Uji Simultan Uji Statistik F

b. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien Ukuran Perusahaan sebesar 0,182 dengan signifikansi 0,21. Nilai signifikansi Ukuran Perusahaan yang lebih kecil dari signifikansi yang diharapkan 0,05, menunjukkan bahwa variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, sehingga hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wiliandri 2011 yang menjelaskan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dari 69 unit observasi perusahaan non keuangan LQ 45 selama tiga tahun pengamatan sejak tahun 2013 sampai 2015 dapat diketahui bahwa Ukuran Perusahaan berkisar dari 15,892 sampai 19,319. Secara keseluruhan ukuran perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2013 sampai tahun 2014. Penelitian ini menjelaskan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk mendapatkan hutang. Perusahaan besar memiliki kemudahan untuk akses ke pasar modal dan dapat mudah memperoleh hutang karena memiliki aktiva yang besar yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang dan mendapat kepercayaan pemberi modal. Dalam penelitian ini ada indikasi bahwa perusahaan besar menggunakan hutang yang besar untuk memperoleh penghematan pajak. Hal ini sesuai dengan trade off theory yang menjelaskan bahwa perusahaan besar memiliki penghasilan kena pajak yang tinggi, sehingga perusahaan besar sebaiknya menggunakan hutang yang lebih besar dibanding perusahaan yang membayar pajak rendah, karena penggunaan hutang dapat memberikan manfaat penghematan pajak. Selain itu, penggunaan hutang yang tepat dapat membuat perusahaan mencapai struktur modal yang optimal karena dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dapat memengaruhi keputusan manajemen terhadap kebijakan hutang perusahaan.

c. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien Risiko Bisnis sebesar -0,000 dengan signifikansi 0,810. Nilai signifikansi Risiko Bisnis yang lebih besar dari signifikansi yang diharapkan 0,05, menunjukkan bahwa variabel Risiko Bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan, sehingga hipotesis ketiga yang diajukan ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana 2010 yang menjelaskan bahwa Risiko Bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dari 69 unit observasi perusahaan LQ 45 selama tiga tahun pengamatan sejak tahun 2013 sampai 2015 dapat diketahui bahwa risiko bisnis perusahaan teringgi dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia