V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Karakteristik Petani
a. Umur Petani Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi
responden berusia 35 —54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana
pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal, distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Golongan umur th
Jumlah orang Persentase
1 5--19
0.00 2
20--34 14
27.45 3
35--54 34
66.67 4
54 3
5.88 Rata-rata
40.73 -
- Jumlah
51 100.00
tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong
usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang
maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam usia produktif.
b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi kreatifitas dan kemampuan sumberdaya manusia
dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung
introvert. Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Tingkat pendidikan
Jumlah orang Persentase
1 SD
39 76.47
2 SMP
7 13.73
3 SMA
1 1.96
4 Diploma Sarjana
4 7.84
Jumlah 51
100.00 Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki
petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah
serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani yang diturunkan oleh orang tuanya.
c. Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga.
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga
yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau sudah bekerja sendiri. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 14,
Tabel 14. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Tingkat
pendidikan Tanggungan Keluarga
orang Jumlah
orang Persentase
1 Keluarga Kecil
=3 25
49.00 2
Keluarga Sedang 4--5
17 33.33
3 Keluarga Besar
5 9
17.65 Jumlah
51 100.00
Berdasarkan table diatas sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
tergolong keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarganya kurang dari atau sama dengan 3, dimana dalam keluarga itu kepala keluarga hanya membiayai hidup istri dan 2
anak, sehingga pengeluaran rumah tangganya masih ringan.
d. Pengalaman Usahatani Jagung Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan usahatani, semakin lama dan banyak pengalaman yang dimiliki semakin matang pengetahuan dan kecakapan petani dalam mengelola usaha taninya. Sebagian
besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan adalah petani baru yang memiliki pengalaman usahatani selama kurang dari 5 tahun, umumnya mereka baru mencoba dan
masih merupakan kegiatan sampingan. Petani di Kabupaten Lampung Selatan juga tidak sedikit pula yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 11 tahun berusahatani jagung.
Sebagaimana dapat dilihat pada Table 15, Tabel 15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung di
Kabupaten Lampung Selatan No
Pengalaman Usahatani th Jumlah orang
Persentase 1
5 25
49.02 2
5--10 10
19.61 3
11 16
31.37 Rata-rata
8.5 Jumlah
51 100.00
Berdasarkan tabel diatas beberapa petani jagung memiliki pengalaman usahatani jagung kurang dari 5 tahun atau masih dalam proses belajar sebanyak 49.02 persen sedangkan
sebanyak 31.37 persen responden petani sudah dari kecil memang menanam jagung dapat dilihat dari pengalaman usahataninya atau lebih dari 10 tahun. Sementara itu
dilihat dari rata-rata pengalaman yang dimiliki petani responden adalah selama 8.5 tahun.
e. Keanggotaan dalam Kelompoktani Kelompoktani merupakan wadah yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu
petani dalam mengembangkan usahataninya. Fasilitas yang diberikan melalui kelompoktani adalah informasi, penyuluhan serta berbagai bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keberadaan kelompoktani seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan petani melalui pelatihan dan pengorganisasian, serta memperkuat posisi
petani dalam pasar. Kesadaran akan pentingnya keberadaan kelompoktani bagi kemajuan usahatani petani dapat dilihat dari keaktifan serta keikutsertaan petani dalam
kelompoktani, berikut gambaran keikutsertaan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam kelompoktani.
Tabel 16. Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten Lampung Selatan.
No Keterangan Jumlah
orang Persentase
1 Anggota kelompoktani
43 84,31
Memasarkan melalui kelompoktani 3
6,98 Memasarkan sendiri
40 93,02
2 Bukan Anggota kelompoktani
8 15,69 Total
51 100,00
Table diatas menunjukkan bahwa sebagian besar petani sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan manfaat kelompoktani dilihat dari keikutsertaanya dalam kelompoktani.
Salah satu latarbelakangnya adalah program bantuan benih dan pupuk dari pemerintah yang mewajibkan keanggotaan dalam kelompoktani. Kegiatan kelompoktani yang
berjalan sampai saat ini lebih banyak aktif dalam kegiatan tersebut, masing-masing kelompoktani memiliki pertimbangan dan kebijakan dalam pengelolaan bantuan dan
pengutan tersebut. Kegiatan pemasaran hasil usahatani dari anggota kelompoktani masih belum banyak
dilakukan padahal itu merupakan salah satu cara untuk memperkuat posisi petani dalam harga dan tawar menawar dibandingkan memasarkan sendiri-sendiri. Kelompoktani
yang melakukan kegiatan tersebut baru sebagian kecil, umumnya ketua kelompoktani hanya sebatas membantu anggotanya dan adapula yang berperan sebagai pedagang kecil
mengambil keuntungan sendiri.
f. Kepemilikan Modal Usahatani Modal merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usahatani. Para petani
membutuhkan modal untuk memulai usahataninya, modal merupakan salah satu kelemahan bagi petani di Indonesia yang sebagian tergolong miskin. Petani jagung di
lampung juga tergolong petani miskin dimana sebagian petani melakukan pinjaman untuk memulai usahataninya. Pinjaman yang dilakukan mempengaruhi tindakan petani
dalam penjualan hasil usahataninya serta perolehan harga dan semakin menegaskan lemahnya posisi petani. Para pemberi modal umumnya merupakan pedagang jagung,
pinjaman itu mereka istilahkan dengan investasi kepada petani yang nantinya petani akan
menjual hasil usahataninya kalau tidak merekapun memperoleh keuntungan dengan lebih meninggikan jumlah pengembalian pinjaman.
Kebutuhan modal untuk pembiayaan usahatani tidak hanya di bidang produksi tetapi juga
pada bidang pemasaran hasil-hasil produksi. Modal yang dimiliki petani pada umumnya hanya dialokasikan untuk membiayai kegiatan usahatani yang dilakukan. Sebagian besar
petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena biaya pemasaran di daerah tersebut ditanggung oleh pembeli pedagang kecil, seperti biaya pemipilan dan biaya
transportasi, sehingga yang memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pasca panen adalah pedagang. Berikut akan disajikan gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari
penguasaan lahan oleh petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Tabel 17. Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam
usahatani dan pemasaran hasilnya No Keterangan
Penguasaan Lahan 1ha
1-2ha 2ha
Total Orang
Orang Orang
1 Jumlah petani
20 39
25 49
6 12
100 2
3 Jenis Kepemilikan
Modal 100
Sendiri 10
50 10
40 4
67 Pinjam
10 50
15 60
2 33
Bebas 6
60 8
53 2
100 Terikat
4 40
7 47
4 5
Kepemilikan Sarana penunjang
Alat pipil jagung 2
4 2
4 Lantai jemur
Kendaraan 1
2 Gudang
1 2
Table diatas menunjukkan sebaran perbandingan kepemilikan modal serta keterikatan dalam penjualan berdasarkan penguasaan lahan yang dimiliki. Petani jagung di
Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar memiliki lahan sedang yaitu 1 —2ha. Petani
yang memiliki lahan lebih dari 2ha sebagian besar menggunakan modal sendiri dalam usahataninya hal ini dilatarbelakangi bahwa petani dengan lahan yang lebih luas akan
memiliki keuntungan lebih banyak karena biayaha yang dikeluarkannya semakin rendah, mereka masih bisa menyimpan keuntungan usahatani sebelumnya sebagai modal
usahatani berikutnya, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 45 pada lampiran.
Pinjaman tidak selamanya merugikan selama proporsi dan perjanjian yang dibuat tidak
merugikan salah satu pihak atau menekan pihak yang lain. System pinjaman yang diberikan kepada petani di Kabupaten Lampung Selatan sudah lebih baik, petani tidak
lagi diikat oleh perjanjian ijon tapi bebas memilih pasar atau pembeli meskipun masih ada yang sifatnya memaksa dan mengikat. Modal yang digunakan oleh petani
seharusnya tidak hanya dalam usahatani tetapi juga modal untuk kegiatan pemasaran agar memperoleh harga lebih baik. Modal untuk pemasaran diantaranya adalah untuk
pemipilan, pengangkutan, penggudangan, pengeringan dan sebagainya. Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan sampai saat ini masih belum menekankan
pada kegiatan kemandirian dalam pemasaran, sebagian besar hanya melakukan kegiatan sampai pada pemanenan dan kegiatan berikutnya dilakukan oleh pedagang dan
pedaganglah yang menikmati keuntungan tambahannya. Pilihan tersebut dipilih oleh petani dengan pertimbangan efisiensi waktu dan biaya. Petani yang memiliki lahan
sempit dan hasil sedikit akan merasa kegiatan tersebut justru akan membeban pada biaya yang akan mereka keluarkan berbeda dengan petani yang memiliki lahan luas k egiatan
tersebut justru memberikan keuntungan taambahan bagi mereka. Hal terbaik yang bisa disarankan adalah bergabungnya para petani kecil untuk memperoleh kekuatan serta
pengelolaan yang lebih tepat guna untuk kegiatan pemasaran sehingga keuntungan tambahan tersebut juga dapat dinikmati oleh petani secara bersama-sama.
2. Keadaan Umum Usahatani Jagung