Karakteristik Pembuatan Teh Jepang dalam Chanoyu

(1)

KARAKTERISTIK PEMBUATAN TEH JEPANG DALAM

CHANOYU

CHANOYU DE NO OCHA NO TSUKURI KATA NO

TOKUCHO

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

l

e

h

Agustina Wulandari

NIM 112203001

PROGRAM STUDI D III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARAKTERISTIK PEMBUATAN TEH JEPANG DALAM

CHANOYU

CHANOYU DE NO OCHA NO TSUKURI KATA NO

TOKUCHO

KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH :

AGUSTINA WULANDARI

Pembimbing, Pembaca,

NIM. 112203001

Zulnaidi, SS, M. Hum Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum Nip 196708072004011001 Nip. 196009191988031001

PROGRAM STUDI D III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN Diterima oleh

Diploma III dalam studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma III Sastra Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Syahron LubiS, M. A

Panitia Ujian : Tanda Tangan

Nip. 1951101319760031001

1. Zulnaidi, SS. M. Hum ( )

2. Zulnaidi, SS. M. Hum ( )

3. Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum ( )


(4)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua,

Zulnaidi, SS. M. Hum

Medan, Juli 2014 Nip. 196708072004011001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul, “KARAKTERISTIK PEMBUATAN TEH JEPANG DALAM CHANOYU”. Meskipun banyak kesulitan dalam penulisan kertas karya ini karena pengetahuan penulis yang tebatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan dan arahanndari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dalam kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Zulnaidi. SS. M.Hum selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaidi. SS. M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

4. Dosen Pembaca Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum 5. Bapak Drs. Nandi S. selaku Dosen Wali.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kepada Orangtua, Bapak Marwan Yatim dan Ibu tercinta Hari Sundari atas dukungan moral dan kasih sayang dan cinta kalian yang tanpa batas membuat aku tetap semangat untuk studi ini


(6)

8. Buat saudaraku ( Abang Joko dan Abang Eko ).

9. Buat Bapak Arianto yang selalu memberi dukungan, motivasi dan semangat.

10.Buat Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2011.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan nya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014 Penulis,

Agustina Wulandari


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….i

DAFTAR ISI……….iii

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Alasan Pemilihan Judul………..1

1.2 Pembatasan Masalah………..2

1.3 Tujuan Penulisan………2

1.4 Metode Penelitian………3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG TEH JEPANG………..………...4

2.1 Sejarah Teh Jepang…..………4

2.2 Fungsi Teh bagi Masyarakat Jepang……….8

2.3 Jenis-jenis Teh Jepang………...10

2.4 Jenis-jenis Peralatan………..13

BAB III KARAKTERISTIK PEMBUATAN TEH JEPANG DALAM CHANOYU..……….…….16

3.1Persiapan Pembuatan Teh………...……….16

3.2Penyeduhan Teh…...………...17

3.3Penyajian Teh…………..………...18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……….20

4.1 Kesimpulan……….20

4.2 Saran………21 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

KARAKTERISTIK PEMBUATAN TEH JEPANG DALAM

CHANOYU

Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti tang. Pada masa itu teh juga masih berupa teh hasil fermentasi setengah matang mirip teh oolong yang dikenal sekarang ini. Teh belum banyak dinikmati di banyak kalangan sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat menjadi populer. Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha.

Setelah itu di zaman kamakura pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran zen di jepang sambil memperkenalkan matcha yang dibawanya dari tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran zen menjadi populer sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh. Pada masa itu perangkat minum teh dari dinasti tang dinilai dengan harga tinggi, lalu acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo yang mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan perangkat minum teh dari tiongkok.

Dalam pembuatan teh jepang, teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan


(9)

dinding ( kakejiku ), bunga ( chabana ), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.

Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan pembuatan teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan dan berbagai pengetahuan seni secara umum.

Upacara minum teh di Jepang banyak mengandung makna kehidupan. Setiap prosesi yang ada dalam upacara minum teh di Jepang mengandung setiap makna. Dalam upacara pembuatan teh antara tamu dan penerima tamu harus member hormat. Pemberian kue manis atau okashi harus dihabiskan oleh tamu. Dalam penyeduhan teh, pada saat Tea Master membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan harus dilakukan secara hati-hati dan sabar. Dalam penyajian teh meminum teh pun tidak bisa sembarangan. Mangkuk teh yang disajikan harus dipastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh tersebut menghadap ke arah tamu. Karena tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Jadi peminum teh juga harus memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan rumah sebagai tanda terima kasih dan menghormati.

Pembuatan teh jepang hanya menggunakan salah satu dari beberapa jenis teh yang ada. Jenis teh jepang ada bermacam-macam yaitu gyokuro, matcha, sencha, genmaicha, kabusecha, bancha, houjicha, dan kukicha. Tetapi jika


(10)

yang dipakai adalah jenis matcha. Matcha adalah teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai untuk upacara minum teh.


(11)

要旨

日本茶 に ほ ん ち ゃ

の つく 作り方

茶生産 ちゃせいさん

いんりょうちゃ 飲 料 茶 の伝統

でんとう は

た ん タン 王 朝

おうちょう に

おく

送られた天王 てんのう

の だいひょう

代 表 が日本 に ほ ん

へ も

持ってきてから平安時代 へいあんじだい

に はじ

始まった。その時代 じ だ い

また、

に茶も今にはオオロン茶のような醗酵の茶であった。茶はなかなかすべての人が 享受してなく、茶を飲むことがあまり流行ってなかった。茶は厚い水の中に煮ら れ、仏教の寺にしか飲まなかった。

鎌倉時代 かまくらじだい

え い さ い

エイサイとドンゲン ど ん げ ん

は に ほ ん

日本で 中 国 ちゅうごく

から も

持ってくる 抹茶

まっちゃ

にとして しょうかい

紹 介 しながら、 禅 教 ぜんきょう

を ふいちょう

吹 聴 した。茶 ちゃ

や ぜん 禅は人気

に ん き

茶を作りの中で、茶が特別に茶道のことを深める人に準備しられる。ホ ストも掛け軸や茶花や季節の通りの茶碗のように、安楽な環境を準備することに 責任する。

があるようになった。そして、茶を植えることは茶飲み習慣が流行ってるとおり 、どこでもやった。その時、タン王朝からの茶道具が高かった。

茶はお湯で注い、飲むだけでなく、広い意味での芸術である。茶道は個 人性やや人生の目的、思い方、宗教、室に芸術物を置き方、一般的に芸術知識な どのようなホストの知識を表わす。

茶道(ちゃどう)には生活の中で葉意味がある。お茶のつくりではお客様と

来客を迎える尾間に互いに。お客様にもらったお菓子よく食べられ、それ輪お客 様を迎えるための尊敬しなければならない。お茶のついて湯を彼しかし名がお茶 を作るとき、核動きは我慢、気をつければならない。お茶が出せる茶を読みかた がらんぱつしない。茶カップが出られることは巣代の裏が置かれる。その茶カッ プからはお客様に向かなけれならないそれで、兆区節飲むそのほうからは客様の ためによくない、だから茶の飲人も巣人に巣代のほう向くように、茶カップを回 らなければならない、目汁社のようにありがとうや尊敬である。

日本茶(にほんちゃ)を作(つく)り方(かた)はただある茶(ちゃ)の一種(いっし

ゅ)を用(もち)いる。日本茶(にほんちゃ)の種類(しゅるい)は色々(いろいろ)なある

。例(たと)えば、玉露(ぎょくろ)、抹茶(まっちゃ)、煎茶(せんちゃ)、玄米茶(げん

まいちゃ)、被せ茶、番茶、焙じ茶、茎茶などである。しかしながら、茶を作る


(12)

(ちゃ)の湯(ゆ)に使(つか)い、粉砕(ふんさい)した高級(こうきゅう)なグリ(ぐり)ー

ンティ(んてぃ)ーである。

日本茶 に ほ ん ち ゃ

を つく 作り方

かた

はただある ちゃ

茶の一種 いっしゅ

を もち

用いる。日本茶 に ほ ん ち ゃ

の しゅるい

種類は色々 いろいろ なある。たと例えば、玉露ぎょくろ、まっちゃ抹茶、煎茶せんちゃ、げんまいちゃ玄米茶

、被せ茶、番茶、焙じ茶、茎茶などである。しかしながら、茶を作ることは無謀 的にに茶種類を使ってはいけない。使う茶は抹茶である。抹茶とは茶

ちゃ の

ゆ 湯に使

つか

い、 ふんさい

粉砕した 高 級 こうきゅう

な ぐ り

グリーンティ ん て ぃ


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan salah satu negara yang perkembangannya semakin pesat, baik dalam teknologi maupun kebudayaan. Selain banyak memproduksi barang yang berkualitas jepang juga gencar memperkenalkan kebudayaannya. Contohnya adalah merangkai bunga jepang ( ikebana ), pembuatan teh jepang, pakaian kimono. Pembuatan teh jepang telah menjadi salah satu bagian penting dari tradisi jepang. Pembuatan teh jepang adalah ritual tradisional jepang dalam menyajikan teh untuk tamu.

Dalam pembuatan teh jepang, teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding ( kakejiku ), bunga ( chabana ), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.

Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Pembuatan teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan pembuatan teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan dan berbagai pengetahuan seni secara umum.

Pembuatan teh jepang hanya menggunakan salah satu dari beberapa jenis teh yang ada. Jenis teh jepang ada bermacam-macam yaitu gyokuro, matcha, sencha,


(14)

genmaicha, kabusecha, bancha, houjicha, dan kukicha. Tetapi jika melaksanakan pembuatan teh tidak sembarangan jenis teh yang dipakai. Jenis teh yang dipakai adalah jenis matcha. Matcha adalah teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai untuk upacara minum teh.

Matcha mempunyai aroma yang harum sehingga digunakan juga sebagia perasa untuk es krim rasa teh hijau, berbagai jenis kue tradisional yang ada di jepang ( wagashi ). Untuk melaksanakan pembuatan teh sebaiknya harus paham dan mengerti tentang jenis-jenis peralatan yang dipakai atau digunakan dalam tata cara pembuatan teh. Jenis-jenis peralatan yang digunakan adalah chakin, chawan, natsume, chasaku, chasen, hishaku, fukusa, kaishi, kensui, hishaku, dan futa oki. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahas tentang karakteristik pembuatan teh jepang dalam chanoyu.

1.2Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya membatasi permasalahan mengenai, karakteristik pembuatan teh jepang dalam chanoyu. Sebelum penjelasan pada bab III, penulis membatasi permasalahan mengenai sejarah teh jepang, fungsi teh bagi masyarakat jepang, jenis-jenis teh jepang dan jenis-jenis peralatan.

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Kertas Karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pengetahuan umum tentang karakteristik pembuatan teh jepang dalam chanoyu.


(15)

2. Untuk menambah wawasan generasi muda dan mengenal kebudayaan tentang jenis-jenis teh jepang, jenis-jenis peralatan dan tata cara pembuatan teh jepang.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang jenis-jenis teh jepang, jenis-jenis peralatan dan tata cara pembuatan teh jepang.

1.4Metode Penelitian

Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu mengumpulkan data dari informasi baik melalui internet maupun dengan cara membaca buku atau referensi-referensi yang berkaitan dengan judul kertas karya. Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun ke dalam setiap bab kertas karya ini.


(16)

BAB 2

GAMBARAN UMUM

TENTANG TEH JEPANG

2.1 Sejarah Teh Jepang

Lu Yu (Riku U) adalah seorang ahli teh dari yang menulis buku berjudul Ch'a Ching ( 茶经 ) atau Chakyō ( bahasa Inggris:

Classic of Tea ). Buku ini merupaka

menanam teh, sejarah minum teh, dan cara membuat dan menikmati teh. Produksi

teh dan tradisi minum teh dimulai seja

Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti Tang. Literatur klas

menulis tentang

pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi

Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi

minum teh di Jepang. Pada masa itu, teh juga masih berupa teh hasil

setengah matang miri

cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Teh belum banyak dinikmati sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat

menjadi populer. Di

ajaran

Tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana


(17)

Permainan tebak-tebakan daerah tempat asal air yang diminum

berkembang di

Tōsui dan menjadi populer sebagai judi yang disebut Tōcha. Pada Tōcha,

permainan berkembang menjadi tebak-tebakan nama merek teh yang yang

diminum.Pada masa itu, perangkat minum teh dar

harga tinggi. Kolektor perlu mengeluarkan banyak uang untuk bisa mengumpulkan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh menjadi

populer di kalanga

menggunakan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini dikenal sebagai Karamono suki dan ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh

Jepang yang bernamMenurut Jukō, minuman keras dan perjudian

harus dilarang dari acara minum teh. Acara minum teh juga harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan asal usul upacara minum teh alira

Wabicha dikembangkan oleh seorang pedagang sukses dari kota

bernamdeshi ) yang bernama

Wabicha ala Rikyū menjadi populer di

kalangan

berkembang menjadi aliran-aliran baru yang dipimpin ole


(18)

Sampai saat ini masih ada sebutan Bukesadō untuk upacara minum teh gaya kalangan samurai dan Daimyōcha untuk pembuatan teh gaya daimyō.

Sampai di awal

kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat pembuatan teh. Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari pembuatan

teh disambut dengan tangan terbuka oleh alira

) dan pecahan aliran Senke.

Kepopuleran pembuatan teh menyebabkan jumlah murid menjadi semakin banyak

sehingga perlu diatur dengan suatu sistem

lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni

tradisional Jepang ) dan

) dan murid senior Joshinsai yang

bernama

memperkenalkan metode baru belajar pembuatan teh yang disebut Upacara minum teh dapat dipelajari oleh banyak murid secara bersama-sama dengan metode Shichijishiki.

Berbagai aliran pembuatan teh berusaha menarik minat semua orang untuk belajar pembuatan teh, sehingga kebiasaan minum teh makin populer di seluruh Jepang. Kebiasaan minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga


(19)

serius seperti sedang bermain-main. Sebagian guru pembuatan teh berusaha mencegah kemunduran dalam pembuatan teh jepang dengan menekankan pentingnya nilai spiritual dalam pembuatan teh jepang.

Pada waktu itu, kuil

penting dalam memperkenalkan nilai spiritual pembuatan teh sekaligus

melahirkan prinsiteh aliran Rikyū.

Di akhir Keshogunan Tokugawa

sekarang dikenal sebagai sadō berhasil disempurnakan dengan penambahan prosedur sistematis yang riil seperti otemae ( teknik persiapan, penyeduhan,

penyajian teh ) dan masing-masing aliran menetapkan gaya serta dasar filosofi yang bersifat

Memasuki akhir

masyarakat karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan pembuatan teh yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang

mulai menaruh perhatian pada te

Upacara minum teh yang menggunakan sencha juga mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan orang banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga

sebagai


(20)

Pemerintah feodal yang ada di seluruh Jepang merupakan pengayom berbagai aliran pembuatan teh, sehingga kesulitan keuangan melanda berbagai aliran pembuatan teh setelah pemerintah feodal dibubarkan di awal era Hilangnya bantuan finansial dari pemerintah feodal akhirnya digantikan oleh

pengusaha sukses seperti

berbagai aliran upacara minum teh.Pada ta

The Book of Tea di

2.2. Fungsi Teh bagi Masyarakat Jepang

Dalam kehidupan sehari-hari kita pastinya telah akrab dengan minuman yang satu ini. Seduhan daun Teh merupakan minuman yang sangat familiar yang telah dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai belahan dunia manapun terutama di asia sendiri. Teh merupakan tanaman daun yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis serta memiliki berbagai jenis dan yang paling umum digunakan ada 3 macam teh yaitu teh oolong, teh hitam, dan teh hijau.

Salah satu teh yang sangat terkenal dan paling banyak dikonsumsi adalah Teh hijau, jenis teh ini sangat diminati setiap orang terutama oleh sebagian besar masyarakat Jepang dan juga di Cina. Dalam proses pengolahannya teh ini hanya melewati proses pemanasan sampai pengeringan dengan tujuan warna hijau pada daun teh dapat di pertahankan sehingga daun terlihat masih hijau segar walaupun sudah di jemur.

Sedangkan teh oolong lebih merupakan sebuah jenis campuran antara teh hitam dan teh hijau. Pada masing-masing jenis teh tersebut memiliki khasiat


(21)

merupakan antioksidan yang secara alamiah ada di dalam sayur-sayuran, buah-buahan, dan minuman seperti teh dan anggur yang sangat bagus untuk menangkal radikal bebas yang didapatkan dari pengaruh lingkungan dan cuaca. Orang yang mengkonsumsi minuman teh secara rutin bisa dapat hidup lebih sehat dikarenakan teh dapat menekan kemungkinan resiko stroke jauh lebih besar sampai 70% lebih, mampu mengontrol kolesterol dan hipertensi yang berlebihan.

Dikutip dari berbagai sumber, banyak diketahui bahwa para peneliti di seluruh dunia meyakini bahwa polifenol yang dikenal sebagai Cathecin yang

terdapat pada teh hijau membantu tubuh manusia melawan sel kanker dan tumor walaupun belum ada penelitian yang jauh lebih mendalam akan hal tersebut. Teh juga bisa digunakan untuk detoksifikasi berbagai racun yang tersimpan didalam liver dengan antioksidan yang  dimilikinya. Kandungan antioksidan didalamnya mencegah berbagai penyakit seperti penuaan dini, kanker, penyakit jantung dan diabetes.

Manfaat teh juga sebenarnya untuk menunjang kinerja otak agar lebih baik. Memang belum ada penelitian yang pasti mengenai hal tersebut, namun rata-rata setiap orang yang mengkonsumsi teh selalu merasa lebih rileks dan nyaman. Jadi sebenarnya manfaat teh itu sangatlah baik untuk kesehatan, sehingga teh bisa dijadikan minuman sehari-hari yang sehat. Para ahli menyarankan untuk mengkonsumsi teh 3 gelas perhari atau lebih supaya manfaatnya benar-benar terasa.


(22)

2.3 Jenis-Jenis Teh Jepang

Jepang memiliki beragam jenis teh yang baik untuk kesehatan. Sebagian orang mungkin sudah sangat mengenal seperti apa teh jepang ini. Teh dari jepang ini disebut dengan “Ocha” yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama “Teh hijau”. Teh hijau ( ryokucha ) adalah teh yang sangat umum di Jepang, maka apabila di Jepang sana kita menyebut “teh” ( ocha ) maka kemungkinan besar yang dimaksud pastilah teh hijau, dan baru bisa disebut atau dikatakan sebagai teh jepang ( nihoncha ). Setiap Teh memiliki harga yang berbeda tergantung dari tanaman-nya itu sendiri.

Berikut adalah Jenis-jenis dari Teh Jepang :

a. Gyokuro

Gyokuro adalah Teh ini masuk dalam kategori teh hijau berkualitas tinggi, teh ini teh terpilihdari daun teh kelas atas atas yang disebut Tencha. Teh dinamakan Gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari daun teh. Daun dilindungi dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum. Biasanya pada proses produksi, teh ini ditutupi dengan sebilah bambu karena akan menghasilkan klorofil dari daun teh yang lebih banyak. Oleh karena itulah, teh ini memberikan rasa lebih kaya dibandingkan teh lainnya.

b. Matcha


(23)

bubuk yang biasa digunakan dalam ritual pembuatan teh di Jepang. Matcha mempunyai aroma yang harum sehingga digunakan sebagai perasa untuk es krim rasa teh hijau, berbagai jenis kue tradisional Jepang ( wagashi ), berbagai permen dan cokelat.

c. Sencha

Sencha adalah Teh hijau yang biasa diminum sehari-hari, dibuat dari daun yang dibiarkan terpapar sinar matahari. Teh sencha memiliki kulitas tinggi, dengan rasa hampir mirip dengan bayam.

d. Genmaicha

Genmaicha adalah merupakan teh hijau dengan biji beras yang sudah di panggang. Pada awalnya, teh ini muncul karena adanya legenda hamba Genmai, yaitu seorang samurai terkenal asal Negeri Sakura ini. Dirinya dengan sengaja menumpahkan beberapa kernel beras dalam teh tuannya. Meski melanggar, sang tuan ternyata sangat menikmati teh wangi tersebut. Nama yang diberikan untuk teh inipun bermaksud memberi hormat pada peraciknya.

e. Kabusecha

Kabusecha adalah sejenis teh sencha yang daunnya dilindungi untuk beberapa lama dari terpaan sinar matahari sebelum dipanen. Aroma teh kabusecha sedikit lebih lembut dibandingkan teh sencha.


(24)

f. Bancha

Bancha adalah teh kasar yang dibuat dari panenan yang kedua kali antara musim panas dan musim gugur. Daun teh untuk teh bancha biasanya lebih besar dari daun teh sencha dan aromanya tidak begitu harum. Bancha menjadi versi teh yang berkualitas rendah ketimbang sencha karena teh ini memiliki rasa pahit yang tajam meskipun sudah diberi pemanis sebelum di konsumsi. Teh inipun merupakan label teh paling standar di Jepang.

g. Hojicha

Hojicha adalah Teh yang dibuat dari daun teh bancha yang dipanggang dan digongseng di atas penggorengan atau di dalam oven, dimana rasa inilah yang menimbulkan aroma halus dan punya rasa bersahaja.

h. Kukicha

Kukicha adalah Teh berkualitas rendah dari daun teh bercampur tangkai daun teh. Teh ini dibuat dengan cara dipanggang selama empat kali, dimana bisa diubahnya menjadi warna cokelat gelap. Apalagi rasa pedas dari rasa ranting teh ini melengkapi makanan pedas.


(25)

2.4 Jenis-Jenis Peralatan

Upacara minum teh merupakan ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dahulu disebut chado atau chanoyu yang berkembang

terutama dari pengaruh Buddhisme Zen. Dalam pembuatan teh jepang selayaknya dilakukan di dalam ruang bertatami dan di dalam ruangan tersebut tersedia tempat khusus air untuk membuat teh yaitu tungku yang selalu menyala dan terdapat

mizusashi ( tempat air panas ) yang terisi dengan air mendidih. Ruang tersebut

diatur dengan sedemikian rupa oleh tuan rumah beserta dengan semua perabot yang berada di dalamnya seperti kakejiku ( lukisan dinding ), chabana ( bunga

hias ) dan mangkuk keramik untuk memenjakan tamu.

Berikut ini merupakan alat-alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan teh jepang :

a. Chakin

Chakin adalah Kain putih kecil persegi panjang atau kain rami yang digunakan untuk menyeka mangkuk teh atau sebagai penahan mangkuk teh.

b. Chawan ( mangkuk teh )

Chawan adalah Mangkuk teh yang tersedia dalam berbagai ukuran dan gaya yang berbeda dan berfungsi sebagai tempat minum teh.


(26)

c. Natsume ( peti teh )

Natsume adalah Peti teh atau wadah yang mempunyai penutup kecil untuk tempat teh bubuk yang digunakan dalam pembuatan teh jepang. Natsume ( peti teh ) tersedia dalam berbagai ukuran dan berbagai macam bentuk.

d. Chasaku ( sendok teh )

Chasaku adalah Sendok panjang yang terbuat dari bambu namun ada juga yang dibuat dari gading atau kayu yang berfungsi untuk mengambil bubuk teh.

e. Chasen ( pengocok teh )

Chasen adalah Alat yang di gunakan untuk mencampur teh bubuk dengan air panas di dalam chawan. Chasen umumnya terbuat dari bambu.

f. Hishaku ( sendok air )

Hishaku adalah Sendok panjang yang berfungsi untuk mengambil air panas dari tempat air panas ( mizusashi ) selama upacara teh di lakukan.

g. Fukusa

Fukusa adalah Sapu tangan untuk membersihkan peralatan teh yang kotor, seperti chasaku ( sendok teh ), chasen ( pengocok teh ), dan chawan ( mangkuk teh ).


(27)

h. Kaishi

Kaishi adalah Tisu yang digunakan untuk membersihkan pinggiran chawan ( mangkuk teh ) setelah tamu meminum teh.

i. Futa oki

Futa oki adalah Tempat untuk menaruh gayung, fukusa, chakin, dan penutup tempat air panas ( mizusashi ).


(28)

BAB III

KARAKTERISTIK PEMBUATAN TEH JEPANG DALAM

CHANOYU

Halaman berikut ini mengupas prosedur untuk pembuatan teh jepang dalm chanoyu.

3.1. Persiapan Pembuatan Teh

Dalam persiapan membuat teh jepang, sebelum tamu memasuki

ruang teh sebaiknya lepaskan jam tangan, cincin dan perhiasan lainnya, karena mungkin dapat saja menggores perkakas teh ketika memegangganya. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami cara pembuatan teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusu untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam

mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding ( kakejiku ), bunga ( chabana ), dan mangkuk keramikyang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang. Sebelum teh disajikan anda akan ditawarkan untuk memakan keu manis atau okashi. Memakan kue ini tidak menggunakan sumpit tapi seperti tusukan bambu. Setelah itu sebelum pembuatan teh dilakukan terdapat beberapa perlengkapan yang sudah disiapkan seperti 1 tungku besar hitam, 1 mangkuk disebut cahawan dan 1 wadah berisi bubuk matcha disebut dengan natsume, salah satu dari jenis teh untuk membuat teh jepang adalah matcha. Juga ada beberapa


(29)

terbuat dari bambu disebut chasen, lalu sendok kayu yang panjang pipih untuk mengambil bubuk teh disebut chasaku dan sendok air yang juga terbuat dari bambu. Dari teknik persiapan saja sudah berbeda dengan teknik persiapan membuat teh di Indonesia. Di Negara kita hanya mempersiapkan 1 buah gelas, 1 buah sendok, gula dan air panas serta bubuk teh.

3.2 Penyeduhan Teh

Dalam penyeduhan teh, setelah semua peralatan telah disiapkan mulailah untuk membuat teh jepang Ambil mangkok teh dengan tangan kanan anda, geser ke arah kanan anda dan letakkan mangkok kemudian pada wadah teh di depan kendi air sehingga ketiga benda itu membentuk segitiga. Kembali ke ruang persiapan ( Mizuya ) dan bawa keluar tempat air yang tidak digunakan, pegang dengan tangan kiri anda. Setelah memasuki ruang teh, berbalik, berlutut dan letakkan tempat air bekas di depan anda dan tutup pintu. Pegang tempat air sisa dengan tangan kiri, berjalan ke arah tikar tuan rumah dan duduklah, letakkan tempat air sisa di samping anda. Ambil sendok di tangan kiri anda dan letakkan di depan anda dengan tangan kanan anda menyentuh bagian ujungnya. Ambil sendok dari temapt air sisa dengan tangan kanan anda dan letakkan diluar tikar tuan rumah di sekitar sudut tangan kanan bagian bawah dari lubang api. Letakkan sendok ke bawah, kemudian mendunduk ke arah tamu, yang akan menuunduk juga kepada anda. Pindahkan tempat air sisa ke depan dan arahkan tubuh anda untuk mengambil mangkok. Angkat mangkok dengan tangan kiri anda, pindahkan


(30)

ke sisi kanan dan letakkan di bawah di depan lutut anda. Pindahkan sendok ke tangan kanan anda, pegang seperti memegang pensil, dan ambil satu sendok penuh air panas dari ketel. Tuangkan secukupnya ke dalam mangkok untuk mencampur teh ke dalam pasta kental, kemudian kembalikan kelebihan air ke dalam ketel dan letakkan sendok, angkat ke atas pada ketel.

Dengan pengaduk teh, campurkan teh secara perlahan dan secara berirama hingga halus. Pindahkan pengaduk ke sisi kiri dari mangkok. Ambil sendok dan ambil satu scoop penuh air. Pegang pengaduk di atas mangkok dengan tanggan kiri, tuangkan air panas secukupnya diatas pengaduk dan masukkan ke dalam mangkok untuk membuat volume teh yang sesuai untuk sejumlah tamu yang hadir ( tiga shipo per orang ). Letakkan sendok kembali ke rim dari ketel. Campurkan teh sekali lagi hingga halus sempurna, setelah itu mulailah mengocok teh menggunakan pengocok teh atau chasen. Semakin lama mengocok semakin tidak pahit pula teh tersebut.

3.3 Penyajian Teh

Dalam penyajian teh, setelah teh dibuat lalu disuguhkan kepada tamu dengan mangkuk teh dimana motif mangkuk menghadap tamu sebagai tanda penghormatan kepada tamu untuk mengambil mangkuk teh. Meminum teh pun tidak bisa sembarangan langsung seruput. Mangkuk teh yang disajikan diletakkan dengan sangat hati-hati, Karena yang menyajikan harus memastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh


(31)

baik, maka tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Maka runut tata cara meminum teh yang sudah disajikan adalah Menunduk memberi hormat dahulu setelah teh disajikan dihadapan kita setelah itu mengambil mangkuk teh dengan tangan kanan dan meletakkannya di telapak tangan kiri dan memutar mangkuk teh searah jarum jam sebanyak 3 kali lalu minumnya bisa sedikit-sedikit atau langsung dihabiskan putar kembali cawan 3 kali searah jarum jam lalu meletakkannya kembali. Jadi peminum teh juga harus memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan rumah sebagai tanda terima kasih dan menghormati. “Bahwa upacara minum teh itu sakral sifatnya. Sekaligus menggambarkan bahwa “yang penting bukan ketika teh dihirup melainkan bagaimana proses membuatnya”. Dalam proses pembuatan teh lalu menghidangkannya dengan aturan yang gemulai alami membuat kita teringat “diri”, teringat alam, teringat perjalanan hidup, teringat darimana kita datang da ke arah mana kita pergi. Harmoni, keseimbangan adalah “jalan hidup” yang setiap kali harus di rawat, ditata, dilatih dalam proses gemulai, halus tak terburu-buru.


(32)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penulisan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami cara pembuatan teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam

mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih

), da

sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.

2. Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti l uas. Cara pembuatan teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara

berpikir

meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh ( dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.

3. Seni pembuatan teh jepang memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.


(33)

4. Pada prinsipnya pembuatan teh pada chanoyu memiliki keistimewaan dan tata cara tertentu dalam persiapan , penyeduhan teh dan penyajian teh.

4.2 Saran

Sebaiknya hasil karya tulis yang sederhana ini semoga dapat menjadikan referensi bagi pembaca yang ingin mendalami chanoyu khususnya pembuatan teh jepang dalam chanoyu.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Tanaka, Sendo.1973.The Tea Ceremony.Tokyo.Kodansha Internasional Ltd

Puspita Sari, Heny Fitria dan Fujiwara, Takeo.2012.Ngomong Jepang

Gampang.Jakarta : Tangga pustaka

Bungin, Burhan.2011.Metodologi penelitian

kuantitatif:komunikasi,ekonomi,dan kebijkakan publik serta ilmu-ilmu sosiallainnya.Jakarta : kencana

http:/

http://browsing-gambar.blogspot.com/2011/08/macam-macam-ocha-teh-Jepang.html

http://Sukinojapan.blogspot.com/2013/06/alat-alat-yang-di-gunakan-dalam.html


(35)

LAMPIRAN

Gambar ( a ) Gyokuro


(36)

Gambar ( c ) Sencha


(37)

Gambar ( e ) Kabusecha

Gambar ( f ) Bancha


(38)

Gambar ( g ) Hojicha


(1)

4. Pada prinsipnya pembuatan teh pada chanoyu memiliki keistimewaan dan tata cara tertentu dalam persiapan , penyeduhan teh dan penyajian teh.

4.2 Saran

Sebaiknya hasil karya tulis yang sederhana ini semoga dapat menjadikan referensi bagi pembaca yang ingin mendalami chanoyu khususnya pembuatan teh jepang dalam chanoyu.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Tanaka, Sendo.1973.The Tea Ceremony.Tokyo.Kodansha Internasional Ltd

Puspita Sari, Heny Fitria dan Fujiwara, Takeo.2012.Ngomong Jepang

Gampang.Jakarta : Tangga pustaka

Bungin, Burhan.2011.Metodologi penelitian

kuantitatif:komunikasi,ekonomi,dan kebijkakan publik serta ilmu-ilmu

sosiallainnya.Jakarta : kencana

http:/ http://browsing-gambar.blogspot.com/2011/08/macam-macam-ocha-teh-Jepang.html http://Sukinojapan.blogspot.com/2013/06/alat-alat-yang-di-gunakan-dalam.html


(3)

LAMPIRAN

Gambar ( a ) Gyokuro


(4)

Gambar ( c ) Sencha


(5)

Gambar ( e ) Kabusecha


(6)

Gambar ( g ) Hojicha