tersebut justru memberikan keuntungan taambahan bagi mereka. Hal terbaik yang bisa disarankan adalah bergabungnya para petani kecil untuk memperoleh kekuatan serta
pengelolaan yang lebih tepat guna untuk kegiatan pemasaran sehingga keuntungan tambahan tersebut juga dapat dinikmati oleh petani secara bersama-sama.
2. Keadaan Umum Usahatani Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pokok yang ditanam oleh petani di Kabupaten
Lampung Selatan. Teknologi budidaya pertanian pada umumnya telah dilak ukan oleh petani secara baik, mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Petani menerapkan teknik
budidaya yang sudah mereka peroleh sebelumnya ditambah lagi masukan dari kelompoktani. Alasan pemilihan jagung sebagai komoditas yang diusahakan adalah
karena mereka berpendapat bahwa jagung memiliki umur panen yang singkat dan jelasnya pasar untuk hasil usahataninya.
Kendala yang paling dikeluhkan oleh petani adalah kelangkaan dan keterlambatan pupuk
sehingga produksi yang dihasilkan kadaang kurang optimal. Keuntungan yang diperoleh dari usahatani jagung masih rendah karena harga yang diterima tidak sebanding dengan
biaya usahatani yang dikeluarkan. Rincian biaya dalam pengelolaan usahatani lebih jelas dapat dilihat di table 43 dan 44 pada lampiran.
3. Karakteristik Pedagang Jagung
a. Umum Pedagang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden pedagang jagung yang ada di
Kabupaten Lampung Selatan memiliki umur yang berkisar antara 37-46 tahun atau 38 persen dari seluruh pedagang yang menjadi responden. Rata-rata umur pedagang kecil
adalah 39 tahun, pedagang besar 42 tahun, dan rata-rata umur pedagang antar pulau 42 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden pedagang memiliki umur yang produktif,
sehingga pedagang cukup potensial untuk melakukan usahanya. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Sebaran umur pedagang Jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
Golongan Jumlah responden jiwa
umur tahun
Pedagang kecil kecil
Pedagang Besar
Pedagang antar Daerah
1 17-26
- -
- 2
27-36 1
1 1
27 3
37-46 3
2 46
4 46-58
1 2
27 Jumlah
5 5
1 100
Rata-rata 39
43 35
b. Tingkat Pendidikan Pedagang Berdasarkan hasil penelitian pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan rata-rata
memiliki tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 8 jiwa, sisanya tamatan SMP dan SMA masing-masing sebanyak 4 dan 5 jiwa. Pedagang kecil mayoritas memiliki tingkat
pendidikan SD. Pedagang besar memiliki tingkat pendidikan rata-rata tamatan SD dan SMP masing sebanyak 3 jiwa. Rata-rata tingkat pendidikan pedagang antar daerah
adalah SMA.
Tabel 19. Sebaran pendidikan pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
Pendidikan tahun
Jumlah responden jiwa Pedagang
Kecil Pedagang
Besar P Antar
Daerah Total
1 SD
4 3
7 64
2 SMP
1 1
2 18
3 SMA
- 1
1 2
18 4
DS -
Jumlah 5
7 1
11 100
c. Pengalaman Berdagang Jagung Pengalaman menjadi pedagang jagung merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan
penentu dalam keberhasilan usahanya. Semakin lama dan banyaknya pengalaman yang dimiliki pedagang dalam berdagang maka semakin banyak informasi pemasaran yang di
miliki pedagang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pedagang jagung memiliki pengalaman berdagang selama kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 76.5
persen, sedangkan yang berpengalaman lebih dari 11 tahun hanya 23.5 persen, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran pengalaman pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
Pengalaman Jumlah responden jiwa
tahun Pedagang
kecil Pedagang
Besar P Antar
daerah Total
1 ≤10
4 3
7 64
2 ≥11
1 2
1 4
36 Jumlah
5 5
1 11
100
d. Permodalan Pedagang Modal merupakan hal penting dalam suatu usaha. Sumber modal ada 2 macam yaitu
modal sendiri dan modal pinjaman, sedangkan menurut bentuknya modal ada yang berbentuk uang adapun yang berbentuk peralatan dan bangunan. Modal yang diamati
disini adalah kepemilikan modal para lembaga pemasaran atas beberapa peralatan dan bangunan yang mereka miliki serta permasalahan yang dihadapi. Berikut akan disajikan
gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari penguasaan lahan oleh petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 21. Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam usahanya
No Keterangan Lembaga Pemasaran
PK PB
PAD Orang
Orang 1
Jenis Kepemilikan Modal 5
45 5
45 10
2 Sendiri
2 40
5 100
100 3
Pinjam 3
60 Bebas
2 67
Terikat 1
33 4
Kepemilikan Sarana penunjang 5
Alat pipil jagung 3
60 5
100 6
Lantai jemur 3
60 3
60 7
Kendaraan 4
80 100
8 9
Gudang Alat oven
1 20
5 100
100 100
Kepemilikan modal pada setiap lembaga umumnya sudah mandiri terutama pedagang besar sudah sendiri, sedangkan pedagang kecil masih banyak yang sifatnya baru
mencoba untuk menekuni modal merekapun ditopang oleh beberapa pedagang yang lebih besar dari mereka dengan sistem terikat harus jual ke mereka meskipun ada juga yang
tidak mengharuskan demikian. Kepemilikan untuk alat-alat penunjang dalam kegiatan pemasaran bagi pedagang kecil baru sebagian kecil yang dikuasai tapi sarana yang
ditawarkan oleh daerah cukup membantu dengan adanya banyak jasa penyewaan baik alat pipil maupun kendaraan, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 36 pada
lampiran.
Pedagang kecil umumnya melihat kondisi harga yang ditawarkan selama ini mereka lebih memilih menjual kepada yang dirasakan lebih menguntungkan, karena banyak
pedagang lebih besar mendatangi mereka dengan membawa alat pipil dan kendaraan. Pedagang antar daerah sudah memanfaatkan teknologi lebih baik berupa alat oven dan
gudang untuk meningkatkan kualitas jagung yang mereka terima agar jagung yang mereka jual bisa bersaing.
e. Karakteristik Usaha Lokasi pedagang kecil dalam penelitian ini berada di Kecamatan Natar, Ketapang dan
Tanjung Bintang. Pedagang kecil di ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah yang mudah untuk dijangkau dekat rumah petani atau pinggir jalan. Pedagang besar di
beberapa kecamatan tersebut tidak hanya membeli jagung tetapi juga memperdagangkan komoditas pertanian yang lain diantaranya adalah padi dan kelapa karena pedagang tidak
bisa hanya mengandalkan jagung yang sifatnya musiman, dan beberapa petani juga mengusahakan komoditas tersebut.
Para pedagang membeli jagung langsung ke petani dalam bentuk gelondongan,
Pembelian jagung dilakukan di lahan petani, baik di kebun atau rumah. Pedagang membeli jagung dalam bentuk gelondongan yang perhitungannya karungan yang dalam 1
karung jika dijadikan pipilan mencapai 30 kg jagung pipilan, selain itu ada pula pedagang yang membawa angkutan dan mesin perontok jagung ke lahan petani sehingga
perhitungannya menjadi kg, Jagung yang dibeli oleh pedagang sebagian dijemur beberapa hari di lantai jemur dan
dimasukkan lagi kedalam karung untuk mempermudah pengangkutan. Meskipun
demikian ada pula pedagang jagung yang setelah jagung dirontok pedagang langsung menjualnya ke pedagang yang lebih besar dalam keadaan basah. Petani ataupun
pedagang yang menjual jagung langsung ke pabrik ternak dan peternak ayam harus memipil dan menjemur terlebih dahulu jagung yang diperolehnya karena pabrik maupun
peternak ayam umumnya sudah mempunyai standar kualitas jagung yang akan mereka
beli berdasarkan kadar airnya.
Pedagang antar daerah umumnya sudah memiliki alat open sendiri sebagai pertimbangan
sifat penjualannya yang continue dan jumlah transaksinya yang besar, jika hanya disimpan dengan kadar air tinggi dalam waktu lama digudang dikhawatirkan akan rusak.
Pedagang membeli semua jenis jagung yang ditawarkan, tidak dibedakan antara varietas maupun jenis jagung, karena untuk jagung yang membedakan harganya adalah kualitas
yang diukur dengan tingkat kekeringan dan kadar air kegiatan pasca panen, jagung yang kadar airnya lebih rendah daya tahannya lebih lama.
Penjualan dilakukan tidak pasti karena untuk menghemat biaya umumnya penjualan
dilakukan tiap jumlah jagung memenuhi 1 angkutan yaitu kurang lebih 2.5 ton atau 8ton. Pedagang umumnya menyimpan jagung yang dibeli di rumah mereka atau ada juga yang
membelinya menunggu beberapa petani panen secara bersamaan untuk memenuhi 1 angkutan penuh. Informasi harga diketahui pedagang dari pedagang lain dan harga yang
dipasang di pabrik atau berasal dari calo yang menunggu di gudang. Pembentukan harga ditentukan oleh pabrik yang kemudian oleh petani dan pedagang dilakukan tawar
menawar. Harga ditetapkan sesuai dengan mutu jagung. Mutu jagung dibedakan menjadi 4 yaitu jagung pipilan kering, jagung pipilan basah, jagung gelondongan kering
dan jagung gelondongan basah. Jagung pipilan kering umumnya adalah jagung yang sudah dipipil dan dijemur dengan kadar air30 persen, sementara jagung pipilan basah
adalah jagung yang hanya dipipil saja tanpa penjemuran dengan kadar airnya 30 persen. Jagung gelondongan kering adalah jagung yang dipanen pada usia tua dan musim
kemarau, sedangkan yang basah bisaanya dipanen pada musim hujan.
Jagung yang dibeli diangkut dengan truk atau mobil L--300 dengan kapasitas 2.5 ton dan
hino dengan kapasitas 8ton. Kendaraan tersebut bisaanya disewakan oleh seseorang yang memang menyewakan kendaraan sekaligus mesin perontok jagung. Sistem
pembayaran sesuai kesepakatan pedagang dan yang menyewakan, umumnya ongkos sewa sudah umum atau pasaran yang ada didaerah tersebut. Jumlah jagung dari
pedagang besar dan kecil yang dikirimkan tergantung dari jumlah yang ada, sementara jika pedagang antar pulau tergantung dari permintaan pabrik yang diluar daerah.
4. Karakteristik Konsumen