18
lambat yaitu membutuhkan waktu sampai dengan 20 jam oleh karena itu masa inkubasi kusta mencapai 5-7 tahun Harahap, 2000: 262.
2.1.1.4 Patogenesis
Meskipun cara masuk Mycrobacterium leprae belum pasti ke dalam tubuh, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering adalah melalui
kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan pada mukosa nasal. Bila basil Mycrobacterium leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan
bereaksi mengeluarkan magrofag berasal dari monosit darah, sel mononuclear, histosit untuk mengfagositositnya. Sel schwan merupakan sel target pertumbuhan
Mycrobacterium leprae, disamping itu sel schwan berfungsi sebagai deeliminasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi bila terjadi gangguan
imunitas tubuh dan sel schwan, basil dapat bermigrasi dan beraktifasi, akibatnya aktifitas regenerasi saraf berkurang dan kerusakan saraf progresif Harahap, 2000:
262.
2.1.1.5 Diagnosis
Keterlambatan diagnosis kusta dapat mengakibatkan kerusakan saraf irreversibel yang berakhir pada cacat permanen, hal ini sesuai dengan pendapat
dari Putra dkk 2009: 16 yang menyatakan bahwa penderita yang sakit lebih dari 6 bulan dan baru menjalani pengobatan dapat meningkatkan risiko terjadinya
kecacatan. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman kasus kusta di Indonesia Wisnu IM dan Hadilukito G,
2003: 83.
19
Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada gambaran klinis, bakteriologis, dan histopatologis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pietojo dkk
2006 terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan dalam mendeteksi penderita kusta dengan praktik deteksi dini penderita kusta p value = 0,05 hal
ini memberikan gambaran bahwa petugas kesehatan sangat memegang peranan penting untuk menetapkan diagnosis klinis penyakit kusta. Harus ada minimal
satu tanda utama atau cardinal sign. Tanda utama tersebut yaitu Departemen Kesehatan RI, 2006 :
a. Lesi kelainan kulit yang mati rasa Kelainan kulit atau lesi dapat berupa bercak keputih-putihan hypopigmentasi
atau kemerah-merahan erithematous yang mati rasa anaesthesi bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa sentuh, rasa suhu, dan rasa nyeri.
b. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf yang diakibatkan adanya peradangan kronis saraf tepi neuritis perifer. Gangguan
saraf ini bisa berupa gangguan fungsi sensoris mati rasa, gangguan fungsi motoris kelemahan otot atau kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf otonom
kulit kering dan retak-retak c. Adanya bakteri tahan asam BTA di dalam kerokan jaringan kulit BTA
positif Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta apabila satu atau lebih
tanda-tanda di atas, apabila hanya ditemukan cardinal sign ke-2 maka perlu dirujuk ke ahli kusta, jika hasil masih diragukan maka orang tersebut dianggap
sebagai kasus yang dicurigai Departemen Kesehatan RI, 2006: 36.
20
2.1.1.6 Klasifikasi Kusta