Pengaruh Konsentrasi Kultur BAL yang Ditambahkan

BAL yang ditumbuhkan secara in vitro di media yang mengandung RS tidak mengalami peningkatan jumlah yang signifikan. Penelitian Kleessen et al. 1997 pemberian ransum mengandung pati kentang terretrogradasi pada tikus dapat menstimulir pertumbuhan berbagai bakteri kolon, khususnya organisme anaerobik fakultatif seperti lactobacilli, streptococci, dan enterobacteria. Pemberian ransum baru memberikan pengaruh signifikan setelah lima hari ransum diberikan, hal ini menunjukkan bahwa diperlukan waktu tertentu untuk adaptasi. Gee et al . 1991 meneliti kemampuan mikroflora pada usus tikus untuk mendegradasi 10 amilosa terretrogradasi yang ditambahkan ke dalam ransum meningkat selama dua minggu periode pemberian ransum. Sedikit modifikasi dalam struktur kimia pati memiliki potensi untuk merubah komposisi mikroflora usus Kleessen et al., 1997. Meskipun bahwa komposisi flora usus terbukti dipengaruhi oleh konsumsi RS, namun sulit untuk mengidentifikasi organisme tertentu yang menyebabkan perubahan ini. Sangat mungkin bahwa di dalam usus terdapat bakteri yang dapat mendegradasi RS Kleessen, 1997. MacFarlane dan Englyst 1986 menunjukkan bahwa bakteri amilolitik yang berasal dari genus Bifidobacterium , Bacteroides , Fusobacterium , dan Butyrivibrio memegang peranan penting dalam fermentasi pati di kolon. Hidrolisis RS oleh organisme- organisme ini dapat mengakibatkan akumulasi hasil metabolisme intermediat seperti maltooligosakarida.

c. Pengaruh Konsentrasi Kultur BAL yang Ditambahkan

Konsentrasi kultur BAL yang ditambahkan pada media s- RS3 dan m-MRSB+RS3 adalah 5. Konsentrasi ini dinilai terlalu tinggi sehingga menyebabkan pengaruh RS terhadap pertumbuhan BAL tidak terlihat secara nyata. Oleh karena itu, konsentrasi kultur BAL yang ditambahkan ke dalam media diturunkan menjadi 1. Gambar 6 memperlihatkan viabilitas BAL pada media s-RS3 dan m- MRSB+RS3 dengan penambahan kultur BAL sebesar 5 dan 1. Gambar 6. Viabilitas BAL dalam media s-RS3 dan m-MRSB +RS3 dengan konsentrasi kultur 5 dan 1 selama inkubasi 24 jam Konsentrasi kultur BAL yang ditambahkan ke dalam media m-MRSB+RS tidak berbeda terlalu jauh antara konsentrasi kultur BAL sebesar 5 dan konsentrasi sebesar 1. Penambahan kultur sebesar 5 menyebabkan pertumbuhan yang lebih tinggi daripada pertumbuhan pada m-MRSB dengan konsentrasi kultur 1, namun perbedaannya tidak sampai 1 log. Di media s-RS3, penurunan konsentrasi kultur dari 5 menjadi 1 cukup berpengaruh terhadap viabilitas L. plantarum . Viabilitas L. plantarum di s-RS dengan konsentrasi kultur 5 adalah 1.8x10 8 CFUml dan ketika konsentrasi kultur dalam media diturunkan menjadi 1, viabilitasnya turun menjadi 7.8x10 6 CFUml, atau menurun sekitar 1.4 log. Hal ini tidak berlaku untuk viabilitas B. bifidum karena meskipun viabilitasnya pada media dengan konsentrasi kultur sebesar 5 2 4 6 8 10 s-RS3 5 s-RS3 1 m-MRSB+RS3 5 m-MRSB+RS3 1 Jenis Kultur T o ta l B A L log C F U m l L. casei L. plantarum B. bifidum lebih tinggi daripada media dengan konsentrasi kultur 1, perbedaannya kurang dari 1 log. Jumlah B. bifidum pada s-RS3 dengan konsentrasi kultur 5 adalah 1.3x10 7 CFUml, sedangkan jumlahnya pada s-RS3 dengan konsentrasi kultur 1 adalah 6.8x10 6 CFUml.

C. ANALISIS RS TERPILIH

Jenis RS yang dipilih untuk dianalisis kadar asam lemak rantai pendek dan kandungan serat pangannya adalah s- RS4 yang telah diinokulasi L.plantarum selama 24 jam. Meskipun pertumbuhan BAL di m-MRSB+RS lebih baik daripada pertumbuhannya di s-RS, hasil ini kurang mewakili karena pertumbuhan BAL di m- MRSB+RS kemungkinan disebabkan karena nutrisi yang ada di m-MRSB+RS lebih lengkap daripada nutrisi dalam s-RS. Pertumbuhan BAL didorong oleh adanya sumber N yeast extract dan protease pepton dan mineral natrium asetat, dikalium fosfat, magnesium sulfat, dan mangan sulfat. dalam media m-MRSB. Meskipun tidak berbeda nyata, pertumbuhan BAL di s-RS4 lebih baik daripada di s-RS3. Selain itu, RS 4 juga memiliki karakteristik fisiko kimia yang lebih baik sehingga lebih mudah diaplikasikan dalam proses pengolahan pangan. 1. Analisis Asam Lemak Rantai Pendek Short Chain Fatty Acid Bakteri usus besar manusia menghidrolisis karbohidrat kompleks menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya. Monosakarida ini kemudian dimetabolisme menjadi beberapa produk akhir yang menyediakan energi untuk pertumbuhan bakteri. Hasil metabolisme yang utama adalah asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acid SCFA, yang terutama terdiri dari asetat, propionat, dan butirat Cummings dan McFarlane, 1991. Penelitian yang dilakukan Brouns, et al. 2002 menunjukkan bahwa sekitar 50-60 SCFA yang dihasilkan dari fermentasi in vitro RS2 dan RS3 berupa asam asetat, sekitar 20-30-nya adalah butirat, sedangkan propionat menyusun sekitar 10-20 dari SCFA yang dihasilkan. Pada orang dewasa dan bayi yang diberi ASI, SCFA yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari asetat, propionat terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, sedangkan butirat hampir tidak ada. Produk-produk fermentasi lainnya seperti etanol, format, suksinat, dan laktat ditemukan di dalam feses bayi, namun hanya ditemukan dalam jumlah sangat kecil di dalam feses orang dewasa Wolin, et al., 1998. Pada penelitian ini, hasil fermentasi L. plantarum terhadap RS yang disuspensikan di air s-RS hanya menghasilkan asam asetat 0.04 wv, sedangkan asam propionat dan butirat tidak terdeteksi di dalam sampel. Menurut Henningsson, et al. 2002, sumber karbohidrat yang digunakan sebagai substrat fermentasi bakteri turut mempengaruhi komposisi SCFA yang dihasilkan. Beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa pati merupakan substrat yang baik untuk menghasilkan asam butirat De Schrijver, et al., 1999; Morita, et al ., 1999. Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Henningsson et al 2002 menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberi ransum pati beramilosa tinggi high amyloze starch menghasilkan butirat dengan proporsi paling rendah dibandingkan dengan substrat- substrat lain yang diuji, yaitu gum guar, pektin, dan wheat bran. Perbedaan proporsi SCFA ini bergantung pada metode yang digunakan dalam meneliti pembentukan SCFA, sifat pati Nordgard, et al., 1995; Annison dan Topping, 1994, dan waktu adaptasi Le Blay, et al., 1999. Meskipun jumlahnya relatif kecil, keberadaan asam asetat dalam sampel s-RS4 yang diinokulasi dengan L. plantarum menunjukkan bahwa RS4 singkong dapat dimanfaatkan oleh BAL sebagai substrat fermentasi. Penelitian secara in vivo perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif, karena mikroflora usus manusia terdiri dari berbagai jenis bakteri. Mikroorganisme memetabolisme substrat yang ada di kolon dan produk fermentasi dalam