27
Tahap 3: Terjadi penghancuran syaraf, kelumpuhan akan menetap, dapat terjadi infeksi yang progresif dengan kerusakan tulang dan kehilangan
penglihatan. Kecacatan kusta terjadi tergantung pada komponen syaraf yang terkena.
Berikut ini skema yang menggambarkan proses terjadinya kecacatan akibat kerusakan dari fungsi syaraf.
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Cacat Kusta Departemen Kesehatan RI, 2006: 94.
2.1.1.9 Pencegahan Cacat pada Kusta
Mengetahui terjadinya luka secara dini akan mengurangi terjadinya kecacatan karena luka sehingga bisa cepat diobati dan tidak bertambah
Gangguan Fungsi Syaraf Tepi
Buta Mutilasi
absorbsi tulang
Jari bengkok kaku
Infeksi Luka
Kulit kering pecah
Mata lagophthalmos
tidak bisa berkedip
Tangan kaki:
lemah lumpuh
Kornea mata anastesi Refleks
kedip kurang Tangan
kaki: kurang
rasa Gangguan kelenjar
keringat, kelenjar minyak, aliran darah
Kelemahan Anastesi
mati rasa Otonom
Motorik Sensorik
Infeksi Luka
Mutilasi absorbsi tulang Luka
Buta Infeksi
28
beratmenjalar Soedarjatmi dkk., 2009: 22. Tujuan pencegahan cacat pada kusta adalah :
1 Mencegah timbulnya cacat pada saat diagnosis kusta ditegakkan dan diobati. Diagnosis dini dan dan terapi yang rasional perlu ditegakkan dengan cepat dan
tepat. 2 Mencegah agar cacat yang telah terjadi sehingga tidak menjadi lebih berat.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan dengan cara melindungi dan menjaga tangan yang anastesi mungkin pula yang telah cacat, melindungi
dan menjaga kaki yang anastesi mungkin pula yang telah cacat, melindungi mata dari kerusakan dan menjaga penglihatan, menjaga fungsi saraf
3 Menjaga agar cacat yang telah baik tidak kambuh lagi Menurut Halim PW 1989 dalam I Made Wisnu 1997 upaya pencegahan
cacat kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sendini mungkin, baik oleh petugas kesehatan,
maupun oleh penderita itu sendiri dan keluarganya. Disamping itu perlu adanya mengubah pandangan yang salah dari masyarakat antara lain bahwa kusta identik
dengan deformitas atau disability. Upaya pencegahan cacat terdiri atas: Santoso B: 1994 dalam I Made Wisnu: 1997
1 Upaya pencegahan cacat primer, yang meliputi: Diagnosis dini
Pengobatan secara teratur dan adekuat Diagnosis dini dan penatalaksanaan neuritis, termasuk silent neuritis
Diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi
29
2 Upaya pencegahan cacat sekunder, antara lain: Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur
Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan
Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi sehingga pada proses penyembuhan tidak terlalu banyak jaringan yang hilang
Perawatan mata, tangan, dan atau kaki yang anastesi atau kelumpuhan otot.
2.1.1.10 Pengobatan Kusta