hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai asetaminofen 3 dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Nafrialdi dan Setiawati, 2007.
2.3.3 Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh
dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat Nafrialdi dan Setiawati, 2007.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagaai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis
prostaglandin PG yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan
asam basa Nafrialdi dan Setiawati, 2007.
2.3.4 Efek samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa Nafrialdi dan Setiawati, 2007. Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia jarang menimbulkan
masalah pada dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3 hemoglobin Hb diubah menjadi met-Hb. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun
terutama dalam kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati analgesik Nafrialdi dan Setiawati, 2007.
2.3.5 Indikasi
Penggunaan asetaminofen sebagai analgetik dan antipiretik adalah sama dengan penggunaan salisilat. Analgesik, penggunaan asetaminofen dapat
diberikan tiap 3-4 jam untuk keadaan seperti sakit kepala, migren, serta nyeri haid. Tetapi sebaiknya terapi jangan diberikan terlalu lama. Jika dosis terapeutik
biasa tidak memberi manfaat, dosisi yang lebih besar biasanya juga tidak menolong. Antipiretik, penggunaan asetaminofen untuk meredakan demam telah
terdesak oleh penggunaannya untuk menimbulkan analgesia.Untuk dewasa dosis 325 mg-1000 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 20 mgkg
BB diberikan tiap 4-6 jam, dosis total perhari jangan melebihi 3,6 g Tanu, 1972.
2.3.6 Sediaan dan dosis
Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 ghari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5 ghari. Anak-anak: 4-6 dd 10 mgkg, yakni
rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 x sehari. Rektal 20 mgkg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g,
anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 tahun 2-3 dd 240 mg, 4-6 tahun 4 dd 240 mg, dan 7-12 tahun 2-3 dd 0,5 g Tjay dan Kirana, 2002.
2.3.7 Sindrom toksik yang umum
Asetaminofen jika dikonsusmsi secara akut lebih dari 150-200 mgkg pada anak-anak atau 7 gr pada orang dewasa dianggap sebagai potensi toksik.
Metabolit yang sangat toksik diproduksi didalam hati Katzung, 2004. Awalnya pasien mengalami gangguan gastrointernal ringan mual,
muntah. Setelah 24-36 jam bukti cedera hati mulai nampak, disertai kenaikan