829/4/Chapter%20II.pdf pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 20.55 WIB, pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat di katakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Menurut Kotlern dalam Sampara Lukman, pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat, pelayanan adalah sutu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antarseseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Lingkup pengertian pelayanan publik secara formal dirumuskan sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelanggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Roth dalam buku manajemen pemerintahan, pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau individu dalam bentuk barang jasa kepada masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut memberikan cirri bahwa setiap orang tidak dapat menyediakan kebutuhannya sendiri melainkan harus disediakan secara berkelompok

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka kebutuhan pelayanan sesuai dengan


(60)

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara atas barang, jasa dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat atau daerah dan lingkup badan usaha milik Negara atau daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai kepentingan pada oganisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Ada beberapa dimensi yang sangat penting diperhatikan dalam mengukur pelayanan yang berkualitas (Zeithami, 2000:45) yaitu:

1. Sifat yang Dapat Diraba (Tangibility)

Dapat berupa tampilan fisik, peralatan, penggunaan alat bantu yang dimiliki pemberi layanan. Hal ini sangat penting sekali mengingat masyarakat akan merasa lebih nyaman berada dalam sarana fisik yang bersih, rapi dan nyaman serta mudah dalam mengidentifikasi antara pemberi layanan dengan orang lain.

2. Kesesuaian Kenyataan (Reability)

Kesesuaian antara kenyataan pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan. Hal ini penting karena mempengaruhi perencanaan usaha dan kepastian dari masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.


(61)

3. Sifat Tanggap (Responsiveness)

Kemampuan dalam pemberian pelayanan secara tepat dan cepat. Pemberi layanan harus bertanggung jawab dalam memberikan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

4. Jaminan (Assurance)

Keahlian yang diperlukan dalam memberikan pelayanan sehingga pelanggan atau masyarakat merasa terbebas dari resiko atau kerugian karena gagalnya pelayanan.

5. Peduli (Emphaty)

Adanya kedekatan dan pemahaman baik antara pemberi pelayanan dengan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat akses komunikasi yang dapat memudahkan komunikasi antara pemberi pelayanan dapat mengenal masyarakat dalam proses pelayanan dapat dimengerti.

2.3.1 Prinsip Pelayanan Publik

Sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 81 Tahun 1993, maka prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Prinsip kesederhanaan menekankan pada aspek Prosedur kerja penyelenggara, termasuk persyaratan maupun pelaksaaan teknis operasional. Prinsip kesedrhanaan ini


(62)

untuk memudahkan masyarakat dalam mengurus, mendapatkan pelayanan, antara lain dengan cara mengurangi kesempatan terjadinya kontak langsung antara petugas dan masyarakat, memperkecil terjadinya pelayanan yang birokratis/prosedur panjang, sehingga akan memperlancar dalam proses serta menciptakan tatalaksana pelayanan yang baik.

2. Kejelasan dan Kepastian

Prinsip ini mengandung arti adanya kejelesan dan kepastian mengenai: a.Prosedur tata cara pelayanan.

b.Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif. c.Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberkan pelayanan.

d.Rincian biaya/tariff pelayanan dan tata cara pembayaran. e.Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

3. Keamanan

Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayaan dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hokum bagi masyarakat. Dalam prinsip ini memberikan petunjuk bahwa dalam proses pelaksanaan pemberian pelayanan agar diciptakan kondisi dan mutu dengan memperhatikan keamanan, kenyamanan, dan tertib.

4. Keterbukaan

Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur, persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian


(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………...iii

DAFTAR TABEL………...iv

ABSTRAK………v

BAB I PENDAHULUAN………...…….1

1.1. Latar Belakang………1

1.2. Rumusan Masalah...…………...………...………....6

1.3. Tujuan Penelitian ………..………...…...6

1.4. Manfaat Penelitian...7

BAB II URAIAN TEORITIS………..…9

2.1 Efektivitas...9

2.1.1 Pendekatan Efektivitas...10

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas...12

2.1.3 Pengukuran Efektivitas………..………….14

2.2 Standar Operasional Prosedur (SOP)...15

2.2.1 Tujuan Standar Operasional Prosedur...16

2.2.2 Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit...16

2.3 Pelayanan Publik...17

2.3.1 Prinsip Pelayanan Publik...20

2.3.2 Jenis Pelayanan Publik...23


(2)

2.5 Masyarakat………...…...28

2.6 Defenisi Konsep...29

2.7 Sistematika Penulisan...30

BAB III METODE PENELITIAN………...………...31

3.1 Bentuk Penelitian...31

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian...31

3.3 Informan Penelitian...32

3.4 Teknik Pengumpulan Data...32

3.5 Teknik Analisa Data...34

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….…………...36

4.1 Sejarah Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Komang Makes….………...36

4.2 Visi, Misi, dan Motto……….………38

4.3 Keuangan/ Tarif……….………...……….39

4.4 Pelayanan………...….………...42

4.5 Sekilas Tentang Pemanfaatan Fasilitas Rumah Sakit………….………...45

BAB V PENYAJIAN DATA………..………..47

5.1 Karakteristik Informan………….………..47

5.1.1 Informan Kunci……….………..47


(3)

5.2.1.1 Perencanaan Program/ Kegiatan……….…...49

5.2.1.2 Perlengkapan……….….51

5.2.1.3 Kepegawaian……….….52

5.2.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat………...…………...…...53

5.2.2.1 Aspek Pelayanan………...54

5.2.2.2 Aspek Fasilitas Ruangan………...55

5.2.2.3 Aspek Administrasi………..56

5.2.2.4 Aspek Peralatan Kesehatan………...58

5.2.2.5 Aspek Kepercayaan………..59

5.2.2.6 Aspek Ekspekstasi………..………..60

BAB VI ANALISA DATA………..………...………..62

6.1 Efektivitas Penerapan Standar Operasional Prosedur Administrasi.……….62

6.1.1 Perencanaan Program/ Kegiatan……….…………...….63

6.1.2 Perlengkapan……….…...…...64

6.1.3 Kepegawaian………....…...66

6.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat……….………..67

6.2.1 Tangibility……….………..68

6.2.2 Reability……….………...…..70

6.2.3 Responsiveness……….………...71

6.2.4 Assurance……….………...…72


(4)

BAB VII PENUTUP………...………..74

7.1 Kesimpulan……….………...74

7.2 Saran……….……….76

DAFTAR PUSTAKA...77 LAMPIRAN


(5)

Daftar Tabel

Tabel 1 Tarif Pelayanan Poliklinik……….………40


(6)

EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDART OPRASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT Nama : Anggun Diny Pertiwi

Nim : 120903119

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara

ABSTRAK

Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai bagi kehidupan manusia. Di Indonesia, Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan. Dengan demikian Rumah Sakit merupakan ujung tombak dalam pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakt disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya. Dalam penelitian ini terdapat masalah yang mengakibatkan tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas penerapan standar operasional prosedur administrasi Rumah Sakit Dr. Komang Makes. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas penerapan standar operasional prosedur administrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, apa kendala yang dihadapai dan apa saja harapan-harapan masyarakat kedepannya.

Metode yang digunakan adalah metode deskritif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bermaksud membuat penyadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara yang dilakukan oleh 4 narasumber terdiri dari satu orang informan kunci dan tiga orang informan utama. Setelah data dari lapangan diperoleh kemudian diolah berdasarkan model pengolahan yang sesuai dengan karakteristik data.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa Rumah Sakit Angkatan Laut Komang Makes Belawan masih belum efektif dalam menerapkan standar operasional prosedur administrasi karena kurangnya Sumber Daya Manusia, perlengkapan medis, dan masih belum berjalannya program secara maksimal. Hal ini dapat diketahui dari data-data yang dikumpul oleh penulis dilapangan.Adapun saran dalam penelitian ini adalah perlunya penambahan tenaga ahli medis, seperti dokter spesialis dan perawat sehingga mampu melayani seluruh komponen masyarakat, bukan hanya prajurit saja. Pihak RUMKITAL perlu penambahan pelengakapan untuk menunjang kebutuhan medis dan menjalankan program/ kegiatan secara maksimal agar pelayanan kesehatan masyarakat yang