sinkronisasi antara sikap yang tinggi tersebut dengan keikutsertaan responden dalam mengikuti kegiatan KPD.
5.8 Hubungan Faktor Keterjangkauan dengan Partisipasi Penderita Kusta
dalam KPD
Keterjangkauan adalah kemampuan penderita kusta dalam mengakses ke kegiatan Kelompok Perwatan Diri KPD baik fisik maupun sosial yang diukur
dengan keterjangkauan biaya dan sarana transportasi Notoatmodjo, 2010. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji korelasi Fisher diperoleh p value
sebesar 0,006 0,05, sehingga Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara keterjangkauan ke tempat kegiatan KPD dengan partisipasi penderita kusta
dalam Kelompok Perawatan Diri KPD di Kabupaten Brebes. Dari hasil penelitian di lapangan, sebagian besar responden 23 orang
menyatakan bahwa dalam hal akses transportasi dan biaya dalam menempuh jarak ke kegiatan KPD adalah terjangkau sedangkan 9 orang menyatakan tidak
terjangkau baik karena akses transportasi yang sulit maupun kendala biaya, namun 2 orang diantaranya tetap berpartisipasi dalam kegiatan KPD ini. Sedangkan dari
23 orang yang menyatakan mampu menjangkau ke kegiatan KPD terdapat 18 orang 56,2 yang memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan KPD di
puskesmas, sedangkan responden yang menyatakan tidak terjangkau beralasan bahwa tidak ada anggota keluarga yang bisa mengantarkan mereka ke puskesmas
maupun alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sedangkan kendala biaya mereka menyatakan bahwa tidak mempunyai uang untuk membayar sarana
transportasi karena mereka tergolong dalam ekonomi rendah.
5.9 Hubungan Faktor Dukungan keluarga dengan Partisipasi Penderita
Kusta dalam KPD
Anggota keluarga berfungsi untuk mendampingi penderita kusta dalam pelatihan perawatan diri memberikan dukungan secara emosional terhadap
perawatan diri penderita kusta, meliputi pemberian semangat, motivasi, mengingatkan, dan ungkapan kepedulian terhadap penderita kusta untuk tetap
melakukan perawatan diri secara tepat dan teratur Listyorini dkk., 2011: 67. Bantuan yang dapat diberikan oleh anggota keluarga adalah membantu
mengerjakan pekerjaan penderita kusta yang berat dan berbahaya bagi tangan atau kaki yang mati rasa Departemen Kesehatan RI, 2006: 100.
Berdasarkan perhitungan menggunakan uji korelasi Fisher diperoleh p value sebesar 0,044 0,05, sehingga Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan
antara faktor dukungan keluarga dengan partisipasi penderita kusta dalam Kelompok Perawatan Diri KPD di Kabupaten Brebes. Hasil dari penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Pangaribuan dkk 2012 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan cacat
kusta dengan nilai p value 0,003. Hasil penelitian lainnya yang sejalan adalah penelitian dari Estiningsih 2006 yang menyatakan bahwa peran keluarga
penderita kusta berhubungan dengan perawatan diri penderita kusta dengan nilai p value 0,032.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sebanyak 29 responden 91 memiliki dukungan keluarga yang tinggi dalam mendukung setiap pengobatan
dan kegiatan yang bisa memperbaiki keadaan penyakit kusta yang dideritanya yaitu berupa dukungan secara emosional seperti pemberian motifasi dan
semangat, mengingatkan untuk selalu rajin dalam pengobatan dan perawatan diri secara tepat dan teratur di puskesmas maupun di rumah, dan ungkapan kepedulian
terhadap penderita kusta, sehingga dari 29 responden dengan dukungan keluarga yang tinggi tersebut seluruhnya juga mengikuti kegiatan KPD di puskesmas.
Sebanyak 3 orang 9 responden yang memiliki dukungan keluarga rendah tidak mengikuti kegiatan KPD, hal ini sangat jelas bahwa peran keluarga sangat
dibutuhkan dalam kesembuhan penderita kusta.
5.10 Hubungan Faktor Dukungan Masyarakat dengan Partisipasi Penderita