agar anak didik berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir
pada taraf perbuatan.dengan demikian, jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas, baik bersifat fisikjasmani maupun mentalrohani. Kaitan antara
keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal Sardiman, 2012: 97-100.
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa dilatih belajar sambil
bekerja Learning by doing. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat Hamalik, 2005:171- 172. Anak-anak peserta didik memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang
sendiri. Pendidik berperan untuk membimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan ini memberikan petunjuk bahwa
yang banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala
kegiatan untuk anak didik Montessori dalam Sardiman, 2005:96. Menurut Diedrich dalam Rohani, 2004:9 terdapat macam-macam kegiatan
peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut: 1.
Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato
dan sebagainya. 4.
Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.
5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola dan
sebagainya. 6.
Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8.
Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani tenang, gugup dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram,
intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipan
yang aktif, maka ia akan memiliki ilmupengetahuan itu dengan baik Slameto, 1995:36.
Menurut Sardiman 2008: 100 pelaksanaan aktivitas terdiri dari: 1.
Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur
baik, dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegitan kelompok kecil, belajar independen.
2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karya wisata, survey, kerja pengalaman,
pelayanan masyarakat, berkemah, berproyek dan sebagainya. Cara lain mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dengan metode
manusia sumbernara sumber dan pengajar tamu guest lecture, dan pelatih luar
3. Pelaksanaan aktivitas belajar dengan pendekatan. Cara belajar siswa aktif
CBSA, pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberi
kemudahan bagi siswa untuk belajar.
E. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hasil belajar menyatakan derajat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2002: 3-4 berpendapat bahwa
hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar.
Menurut Hamalik 2004: 155 hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Arikunto 2007: 32 dalam Risa 2011: 31 menyatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang.
Bloom dalam Sukardi 2008: 75 mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam 3 ranah yaitu:
1 Ranah kognitif. Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi 2
Ranah afektif. Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola
hidup 3
Ranah psikomotor. Ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian gerakan dan kreativitas.
Hasil belajar di golongkan ke dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam berpikir,
ranah afektif berkaitan dengan perasaan siswa yakni seperti moral, nilai, budaya dan keagamaan sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan perbuatan atau
keterampilan siswa. Setiap ranah memiliki teknik penilaian tersendiri. Ranah kognitif biasanya dinilai dengan menggunakan tes formatif, sedangkan ranah
afektif dan psikomotor dapat diukur menggunakan lembar observasi, lembar kerja kelompok maupun individu dan lain sebagainya. Hasil belajar yang akan
dilihat peningkatannya pada penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Berikut penjelasan dari masing-masing tingkatan ranah kognitif:
1. Pengetahuan knowledge
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya. Pengetahuan
yang disimpan dalam ingatan ini akan digali pada saat yang diperlukan melalui bentuk mengingat recall atau mengenal kembali recognition.
Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau
dapat menggunakannya. 2. Pemahaman Comprehension
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk mengungkap
makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal ini, siswa ditutntut
untuk memahami dan mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
untuk menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan dalam tiga bentuk, yaitu menerjemahkan translation, menginterpretasi
interpretation, dan mengekstrpolasi extrapolation. 3.
Penerapan Application Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret, mencakup kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode yang digunakan pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru, yang dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus
pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem yang baru. Pengukuran kemampuan ini umumnya
menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah problem solving yang perlu dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah
dimilikinya. 4.
Analisis Analysis Yaitu kemampuan seseorang menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantaranya: mencakup kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-bagian,
sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik,