bantuan dalam bentuk hutang dari pemodal luar. Hal tersebut dikarenakan dengan penggunaan dana internal tidak mengharuskan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi baru kondisi perusahaan kepada pemodal yang akan berdampak pada turunnya harga saham.
2. Trade Off Theory Balancing Theory
Menurut Atmaja 2008, model ini disebut trade-off karena struktur modal
yang optimal
dapat ditemukan
dengan menyeimbangkan
keuntungan penggunaan hutang dengan biaya kesulitan keuangan dan masalah keagenan. Hal serupa juga dikatakan oleh Brigham dan Houston
2011 bahwa dalam teori trade off, struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan
hutang dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Semakin banyak hutang akan semakin tinggi pula beban atau risiko yang harus ditanggung
perusahaan seperti biaya kebangkrutan, beban bunga yang semakin besar dan kreditur yang tidak mau memberikan pinjaman Hastalona, 2013.
Oleh sebab itu, teori trade off menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat penghematan pajak
dengan biaya kebangkrutan dari pendanaan dengan hutang. Dalam teori ini, perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang
tertentu, dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan financial distress. Biaya kesulitan keuangan
adalah biaya kebangkrutan, dan biaya keagenan yang meningkat akibat
dari turunnya kredibilitas perusahaan. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, maka semakin tidak
menarik menggunakan hutang Atmaja, 2008. Manfaat terbesar dari suatu pendanaan dengan pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh
dari kebijakan pemerintah yang mengizinkan bunga atas hutang dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak.
3. Agency Theory
Dalam sebuah perusahaan, para manajer cenderung memiliki tujuan untuk
memaksimalkan kekayaan
pribadi daripada
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer diberi kekuasaan oleh para
pemegang saham untuk membuat keputusan, di mana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan Brigham
dan Houston, 2011. Dalam mengelola keuangan, hubungan keagenan terjadi diantara:
a Pemegang saham dengan manajer. b Pemegang saham dengan kreditur.
Hubungan keagenan tersebut mengakibatkan rentan terhadap konflik kepentingan baik antara pemegang saham, manajer, maupun kreditur.
Di perusahaan besar, konflik keagenan antara pemegang saham dengan manajer bisa terjadi dalam menentukan keputusan pendanaan.
Dalam keputusan pendanaan, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dengan hutang dibandingkan dengan menerbitkan