Uji Kelarutan Uji Amilograf Pengaruh Jenis Media

menunjukkan porositas bahan yaitu jumlah rongga diantara partikel-partikel bahan, sedangkan kadar air mempengaruhi bobot bahan. Pati singkong memiliki densitas kamba sebesar 0.67 gml, setelah diretrogradasi menjadi RS tipe III densitas kambanya meningkat menjadi 0.72 gml, dan pati singkong yang dimodifikasi untuk membentuk RS tipe IV memiliki densitas kamba yang tidak jauh berbeda dengan densitas kamba pati aslinya, yaitu 0.63 gml. Densitas padat dari pati asli, RS tipe III, dan RS tipe IV tidak jauh berbeda, berkisar antara, berturut-turut sebesar 0.88, 0.81, dan 0.84 gml. Densitas kamba suatu pati menunjukkan untuk satuan berat yang sama, dibutuhkan volume ruang yang lebih kecil. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi pengemasan dan penyimpanan.

d. Kadar Amilosa

Kadar amilosa adalah banyaknya amilosa yang terdapat dalam granula pati. Pati dengan kadar amilosa tinggi sangat cocok digunakan dalam pembuatan RS tipe III Haralampu, 2000. Analisis kadar amilosa pati asli, RS tipe III, dan RS tipe IV dari singkong berturut-turut sebesar 27.32, 26.54, dan 29.42 berat basah.

e. Aktivitas air a

w Aktivitas air a w sangat mempengaruhi masa simpan bahan pangan terutama tepung- tepungan. Aktivitas air a w adalah jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Di dalam bahan pangan, air yang terikat kuat dengan komponen bukan air maka akan lebih sukar digunakan baik untuk aktivitas mikrobiologis maupun aktivitas kimia hidrolitik Syarief dan Halid, 1993. Mikroba mempunyai kebutuhan a w minimal berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Kapang membutuhkan a w lebih rendah daripada bakteri dan khamir. Pada a w di bawah 0.62 semua pertumbuhan kapang akan dihambat. Aktivitas air a w pati alami, RS tipe III dan RS tipe IV dari singkong berturut-turut sebesar 0.308, 0.563, dan 0.365. Nilai a w yang dimiliki ketiga pati tersebut cukup aman untuk mencegah pertumbuhan mikroba penyebab kerusakan makanan.

f. Uji Kelarutan

Hasil uji kelarutan air menunjukkan bahwa RS tipe III memiliki kelarutan paling besar 12.27, tiga kali lebih besar daripada kelarutan pati singkong 4.20 dan 4.25. Tingginya kelarutan RS tipe III disebabkan karena selama proses gelatinisasi, amilosa keluar dari granula pati. Amilosa merupakan fraksi yang larut di dalam air, sedangkan amilopektin merupakan fraksi yang tidak larut Winarno, 1995. Kelarutan pati turut mempengaruhi kemudahannya untuk diaplikasikan ke dalam produk pangan.

g. Uji Amilograf

Hasil uji amilograf yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa RS tipe IV memiliki suhu puncak gelatinisasi yang sama dengan pati alaminya, yaitu 84 o C. RS tipe IV memiliki viskositas maksimum sebesar 1.550 BU Brabender Unit, sedangkan pati singkong memiliki viskositas maksimum sebesar 1.420 BU. Modifikasi pati secara kimia akan mempengaruhi viskositas maksimum dan suhu gelatinisasi pati Rutenberg dan Solarek,1984. Pati yang dimodifikasi dengan ikatan silang memiliki viskositas yang lebih besar daripada pati yang tidak dimodifikasi Wurzburg, 1989. RS tipe III memiliki suhu puncak gelatinisasi dan viskositas maksimum yang lebih rendah daripada pati alaminya, berturut- turut sebesar 60 o C dan 790 BU.

h. Granula Pati

Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk granula yang berbeda-beda. Jenis pati dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, letak hilum yang unik, dan juga sifat birefringent- nya. Sifat birefrigent merupakan sifat granula pati yang dapat merefleksikan cahaya terpolarisasi sehingga terlihat seperti kristal hitam-putih jika dilihat di bawah mikroskop. Proses gelatinisasi dalam pembuatan RS tipe III menyebabkan pecahnya granula pati dan hilangnya sifat birefringent Winarno, 1995. Berbeda dengan granula pati pada RS tipe III, granula pati RS tipe IV tidak berbeda dari bentuk granula pati aslinya. Gambar 2 memperlihatkan gambar granula pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari pati singkong. a b c Gambar 2. a Granula pati singkong native starch b Granula pati RS tipe III c Granula pati RS tipe IV.

2. Uji Prebiotik In-Vitro

Pengujian dilakukan secara in vitro pada media RS yang disuspensikan dalam air s-RS dan media MRSB modifikasi tanpa dekstrosa m-MRSB. Sumber karbon dalam m-MRSB modifikasi digantikan oleh RS. Konsentrasi RS yang digunakan adalah 2.5 dari volume media. BAL yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu Lactobacillus casei subsp. rhamnosus, Lactobacillus plantarum sa28k, dan Bifidobacterium bifidum . BAL yang digunakan berumur 24 jam dengan jumlah sel L. casei subsp. rhamnosus, L. plantarum sa28K, dan B. bifidum, berturut-turut sebesar 1.6x10 9 CFUml, 2.3x10 9 CFUml, dan 1.5x10 9 CFUml.

a. Pengaruh Jenis Media

Viabilitas BAL pada berbagai media dengan penambahan kultur sebesar 5 dari volume media, memperlihatkan bahwa BAL pada m-MRSB+RS tumbuh lebih baik daripada BAL pada s-RS p0.05. Analisis statistik untuk viabilitas BAL dapat dilihat pada Lampiran 7. Jumlah BAL di s-RS adalah sekitar 10 7 CFUml dan jumlah BAL di m-MRSB sekitar 10 8 CFUml. Menurut Fardiaz 1992, ketidakmampuan BAL untuk mensintesis vitamin- vitamin yang dibutuhkan menyebabkan bakteri ini tidak dapat tumbuh pada makanan- makanan yang kandungan vitaminnya rendah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan BAL pada media m-MRSB+RS lebih baik daripada pertumbuhannya di media s-RS. Nutrisi yang terdapat di m-MRSB lebih lengkap daripada di media s-RS. Pertumbuhan BAL di media m- MRSB didorong oleh adanya sumber nutrisi yang lain, yaitu yeast extract, protease peptone, dan mineral-mineral yang ada di dalamnya. BAL yang ditumbuhkan pada media yang sama tidak memiliki perbedaan viabilitas yang signifikan. L. plantarum tumbuh lebih baik dibandingkan dua BAL yang lain ketika ditumbuhkan di media RS3 yang disuspensikan dalam air s-RS3 dan media RS4 yang disuspensikan dalam air s-RS4. Di s-RS3, jumlah L. plantarum adalah 1.8x10 8 CFUml, sedangkan pertumbuhan L. plantarum di s-RS4 sebesar 1.0x10 8 CFUml. B. bifidum tumbuh sedikit lebih baik daripada dua BAL yang lain di m-MRSB yang ditambahkan RS3 m-MRSB+RS3, yaitu sebesar 4.0x10 8 CFUml. Di m-MRSB yang ditambahkan RS4 m- MRSB+RS4, L. casei subsp. rhamnosus tumbuh lebih baik daripada dua BAL yang lain 2.3x10 8 CFUml. Gambar 3 memperlihatkan viabilitas BAL pada berbagai media. Gambar 3. Viabilitas BAL pada berbagai media yang mengandung RS selama inkubasi 24 jam

b. Pengaruh Jenis RS