kadar aminotransferase dan hipoprotrombinemia. Pada kasus berat, terjadi gagal hati fulminan, sehingga menyebabkan ensefalopati hepatis dan kematian. Kadar
keparahan keracunan ditentukan oleh kadar asetaminofen serum. Jika kadarnya kira-kira 4 jam setelah mengonsumsi lebih dari 150-200 mgL, maka pasien
tersebut beresiko mengalami kerusakan hati Katzung, 2004.
2.4 Uji Disolusi
Uji Disolusi didefenisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat
padat melarut. Secara prinsip, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan pelarut. Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan
sediaan padat kapsul atau tablet terdiri dari : 1
Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah, 2
Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan keujung batang pengaduk,
3 Bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan
volume 1000 ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3
tempat, dua untuk memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan termometer, dan
4 Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
seperti yang dicantumkan dalam masing-masing monografi ditempatkan dalam bejana dan biarkan mencapai temperatur 37°C ± 0,5°C. Kemudian
satu tablet atau satu kapsul yang diuji dicelupkan ke dalam bejana atau
ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada waktu-waktu tertentu
contoh dari mesin diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet atau kapsul harus memenuhi persyaratan seperti yang
tertera dalam monografi untuk kecepatan disolusi Ansel, 1989. Laju disolusi dapat menjadi tahap pembatasan kecepatan sebelum zat aktif
berada dalam darah. Akan tetapi jika bentuk sediaan tablet yang diberikan secara per oral masuk dan berada di saluran cerna dalam bentuk sediaan solid, ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi untuk tahap pembatasan kecepatan zat aktif berada dalam sirkulasi. Pertama, bentuk sediaan solid harus terdisintegrasi dan zat
aktif larut dalam media cair dan kemudian harus melewati membran saluran cerna. Zat aktif yang mudah larut akan cenderung cepat melarut, membuat tahap
pembatasan kecepatan, yakni difusi pasif atau transpor aktif zat aktif, untuk absorpsi melalui membran saluran cerna. Sebaliknya kecepatan absorpsi zat aktif
yang sukar larut akan dibatasi oleh laju disolusi zat aktif yang tidak larut, atau juga dapat dibatasi oleh kecepatan disintegrasi bentuk sediaan Siregar dan
Wikarsa, 2010.
2.4.1 Metode uji disolusi
Menurut Ditjen POM 1995, ada dua metode alat uji disolusi sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi:
a Alat 1 Tipe Keranjang
Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi