44
2.1.3.2 Dukungan Keluarga
Perawatan kusta untuk mencegah terjadinya cacat dapat dilakukan sendiri oleh penderita dengan bantuan keluarga. Terjadinya kelainan atau cacatdisability
pada penderita kusta dapat menimbulkan rasa rendah diri, tekanan batin, ketakutan menghadapi keluarga maupun masyarakat karena sikap penerimaan
yang kurang wajar, tidak melakukan pengobatan karena malu, apatis karena kecacatan yang ditimbulkan mengakibatkan penderita tidak mandiri sehingga
menjadi beban bagi orang lain Lusianingsih dkk., 2013: 5. Anggota keluarga berfungsi untuk mendampingi penderita kusta dalam pelatihan perawatan diri
memberikan dukungan secara emosional terhadap perawatan diri penderita kusta, meliputi pemberian semangat, motivasi, mengingatkan, dan ungkapan kepedulian
terhadap penderita kusta untuk tetap melakukan perawatan diri secara tepat dan teratur Listyorini dkk., 2011: 67. Bantuan yang dapat diberikan oleh anggota
keluarga adalah membantu mengerjakan pekerjaan penderita kusta yang berat dan berbahaya bagi tangan atau kaki yang mati rasa Departemen Kesehatan RI, 2006:
100. Berdasarkan hasil penelitian Pangaribuan dkk. 2012: 6 terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan cacat kusta dengan nilai p=0,003.
Penelitian lain oleh Estiningsih 2006, peran keluarga penderita kusta berhubungan dengan perawatan diri penderita kusta dengan nilai p value 0,032.
2.1.3.3 Dukungan Masyarakat
Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama yang memiliki pemikiran bahwa penyakit kusta
merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati. Sebagai akibat
45
kurangnya pengetahuan dan informasi inilah yang menyebabkan penderita kusta sulit untuk diterima di masyarakat dan enggan untuk menunjukkan diri Zulkifli,
2003. Penderita kusta sangat membutuhkan partisipasi masyarakat untuk mendukungnya dalam melakukan perawatan diri sehingga dapat mengurangi
risiko penderita menjadi tuna sosial.
2.1.3.4 Penyuluhan