Resistant Starch Tipe Iii Dan Tipe IV Pati Singkong (Manihot Esculenta Crantz), Suweg (Amorphophallus Campanulatus), Dan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Sebagai Prebiotik
SKRIPSI
RESISTANT STARCH
TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (
Manihot
esculenta
Crantz), SUWEG (
Amorphophallus campanulatus
),
DAN UBI JALAR (
Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI PREBIOTIK
Oleh :
RIBKA JULIANA
F24102094
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
Ribka Juliana. F24102094.
Resistant Starch
Tipe III dan Tipe IV Pati Singkong
(
Manihot esculenta
Crantz), Suweg (
Amorphophallus campanulatus
), dan Ubi
Jalar (
Ipomoea batatas
L) Sebagai Prebiotik. Dibawah bimbingan: Betty Sri
Laksmi Jenie dan C.C. Nurwitri, 2006.
ABSTRAK
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus
manusia, tetapi bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan bakteri probiotik
dalam usus besar sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan.
Resistant
starch
merupakan sumber prebiotik yang potensial karena sifatnya yang tidak
dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia sehingga dapat dimetabolisme oleh
bakteri yang ada di usus. RS tipe III adalah RS yang terbentuk dari retrogradasi
pati, sedangkan RS tipe IV adalah RS yang terbentuk dari pati yang dimodifikasi
secara kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik dari
umbi-umbian lokal, yaitu singkong, suweg, ubi jalar putih, dan ubi Cilembu sehingga
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Penelitian terdiri dari dua tahap
yaitu, tahap seleksi umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik secara
in vitro
dan tahap seleksi jenis RS dan Bakteri Asam Laktat (BAL) terpilih.
Pemilihan umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik
didasarkan pada daya cerna RS tipe IV dan rendemen pati. Umbi singkong dipilih
untuk diuji potensi prebiotiknya karena daya cernanya lebih rendah dan
rendemennya lebih tinggi dibanding suweg, ubi jalar, dan ubi Cilembu.
Media yang digunakan dalam uji potensi prebiotik adalah media RS yang
disuspensikan di dalam air (s-RS) dan media
DeMann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB) tanpa dekstrosa (m-MRSB). m-MRSB memiliki komposisi yang sama
dengan MRSB, tetapi dekstrosa dalam media diganti dengan RS (m-MRSB+RS).
BAL yang digunakan adalah
Lactobacillus casei
subsp. rhamnosus,
Lactobacillus
plantarum
sa28k, dan
Bifidobacterium bifidum
. Konsentrasi RS yang
ditambahkan adalah 2.5% dan kultur yang ditambahkan ke dalam media sebesar
5% dan 1%. Jumlah awal
L. casei
subsp. rhamnosus dalam media adalah 7.6x10
7CFU/ml,
L. plantarum
sa28k 1.1x10
8CFU/ml, dan
Bifidobacterium bifidum
7.1x10
7CFU/ml
. Viabilitas BAL di media m-MRSB yang mengandung RS lebih
baik daripada viabilitasnya di media s-RS (p<0.05). Pada media yang sama, tidak
terdapat perbedaan viabilitas yang signifikan di antara ketiga BAL yang
digunakan. Jenis RS juga tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas BAL.
Pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV memiliki kadar RS berturut-turut
sebesar 4.33, 6.57, dan 4.28%. Hasil fermentasi
L. plantarum
di media RS tipe IV
yang disuspensikan di air menunjukkan bahwa fermentasi tersebut menghasilkan
asam asetat sebesar 0.04%, sedangkan keberadaan asam butirat ataupun propionat
tidak terdeteksi di dalam sampel. RS tipe IV mengandung serat pangan sebesar
8.72%.
(3)
SKRIPSI
RESISTANT STARCH
TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (
Manihot
esculenta
Crantz), SUWEG (
Amorphophallus campanulatus
),
DAN UBI JALAR (
Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI PREBIOTIK
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
RIBKA JULIANA
F24102094
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(4)
Ribka Juliana. F24102094.
Resistant Starch
Tipe III dan Tipe IV Pati Singkong
(
Manihot esculenta
Crantz), Suweg (
Amorphophallus campanulatus
), dan Ubi
Jalar (
Ipomoea batatas
L) Sebagai Prebiotik. Dibawah bimbingan: Betty Sri
Laksmi Jenie dan C.C. Nurwitri, 2006.
RINGKASAN
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus
manusia, tetapi bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan bakteri probiotik
dalam usus besar sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan.
Resistant
starch
merupakan sumber prebiotik yang potensial karena sifatnya yang tidak
dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia sehingga dapat dimetabolisme oleh
bakteri yang ada di usus. RS tipe III adalah RS yang terbentuk dari retrogradasi
pati, sedangkan RS tipe IV adalah RS yang terbentuk dari pati yang dimodifikasi
secara kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik dari
umbi-umbian lokal, yaitu singkong, suweg, ubi jalar putih, dan ubi Cilembu sehingga
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Penelitian terdiri dari dua tahap
yaitu, tahap seleksi umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik secara
in vitro
dan tahap seleksi jenis RS dan Bakteri Asam Laktat (BAL) terpilih.
Pemilihan umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik
didasarkan pada daya cerna RS tipe IV dan rendemen pati. Hasil pengujian daya
cerna RS tipe IV dari singkong 21.20%, suweg 17.72%, ubi jalar putih 38.11%,
dan ubi Cilembu 25.96%. Ubi jalar putih memiliki rendemen tertinggi, yaitu
14.47%, diikuti oleh singkong (11.79%), ubi Cilembu (11.76%), dan suweg
(6.12%). Dengan mempertimbangkan daya cerna terendah dan rendemen pati
yang cukup memadai, umbi singkong dipilih untuk diuji potensi prebiotiknya.
Media yang digunakan dalam uji potensi prebiotik adalah media RS yang
disuspensikan di dalam air (s-RS) dan media
DeMann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB) tanpa dekstrosa (m-MRSB). m-MRSB memiliki komposisi yang sama
dengan MRSB, tetapi dekstrosa dalam media diganti dengan RS (m-MRSB+RS).
BAL yang digunakan adalah
Lactobacillus casei
subsp. rhamnosus,
Lactobacillus
plantarum
sa28k, dan
Bifidobacterium bifidum
. Konsentrasi RS yang
ditambahkan adalah 2.5% dan kultur yang ditambahkan ke dalam media sebesar
5% dan 1%. Jumlah awal
L. casei
subsp. rhamnosus dalam media adalah 7.6x10
7CFU/ml,
L. plantarum
sa28k 1.1x10
8CFU/ml, dan
Bifidobacterium bifidum
7.1x10
7CFU/ml
.
Lactobacillus plantarum
tumbuh sedikit lebih baik daripada dua
BAL yang lain dan pertumbuhan
L. plantarum
di media air yang mengandung RS
tipe IV (rata-rata sebesar 1.0x10
8CFU/ml) lebih baik daripada media dengan RS
tipe III (rata-rata sebesar 8.9x10
7CFU/ml). Viabilitas BAL di media m-MRSB
yang mengandung RS lebih baik daripada viabilitasnya di media s-RS (p<0.05).
Pada media yang sama, tidak terdapat perbedaan viabilitas yang signifikan di
antara ketiga BAL yang digunakan. Jenis RS juga tidak berpengaruh nyata
terhadap viabilitas BAL
Pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV memiliki kadar RS berturut-turut
sebesar 4.33, 6.57, dan 4.28%. RS tipe IV memiliki derajat putih paling tinggi
(110.60%), diikuti pati alami (106.80%) dan RS tipe III (74.45%). Pati alami, RS
(5)
tipe III, dan RS tipe IV memiliki densitas kamba berturut-turut sebesar 0.67, 0.72,
dan 0.63 gr/ml, sedangkan densitas padatnya adalah 0.88, 0.81, dan 0.84 g/ml.
Kadar amilosa RS tipe IV memiliki amilosa sebesar 29.42%, tidak berbeda nyata
jika dibandingkan dengan pati alami (27.32%) dan RS tipe III (26.54%). Aktivitas
air dari pati alami singkong 0.308, RS tipe III 0.563, dan RS tipe IV 0.365.
Kelarutan pati alami singkong, RS tipe III, dan RS tipe IV berturut-turut sebesar
4.20, 12.27, dan 4.25%. RS tipe IV memiliki suhu puncak gelatinisasi yang sama
dengan pati alami singkong, yaitu 84
oC, sedangkan RS tipe III memiliki suhu
puncak gelatinisasi sebesar 60
oC. Viskositas maksimum pati alami singkong
1.420 BU, RS tipe III 790 BU, dan RS tipe IV 1.550 BU.
Hasil fermentasi
L. plantarum
di media RS yang disuspensikan di air
menunjukkan bahwa fermentasi tersebut menghasilkan asam asetat sebesar
0.04%, sedangkan keberadaan asam butirat ataupun propionat tidak terdeteksi di
dalam sampel. RS tipe IV mengandung serat pangan sebesar 8.72%.
(6)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RESISTANT STARCH
TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (
Manihot
esculenta
Crantz), SUWEG (
Amorphophallus campanulatus
),
DAN UBI JALAR (
Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI PREBIOTIK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Ribka Juliana
F24102094
Dilahirkan pada tanggal 21 September 1984
Di Jakarta, DKI Jakarta
Tanggal Lulus: Januari 2007
Menyetujui,
Bogor, Januari 2007
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS
Ir. C. C. Nurwitri, DAA
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mengetahui
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc
Ketua Departemen ITP
(7)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
karena atas kasih sayang, kebaikan, dan hikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skirpsi ini dibuat berdasarkan hasil penelitian di
laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan sejak Mei – Desember
2006. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS., selaku dosen pembimbing
akademik, atas bimbingan, pengarahan, motivasi, dan dukungan yang telah
diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan.
2. Ir. C.C. Nurwitri, DAA, selaku dosen pembimbing II, atas bimbingan dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan
skripsi ini.
3. Siti Nurjanah, STP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji serta
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan
penelitian.
4. Antung Sima Firliyanti, STP atas bimbingan dan bantuan yang diberikan
selama penulis melaksanakan penelitian.
5. Papa dan Mama. Orang tua dan sahabat terbaik di dunia. Terima kasih untuk
kasih sayang yang luar biasa, kesabaran, pengorbanan, kepercayaan, doa, dan
dukungan yang senantiasa diberikan. Terima kasih telah mengajarkan saya
untuk selalu mengutamakan Tuhan.
6.
Research Grant
Program B Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan atas
dana yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.
7. PT. Monsanto untuk beasiswa yang diberikan kepada penulis.
8. Om Papi, Tante Mami, Ko Sammy, I’ Pipin, Ci Nen, dan segenap keluarga
besar. Terima kasih untuk perhatian, bantuan, dan dukungan yang telah
diberikan selama ini.
9. Keluarga Pdt. Andreas Tairas. Terima kasih untuk doa, nasihat-nasihat,
motivasi, dan bantuannya.
(8)
ii
10. Sahabat-sahabat terbaik: Nanda Mehuli Giantine, Pretty Arinigora, dan
Shinta. Terima kasih untuk keterbukaan, kesabaran, kehangatan, dan
keceriaan yang diberikan sejak TPB sampai saat ini.
11. Ratih Woro Anggraini dan Manginar Marsaulina Purba, sahabat dan teman
seperjuangan. Terima kasih untuk kerja sama, bantuan, pengertian,
cerita-cerita, dan canda tawa yang membuat penelitian ini tidak terlalu berat untuk
dijalani. Karya tulis ini tidak akan bisa saya selesaikan tanpa bantuan kalian.
12. Syarifah Zarina, sahabat yang baru saya temukan tapi telah menjadi salah
satu yang terbaik. Teman-teman baikku: Randy Adistya, Elvina “Tukep”
Yohana, dan Adrinal Muluk terima kasih untuk semua bantuannya selama
penulis melakukan penelitian dan kesediaannya menampung keluh kesah
penulis.
13. Aponk, Bobby, Ulik, Izal, dan Didin terima kasih untuk semua bantuannya
selama penulis melakukan penelitian dan mempersiapkan ujian skripsi.
Keluarga besar JoJoPi: Putra, Ajeng, Dadik, Cihuy, Kong Yudhan, dan Stut.
Teman-teman golongan C, terutama teman seperjuangan C5 (Karen, Fenni,
Farah), Steisi, dan Prasna. Teman-teman TPG 39 terutama Tissa, Nuy, Dora,
Inggrid, Yeye, Arvi, Hanna, Fany Nely, Ratry, Herold, dan Arif Tmin .
14. Teman-teman baik alumni SMU Regina Pacis : Aryo, Wenny, Wulan.
15. Bapak dan Ibu Heddi, rekan-rekan kerja di Realia Bogor (Irma, Adi, Teh
Siti), dan rekan-rekan kerja di Mitra Lingua Jakarta (terutama Dodon, Maria,
dan Lita).
16. Seluruh staff dan laboran Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, khususnya
Bu Mar, Mbak Ari, dan Pak Wahid, terima kasih untuk semua bantuannya.
17. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas
semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Bogor,
Desember 2006
(9)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………
DAFTAR ISI………...
DAFTAR TABEL………...
DAFTAR GAMBAR………..
DAFTAR LAMPIRAN………...
I. PENDAHULUAN………...
A. LATAR
BELAKANG………..
B. TUJUAN
...………...
C. MANFAAT
...………..
II. TINJAUAN
PUSTAKA
...………..
A. BAHAN BAKU………...
1. Singkong (
Manihot esculenta
Crantz) ………..
2. Suweg (
Amarphophallus campanulatus
BL) ………
3. Ubi jalar (
Ipomoea batatas
L) ………...
B. PATI ………..
C.
RESISTANT STARCH
(RS)...
1. RS Tipe III………...
2.
RS Tipe IV...……….
D. PROBIOTIK ...……….
1.
Lactobacillus ...
2.
Bifidobacterium
...………...
E. PREBIOTIK...………...…..
III. BAHAN DAN METODE...………
A. BAHAN
DAN
ALAT………...
B. METODE
PENELITIAN………..
1.
Ekstraksi Pati...……….
2.
Pembuatan RS Tipe III...
3. Pembuatan RS Tipe IV...………...
4. Uji Prebiotik Secara In Vitro ...
C. METODE ANALISIS...………
i
iii
v
vi
vii
1
1
2
3
4
4
4
5
6
8
10
10
11
12
14
14
15
18
18
18
18
20
21
21
23
(10)
iv
1. Analisis Kadar Air ...………
2. Rendemen ...………...
3. Uji Daya Cerna Pati ………
4. Kadar RS...………...
5.
Derajat Putih ...
6.
Densitas Kamba...
7.
Densitas Padat...
8. Kadar Amilosa ...
9. Aktivitas air (a
w) ...
10.Uji Kelarutan dalam Air...
11.Uji Amilograf ………...
12.Analisis Kadar Gula ...
13.Analisis Serat Pangan (
Dietary Fiber
) ...
14.Analisis Asam Lemak Rantai Pendek (SCFA) ...
D. PENGOLAHAN DATA ...
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………
A. SELEKSI
UMBI
...………
B.
SELEKSI JENIS RS...………..
1. Analisis Fisiko-Kimia RS Tipe III dan RS Tipe IV...2. Uji Prebiotik
In Vitro
...
C. ANALISIS RS TERPILIH ...
1. Analisis Asam Lemak Rantai Pendek (
Short Chain Fatty Acid
)....
2. Analisis Serat Pangan (
Dietary Fiber
) ...
V. KESIMPULAN DAN SARAN...
A. KESIMPULAN...
B. SARAN...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN...
23
23
23
24
25
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
33
33
39
44
44
46
47
47
47
49
56
(11)
SKRIPSI
RESISTANT STARCH
TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (
Manihot
esculenta
Crantz), SUWEG (
Amorphophallus campanulatus
),
DAN UBI JALAR (
Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI PREBIOTIK
Oleh :
RIBKA JULIANA
F24102094
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
Ribka Juliana. F24102094.
Resistant Starch
Tipe III dan Tipe IV Pati Singkong
(
Manihot esculenta
Crantz), Suweg (
Amorphophallus campanulatus
), dan Ubi
Jalar (
Ipomoea batatas
L) Sebagai Prebiotik. Dibawah bimbingan: Betty Sri
Laksmi Jenie dan C.C. Nurwitri, 2006.
ABSTRAK
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus
manusia, tetapi bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan bakteri probiotik
dalam usus besar sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan.
Resistant
starch
merupakan sumber prebiotik yang potensial karena sifatnya yang tidak
dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia sehingga dapat dimetabolisme oleh
bakteri yang ada di usus. RS tipe III adalah RS yang terbentuk dari retrogradasi
pati, sedangkan RS tipe IV adalah RS yang terbentuk dari pati yang dimodifikasi
secara kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik dari
umbi-umbian lokal, yaitu singkong, suweg, ubi jalar putih, dan ubi Cilembu sehingga
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Penelitian terdiri dari dua tahap
yaitu, tahap seleksi umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik secara
in vitro
dan tahap seleksi jenis RS dan Bakteri Asam Laktat (BAL) terpilih.
Pemilihan umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik
didasarkan pada daya cerna RS tipe IV dan rendemen pati. Umbi singkong dipilih
untuk diuji potensi prebiotiknya karena daya cernanya lebih rendah dan
rendemennya lebih tinggi dibanding suweg, ubi jalar, dan ubi Cilembu.
Media yang digunakan dalam uji potensi prebiotik adalah media RS yang
disuspensikan di dalam air (s-RS) dan media
DeMann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB) tanpa dekstrosa (m-MRSB). m-MRSB memiliki komposisi yang sama
dengan MRSB, tetapi dekstrosa dalam media diganti dengan RS (m-MRSB+RS).
BAL yang digunakan adalah
Lactobacillus casei
subsp. rhamnosus,
Lactobacillus
plantarum
sa28k, dan
Bifidobacterium bifidum
. Konsentrasi RS yang
ditambahkan adalah 2.5% dan kultur yang ditambahkan ke dalam media sebesar
5% dan 1%. Jumlah awal
L. casei
subsp. rhamnosus dalam media adalah 7.6x10
7CFU/ml,
L. plantarum
sa28k 1.1x10
8CFU/ml, dan
Bifidobacterium bifidum
7.1x10
7CFU/ml
. Viabilitas BAL di media m-MRSB yang mengandung RS lebih
baik daripada viabilitasnya di media s-RS (p<0.05). Pada media yang sama, tidak
terdapat perbedaan viabilitas yang signifikan di antara ketiga BAL yang
digunakan. Jenis RS juga tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas BAL.
Pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV memiliki kadar RS berturut-turut
sebesar 4.33, 6.57, dan 4.28%. Hasil fermentasi
L. plantarum
di media RS tipe IV
yang disuspensikan di air menunjukkan bahwa fermentasi tersebut menghasilkan
asam asetat sebesar 0.04%, sedangkan keberadaan asam butirat ataupun propionat
tidak terdeteksi di dalam sampel. RS tipe IV mengandung serat pangan sebesar
8.72%.
(13)
SKRIPSI
RESISTANT STARCH
TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (
Manihot
esculenta
Crantz), SUWEG (
Amorphophallus campanulatus
),
DAN UBI JALAR (
Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI PREBIOTIK
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
RIBKA JULIANA
F24102094
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(14)
Ribka Juliana. F24102094.
Resistant Starch
Tipe III dan Tipe IV Pati Singkong
(
Manihot esculenta
Crantz), Suweg (
Amorphophallus campanulatus
), dan Ubi
Jalar (
Ipomoea batatas
L) Sebagai Prebiotik. Dibawah bimbingan: Betty Sri
Laksmi Jenie dan C.C. Nurwitri, 2006.
RINGKASAN
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus
manusia, tetapi bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan bakteri probiotik
dalam usus besar sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan.
Resistant
starch
merupakan sumber prebiotik yang potensial karena sifatnya yang tidak
dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia sehingga dapat dimetabolisme oleh
bakteri yang ada di usus. RS tipe III adalah RS yang terbentuk dari retrogradasi
pati, sedangkan RS tipe IV adalah RS yang terbentuk dari pati yang dimodifikasi
secara kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik dari
umbi-umbian lokal, yaitu singkong, suweg, ubi jalar putih, dan ubi Cilembu sehingga
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Penelitian terdiri dari dua tahap
yaitu, tahap seleksi umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik secara
in vitro
dan tahap seleksi jenis RS dan Bakteri Asam Laktat (BAL) terpilih.
Pemilihan umbi yang akan digunakan dalam pengujian prebiotik
didasarkan pada daya cerna RS tipe IV dan rendemen pati. Hasil pengujian daya
cerna RS tipe IV dari singkong 21.20%, suweg 17.72%, ubi jalar putih 38.11%,
dan ubi Cilembu 25.96%. Ubi jalar putih memiliki rendemen tertinggi, yaitu
14.47%, diikuti oleh singkong (11.79%), ubi Cilembu (11.76%), dan suweg
(6.12%). Dengan mempertimbangkan daya cerna terendah dan rendemen pati
yang cukup memadai, umbi singkong dipilih untuk diuji potensi prebiotiknya.
Media yang digunakan dalam uji potensi prebiotik adalah media RS yang
disuspensikan di dalam air (s-RS) dan media
DeMann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB) tanpa dekstrosa (m-MRSB). m-MRSB memiliki komposisi yang sama
dengan MRSB, tetapi dekstrosa dalam media diganti dengan RS (m-MRSB+RS).
BAL yang digunakan adalah
Lactobacillus casei
subsp. rhamnosus,
Lactobacillus
plantarum
sa28k, dan
Bifidobacterium bifidum
. Konsentrasi RS yang
ditambahkan adalah 2.5% dan kultur yang ditambahkan ke dalam media sebesar
5% dan 1%. Jumlah awal
L. casei
subsp. rhamnosus dalam media adalah 7.6x10
7CFU/ml,
L. plantarum
sa28k 1.1x10
8CFU/ml, dan
Bifidobacterium bifidum
7.1x10
7CFU/ml
.
Lactobacillus plantarum
tumbuh sedikit lebih baik daripada dua
BAL yang lain dan pertumbuhan
L. plantarum
di media air yang mengandung RS
tipe IV (rata-rata sebesar 1.0x10
8CFU/ml) lebih baik daripada media dengan RS
tipe III (rata-rata sebesar 8.9x10
7CFU/ml). Viabilitas BAL di media m-MRSB
yang mengandung RS lebih baik daripada viabilitasnya di media s-RS (p<0.05).
Pada media yang sama, tidak terdapat perbedaan viabilitas yang signifikan di
antara ketiga BAL yang digunakan. Jenis RS juga tidak berpengaruh nyata
terhadap viabilitas BAL
Pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV memiliki kadar RS berturut-turut
sebesar 4.33, 6.57, dan 4.28%. RS tipe IV memiliki derajat putih paling tinggi
(110.60%), diikuti pati alami (106.80%) dan RS tipe III (74.45%). Pati alami, RS
(15)
tipe III, dan RS tipe IV memiliki densitas kamba berturut-turut sebesar 0.67, 0.72,
dan 0.63 gr/ml, sedangkan densitas padatnya adalah 0.88, 0.81, dan 0.84 g/ml.
Kadar amilosa RS tipe IV memiliki amilosa sebesar 29.42%, tidak berbeda nyata
jika dibandingkan dengan pati alami (27.32%) dan RS tipe III (26.54%). Aktivitas
air dari pati alami singkong 0.308, RS tipe III 0.563, dan RS tipe IV 0.365.
Kelarutan pati alami singkong, RS tipe III, dan RS tipe IV berturut-turut sebesar
4.20, 12.27, dan 4.25%. RS tipe IV memiliki suhu puncak gelatinisasi yang sama
dengan pati alami singkong, yaitu 84
oC, sedangkan RS tipe III memiliki suhu
puncak gelatinisasi sebesar 60
oC. Viskositas maksimum pati alami singkong
1.420 BU, RS tipe III 790 BU, dan RS tipe IV 1.550 BU.
Hasil fermentasi
L. plantarum
di media RS yang disuspensikan di air
menunjukkan bahwa fermentasi tersebut menghasilkan asam asetat sebesar
0.04%, sedangkan keberadaan asam butirat ataupun propionat tidak terdeteksi di
dalam sampel. RS tipe IV mengandung serat pangan sebesar 8.72%.
(16)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RESISTANT STARCH
TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (
Manihot
esculenta
Crantz), SUWEG (
Amorphophallus campanulatus
),
DAN UBI JALAR (
Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI PREBIOTIK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Ribka Juliana
F24102094
Dilahirkan pada tanggal 21 September 1984
Di Jakarta, DKI Jakarta
Tanggal Lulus: Januari 2007
Menyetujui,
Bogor, Januari 2007
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS
Ir. C. C. Nurwitri, DAA
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mengetahui
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc
Ketua Departemen ITP
(17)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
karena atas kasih sayang, kebaikan, dan hikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skirpsi ini dibuat berdasarkan hasil penelitian di
laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan sejak Mei – Desember
2006. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS., selaku dosen pembimbing
akademik, atas bimbingan, pengarahan, motivasi, dan dukungan yang telah
diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan.
2. Ir. C.C. Nurwitri, DAA, selaku dosen pembimbing II, atas bimbingan dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan
skripsi ini.
3. Siti Nurjanah, STP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji serta
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan
penelitian.
4. Antung Sima Firliyanti, STP atas bimbingan dan bantuan yang diberikan
selama penulis melaksanakan penelitian.
5. Papa dan Mama. Orang tua dan sahabat terbaik di dunia. Terima kasih untuk
kasih sayang yang luar biasa, kesabaran, pengorbanan, kepercayaan, doa, dan
dukungan yang senantiasa diberikan. Terima kasih telah mengajarkan saya
untuk selalu mengutamakan Tuhan.
6.
Research Grant
Program B Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan atas
dana yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.
7. PT. Monsanto untuk beasiswa yang diberikan kepada penulis.
8. Om Papi, Tante Mami, Ko Sammy, I’ Pipin, Ci Nen, dan segenap keluarga
besar. Terima kasih untuk perhatian, bantuan, dan dukungan yang telah
diberikan selama ini.
9. Keluarga Pdt. Andreas Tairas. Terima kasih untuk doa, nasihat-nasihat,
motivasi, dan bantuannya.
(18)
ii
10. Sahabat-sahabat terbaik: Nanda Mehuli Giantine, Pretty Arinigora, dan
Shinta. Terima kasih untuk keterbukaan, kesabaran, kehangatan, dan
keceriaan yang diberikan sejak TPB sampai saat ini.
11. Ratih Woro Anggraini dan Manginar Marsaulina Purba, sahabat dan teman
seperjuangan. Terima kasih untuk kerja sama, bantuan, pengertian,
cerita-cerita, dan canda tawa yang membuat penelitian ini tidak terlalu berat untuk
dijalani. Karya tulis ini tidak akan bisa saya selesaikan tanpa bantuan kalian.
12. Syarifah Zarina, sahabat yang baru saya temukan tapi telah menjadi salah
satu yang terbaik. Teman-teman baikku: Randy Adistya, Elvina “Tukep”
Yohana, dan Adrinal Muluk terima kasih untuk semua bantuannya selama
penulis melakukan penelitian dan kesediaannya menampung keluh kesah
penulis.
13. Aponk, Bobby, Ulik, Izal, dan Didin terima kasih untuk semua bantuannya
selama penulis melakukan penelitian dan mempersiapkan ujian skripsi.
Keluarga besar JoJoPi: Putra, Ajeng, Dadik, Cihuy, Kong Yudhan, dan Stut.
Teman-teman golongan C, terutama teman seperjuangan C5 (Karen, Fenni,
Farah), Steisi, dan Prasna. Teman-teman TPG 39 terutama Tissa, Nuy, Dora,
Inggrid, Yeye, Arvi, Hanna, Fany Nely, Ratry, Herold, dan Arif Tmin .
14. Teman-teman baik alumni SMU Regina Pacis : Aryo, Wenny, Wulan.
15. Bapak dan Ibu Heddi, rekan-rekan kerja di Realia Bogor (Irma, Adi, Teh
Siti), dan rekan-rekan kerja di Mitra Lingua Jakarta (terutama Dodon, Maria,
dan Lita).
16. Seluruh staff dan laboran Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, khususnya
Bu Mar, Mbak Ari, dan Pak Wahid, terima kasih untuk semua bantuannya.
17. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas
semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Bogor,
Desember 2006
(19)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………
DAFTAR ISI………...
DAFTAR TABEL………...
DAFTAR GAMBAR………..
DAFTAR LAMPIRAN………...
I. PENDAHULUAN………...
A. LATAR
BELAKANG………..
B. TUJUAN
...………...
C. MANFAAT
...………..
II. TINJAUAN
PUSTAKA
...………..
A. BAHAN BAKU………...
1. Singkong (
Manihot esculenta
Crantz) ………..
2. Suweg (
Amarphophallus campanulatus
BL) ………
3. Ubi jalar (
Ipomoea batatas
L) ………...
B. PATI ………..
C.
RESISTANT STARCH
(RS)...
1. RS Tipe III………...
2.
RS Tipe IV...……….
D. PROBIOTIK ...……….
1.
Lactobacillus ...
2.
Bifidobacterium
...………...
E. PREBIOTIK...………...…..
III. BAHAN DAN METODE...………
A. BAHAN
DAN
ALAT………...
B. METODE
PENELITIAN………..
1.
Ekstraksi Pati...……….
2.
Pembuatan RS Tipe III...
3. Pembuatan RS Tipe IV...………...
4. Uji Prebiotik Secara In Vitro ...
C. METODE ANALISIS...………
i
iii
v
vi
vii
1
1
2
3
4
4
4
5
6
8
10
10
11
12
14
14
15
18
18
18
18
20
21
21
23
(20)
iv
1. Analisis Kadar Air ...………
2. Rendemen ...………...
3. Uji Daya Cerna Pati ………
4. Kadar RS...………...
5.
Derajat Putih ...
6.
Densitas Kamba...
7.
Densitas Padat...
8. Kadar Amilosa ...
9. Aktivitas air (a
w) ...
10.Uji Kelarutan dalam Air...
11.Uji Amilograf ………...
12.Analisis Kadar Gula ...
13.Analisis Serat Pangan (
Dietary Fiber
) ...
14.Analisis Asam Lemak Rantai Pendek (SCFA) ...
D. PENGOLAHAN DATA ...
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………
A. SELEKSI
UMBI
...………
B.
SELEKSI JENIS RS...………..
1. Analisis Fisiko-Kimia RS Tipe III dan RS Tipe IV...2. Uji Prebiotik
In Vitro
...
C. ANALISIS RS TERPILIH ...
1. Analisis Asam Lemak Rantai Pendek (
Short Chain Fatty Acid
)....
2. Analisis Serat Pangan (
Dietary Fiber
) ...
V. KESIMPULAN DAN SARAN...
A. KESIMPULAN...
B. SARAN...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN...
23
23
23
24
25
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
33
33
39
44
44
46
47
47
47
49
56
(21)
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Rata-rata Singkong Segar ...
Tabel 2. Rendemen dan Kadar Air pati singkong, suweg, ubi jalar putih, dan
ubi Cilembu ...
Tabel 3. Daya Cerna RS Tipe III ...
Tabel 4. Daya Cerna RS Tipe IV...
Tabel 5. Sifat Fisik Pati Alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari Pati
Singkong ...
5
30
32
33
(22)
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Umbi Singkong ...
Gambar 2. Umbi Suweg ...
Gambar 3. Ubi Jalar Putih dan Ubi Jalar Merah ...
Gambar 4. Ubi Cilembu ...
Gambar 5. Reaksi pembentukan ikatan silang antara pati dan natrium
trimetafosfat ………...
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian ………..
Gambar 7. (a) Granula pati singkong (b) Granula pati RS tipe III
(c) Granula pati RS tipe IV ...
Gambar 8. Viabilitas BAL pada berbagai media yang mengandung RS
selama inkubasi 24 jam ...
Gambar 9. Viabilitas BAL pada media s-RS3 dan s-RS4 selama inkubasi 24
jam ...
Gambar 10. Viabilitas BAL pada media m-MRSB+RS3 dan m-MRSB+RS4
selama inkubasi 24 jam...
Gambar 11. Viabilitas BAL dalam media s-RS3 dan m-MRSB +RS3 dengan
konsentrasi kultur 5% dan 1% selama inkubasi 24 jam ...
4
6
7
8
12
19
38
40
41
41
(23)
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Daya Cerna Pati RS Tipe IV ...
Lampiran 2. Jumlah sel
L. casei
subsp. Rhamnosus,
L. plantarum
, dan
B. bifidum
(t=24 jam)………..
Lampiran 3. Total BAL dalam media s-RS yang diinkubasi selama 24
jam (konsentrasi kultur 5%) ………...
Lampiran 4. Total BAL dalam media s-RS3 yang diinkubasi selama 24
jam (konsentrasi kultur
1%) ………...
Lampiran 5. Total BAL dalam media m-MRSB + RS yang
diinkubasi selama 24 jam (konsentrasi kultur 5%) ………
Lampiran 6. Total BAL dalam media m-MRSB + RS yang
diinkubasi selama 24 jam (konsentrasi kultur 0.5%) ………….
Lampiran 7. Analisis statistik pertumbuhan BAL di media m-MRSB
dan s-RS ...
Lampiran 8. Kadar RS pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari pati
singkong ……….
Lampiran 9. Kadar amilosa pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari pati
singkong………..
Lampiran 10. Kelarutan pati alami, RS tipe III dan RS tipe IV dari pati
singkong………....
Lampiran 11. Analisis Short Chain Fatty Acid s-RS4
L. plantarum
………..
Lampiran 12. Analisis
Dietary Fiber
RS4 Singkong………...
56
57
58
59
60
61
62
64
65
66
67
70
(24)
56
Lampiran 1. Uji Daya Cerna Pati RS tipe IV
Jenis Umbi
Daya Cerna (%)
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
Singkong 20.39
22.00
21.20
Suweg 17.98
17.45
17.72
Ubi jalar putih
36.85
39.53
38.11
(25)
57
Lampiran 2. Jumlah sel
L. casei
subsp. Rhamnosus,
L. plantarum
, dan
B. bifidum
(t=24 jam)
Jenis BAL
10
-610
-710
-8CFU/ml
L. casei
TBUD 179
15
1.6x10
9TBUD 132
24
L. plantarum
TBUD 211
30
2.3x10
9TBUD 254
19
B. bifidum
TBUD 158
14
1.5x10
9(26)
58
Lampiran 3. Total BAL dalam media air+ RS yang diinkubasi selama 24 jam
(konsentrasi kultur 5%)
Jenis
RS
Jenis BAL
Ul
10
-510
-610
-7CFU/ml Rata-rata
CFU/ml
RS 3
L. casei
1a 101 7
1
1.1x10
78.7x10
61b 116 17 4
2a 12 27 2 <2.5x10
7(6.3x10
6)
2b
90 10 0
L. plantarum
1a TBUD
210 31
1.8x10
81b TBUD
143 24
B. bifidum
1a 135 4
1
1.3x10
71b 133 3
1
RS 4
L. casei
1a 95 9
0
1.1x10
71.4x10
71b
89 27 5
2a 109 91 0
1.7x10
72b
97 85 2
L. plantarum
1a TBUD
66 18
9.1x10
71.0x10
81b
TBUD
115
15
2a TBUD
115 7
1.1x10
82b TBUD
107 11
B. bifidum
1a 135 4
1
2.0x10
72.5x10
71b 133 3
1
2a TBUD
84 3
2.9x10
7(27)
59
Lampiran 4. Total BAL dalam media air+ RS yang diinkubasi selama 24 jam
(konsentrasi kultur 0.5%)
Jenis
RS
Jenis BAL
Ul
10
-410
-510
-6CFU/ml
RS 3
L. plantarum
2a 12 27 2
7.8x10
62b
90 10 0
B. bifidum
2a TBUD
70 6
6.8x10
6(28)
60
Lampiran 5. Total BAL dalam media MRSB tanpa dekstrosa+ RS yang diinkubasi
selama 24 jam (konsentrasi kultur 5%)
Jenis
RS
Jenis BAL
Ul
10
-510
-610
-7CFU/ml Rata-rata
CFU/ml
RS 3
L. casei
1a TBUD
203 29
2.2x10
81b TBUD
227 22
L. plantarum
1a TBUD
140 10
1.4x10
81b TBUD
135 12
B. bifidum
1a TBUD
296 39
4.0x10
81b TBUD
TBUD
39
RS 4
L. casei
1a TBUD
212 59
2.5x10
82.3x10
81b TBUD
226 46
2a TBUD
210 17
2.1x10
82b TBUD
226 22
L. plantarum
1a TBUD
114 28
2.4x10
81.9x10
81b TBUD
TBUD
19
2a TBUD
141 9
1.4x10
82b
TBUD
137
10
B. bifidum
1a TBUD
81 13
1.0x10
81.6x10
81b TBUD
120 6
2a TBUD
208 22
2.2x10
8(29)
61
Lampiran 6. Total BAL dalam media MRSB tanpa dekstrosa + RS yang
diinkubasi selama 24 jam (konsentrasi kultur 0.5%)
Jenis
RS
Jenis BAL
Ul
10
-410
-510
-6CFU/ml
RS 3
L. casei
2a TBUD
TBUD
119
1.0x10
82b TBUD
TBUD
81
L. plantarum
2a TBUD
TBUD
77
6.6x10
72b TBUD
TBUD
55
B. bifidum
2a TBUD
TBUD
85
7.95x10
7(30)
62
Lampiran 7. Analisis Statistik Pertumbuhan BAL di media m-MRSB dan s-RS
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
media A1 s-RS3 6
A2 s-RS4 6
A3
m-MRSB+RS3 6
A4
m-MRSB+RS4 6
BAL B1
Rhamnosus 8
B2 Plantarum 8
B3 Bifidum 8
Descriptive Statistics
Dependent Variable: viabilitas
media BAL Mean Std. Deviation N
s-RS3 Rhamnosus 8.650 3.3234 2
Plantarum 93.900 121.7638 2
Bifidum 9.900 4.3841 2
Total 37.483 69.8667 6
s-RS4 Rhamnosus 14.000 4.2426 2
Plantarum 100.500 13.4350 2
Bifidum 24.500 6.3640 2
Total 46.333 42.7816 6
m-MRSB+RS3 Rhamnosus 160.000 84.8528 2
Plantarum 103.000 52.3259 2
Bifidum 240.000 226.2742 2
Total 167.667 126.5570 6
m-MRSB+RS4 Rhamnosus 230.000 28.2843 2
Plantarum 190.000 70.7107 2
Bifidum 160.000 84.8528 2
Total 193.333 59.8888 6
Total Rhamnosus 103.163 107.1919 8
Plantarum 121.850 70.9310 8
Bifidum 108.600 137.2717 8
(31)
63
Lampiran 7 (lanjutan). Analisis Statistik Pertumbuhan BAL di media m-MRSB
dan s-RS
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: viabilitas Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 159798.285(a
) 11 14527.117 1.954 .133
Intercept 296792.800 1 296792.800 39.912 .000
A 117457.201 3 39152.400 5.265 .015
B 1478.271 2 739.135 .099 .906
A * B 40862.813 6 6810.469 .916 .516
Error 89233.685 12 7436.140
Total 545824.770 24
Corrected Total 249031.970 23
a R Squared = .642 (Adjusted R Squared = .313)
Post Hoc Tests
mediaHomogeneous Subsets : viabilitas
Duncan
media N
Subset
1 2
s-RS3 6 37.483
s-RS4 6 46.333
m-MRSB+RS3 6 167.667
m-MRSB+RS4 6 193.333
Sig. .862 .616
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 7436.140. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.
BAL
Homogeneous Subsets : viabilitas
Duncan
BAL N
Subset 1
Rhamnosus 8 103.163
Bifidum 8 108.600
Plantarum 8 121.850
Sig. .688
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 7436.140. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.000, b. Alpha = .05.
(32)
64
Lampiran 8. Kadar RS pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari pati singkong
Sampel Bobot
sampel
(g)
Bobot Awal
Kertas Saring
(g)
Bobot Akhir
Kertas Saring
(g)
Kadar RS
(%)
Rata-Rata
Kadar RS
(%)
Pati Singkong
0.5438 0.5304
0.5517
3.9168
4.33
0.5211 0.5271
0.5518
4.7400
RS tipe III
0.5914 0.4954
0.5319
6.1718
6.52
0.5433 0.5051
0.5424
6.8655
RS tipe IV
0.5577 0.5053
0.5284
4.1420
4.29
0.5357 0.5237
0.551
4.4241
(33)
65
Lampiran 9. Kadar amilosa pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari pati singkong
Sampel Ulangan
Bobot
sampel
(g)
Absorbansi
Konsentrasi
sampel dari
standard (
μ
g)
Amilosa
(
μ
g/g)
Amilosa
(%)
Rata-Rata
Amilosa
(%)
Pati Singkong
1a
0.1207
0.348
1687
279.536
27.9536
27.9951
1b 0.349
1692
280.365
28.0365
2a
0.1064
0.295
1422
267.293
26.7293
26.6354
2b 0.293
1412
265.414
26.5414
RS tipe III
1a
0.1062
0.293
1412
265.913
26.5913
26.7326
1b 0.296
1427
268.738
26.8738
2a
0.1043
0.288
1387
265.964
26.5964
26.3567
2b 0.283
1362
261.169
26.1169
RS tipe IV
1a
0.1125
0.321
1552
275.911
27.5911
27.9022
1b 0.328
1587
282.133
28.2133
2a
0.1013
0.325
1572
310.365
31.0365
30.9378
2b 0.323
1562
308.391
30.8391
Faktor Pengenceran = 20
Standar Amilosa : 42.7 mg/100 ml (0.427 mg/ml)
Volume Standar (ml)
Konsentrasi Standar (
μ
g)
Absorbansi
1 427
0.102
2 854
0.201
3 1281
0.298
4 1708
0.395
5 2135
0.479
Persamaan kurva standar :
y = 0.0002+0.0106
r
2= 0.9991
(34)
66
Lampiran 10. Kelarutan pati alami, RS tipe III dan RS tipe IV dari pati singkong
Sampel Ul.
A B C C-B
Kelarutan
(%)
Rata-rata
(%)
Pati
singkong
1a 1.0265 0.6091 1.5927 0.9836
4.18
4.20
1b 1.0033 0.5956 1.5566 0.9610
4.22
RS tipe III
1a 1.0089 0.5916 1.4755 0.8839 12.44
12.27
1b 1.0101 0.6317 1.5017 0.8800 12.09
RS tipe IV
1a 1.0682 0.5622 1.5924 1.0302
3.56
4.25
1b 1.0108 0.6080 1.5690 0.9610
4.93
Keterangan : A = bobot sampel kering (g)
B = bobot kertas saring (g)
C = bobot kertas saring dan endapan (g)
% kelarutan = A- (C-B) x 100%
A
(35)
67
Lampiran 11. Analisis
Short Chain Fatty Acid
s-RS4
L. plantarum
Parameter
Kadar (% w/v)
Rata-Rata (% w/v)
Ulangan 1
Ulangan 2
Asam format
n.d
n.d
n.d
Asam asetat
0.05
0.03
0.04
Asam propionat
n.d
n.d
n.d
(36)
68
Lampiran 11 (lanjutan). Analisis
Short Chain Fatty Acid
s-RS4
L. plantarum
(37)
69
Lampiran 11 (lanjutan). Analisis
Short Chain Fatty Acid
s-RS4
L. plantarum
(38)
70
Lampiran 12. Analisis
Dietary Fiber
RS4 singkong
Ulangan Bobot
Sampel
(g)
Bobot kertas
(g)
Bobot
Kertas +
Endapan (g)
Kadar
Dietary Fiber
(%)
Rata-Rata
(%)
1 0.1075 0.6012 0.6128
8.84
8.72
2 0.1081 0.6123 0.6237
8.60
BL = 0.0021 g
% DF = (bobot
kertas+end– bobot
kertas) – BL x 100%
bobot
sampel(39)
Tugas Akhir
RESISTANT STARCH TIPE III DAN TIPE IV PATI SINGKONG (Manihot esculenta
Crantz), SUWEG (Amorphophallus campanulatus), DAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) SEBAGAI PREBIOTIK
Oleh:
Ribka Juliana / F24102094
ABSTRACT
Resistant starch (RS) is defined as the sum of starch and products of starch degradation not absorbed in the small intestine, thus can be fermented by colonic bacteria in large intestine. The starches from indigenous tubers are potential to be developed as RS. Viability of Lactic Acid
Bacteria (LAB), i.e. Bifidobacterium bifidum,Lactobacillus plantarum, Lactobacillus casei subsp.
rhamnosus, in the presence of resistant starch was determined during 24 hour incubation in
modified MRSB media and in water. Modified MRSB had the same composition with MRSB for commercial use but the glucose was replaced by RS from cassava starch(2.5%). The viability of LAB in modified MRSB was better than its viability in water that contained RS (p<0.05). There’s no significant difference between RS type III and RS type IV in stimulating the growth of LAB. The fermentation of RS type IV by LAB produced 0.04% acetic acid.
I. PENDAHULUAN
Prebiotik didefinisikan sebagai bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia, tetapi dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan bakteri probiotik dalam usus besar sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan (Sievert dan Pomeranz, 1989; Shamai, Bianco-Peled, Shimoni, 2003). Frukto-oligosakarida (FOS), galakto-oligosakarida (GOS), dan inulin merupakan bahan prebiotik yang paling banyak dikenal.
Istilah resistant starch (RS) mulai diperkenalkan pada tahun 1980 oleh Hans Englyst yang menemukan bahwa ada beberapa pati yang tahan terhadap enzim amylase. EURESTA (European Flair Concerted Action
on Resistant Starch) mendefinisikan RS
sebagai sejumlah pati dan produk degradasi pati yang tidak diserap di usus kecil individu yang sehat (Euresta, 1992). Mengacu pada definisi tersebut, RS berpotensi untuk digunakan dalam mendorong pertumbuhan bakteri probiotik. RS tidak dapat dicerna usus halus (Sievert dan Pomeranz, 1989; Shamai, Boanco-Peled, Shimoni, 2003)sehingga dapat difermentasi oleh bakteri probiotik dalam usus besar.Brown et al. (1996) seperti yang dikutip oleh Sajilata et al. (2006) menyebutkan bahwa RS dapat mendukung pertumbuhan bakteri probiotik, seperti Bifidobacterium.
RS terdiri dari empat kategori, yaitu pati yang secara fisik terperangkap di antara dinding sel bahan pangan sehingga pati ini tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan (RS tipe I), granula pati yang secara alami tahan terhadap enzim pencernaan (RS tipe II), pati retrogradasi yang dihasilkan melalui proses pengolahan makanan (RS tipe III), dan pati yang dimodifikasi secara kimia (RS tipe IV) (Englyst et al., 1992; Scrabanja dan Kreft, 1998; Topping dan Clifton, 2001). Beberapa penelitian in vivo yang dilakukan pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa RS memiliki potensi sebagai bahan prebiotik. Penelitian dengan menggunakan RS yang beramilosa tinggi menunjukkan bahwa granula-granula pati tersebut membentuk pola pelekatan yang khusus pada usus bagian atas, baik pada usus babi maupun usus manusia, dan diperkirakan dapat meningkatkan viabilitas dari probiotik dengan cara menyediakan permukaan bagi prebiotik untuk melekat (Topping, et al., 1997). Penelitian Brown, et al. (1998) menyebutkan bahwa tikus yang diberi ransum yang mengandung
Bifidobacterium longum hidup dan RS
beramilosa tinggi mengekskresikan bifidobakteria dalam jumlah yang lebih banyak daripada tikus yang tidak diberi RS. Efek prebiotik tidak hanya terbatas pada RS yang secara alami memiliki kandungan amilosa yang tinggi tapi juga dimiliki oleh
(40)
pati yang dimodifikasi secara kimia (RS tipe 4). Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa bifidobakteria dapat melekat pada pati yang dimodifikasi dengan dengan metode asilasi, oktenilsuksinilasi, karboksimetilasi, dan suksinilasi. Pelekatan ini bervariasi untuk setiap galur bakteri yang digunakan. (Brown et al., 1998). RS tipe 2 dan RS tipe 4 memiliki potensi untuk berperan sebagai prebiotik (Bird, Brown, dan Topping, 2000).
Beberapa jenis pati, seperti pati pisang dan pati kentang mentah, secara alami mengandung RS yang cukup tinggi. Kadar RS pada pati dapat ditingkatkan dengan melakukan retrogradasi untuk menghasilkan RS tipe III ataupun modifikasi kimia untuk menghasilkan RS tipe IV. Singkong, ubi jalar, ubi cilembu, dan suweg merupakan empat jenis umbi-umbian lokal yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan RS. Dengan demikian, nilai tambah dari keempat umbi-umbian ini dapat ditingkatkan.
II. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong
(Manihot esculenta Crantz) dan ubi
cilembu yang diperoleh dari pasar tradisional di Bogor, suweg
(Amorphophallus campanulatus BL) yang
diperoleh dari Sumedang, dan ubi jalar putih (Ipomoea batatas L) yang diperoleh dari International Potato Center di Ciapus, Bogor. Bahan-bahan lain yang dipakai adalah NaOH 1 M, POCl3, HCl, enzim α-amilase (heat stable), enzim protease, dan enzim amyloglucosidase
dari Merck; etanol, 78%, 85%, dan 95%, aseton, DNS, NaK-tartarat, protease pepton, yeast extract, natrium asetat, MgSO4, MnSO4, dikalium fosfat, triamonium sitrat, NaOH padat, NaCl, CaCO3, Pb asetat, natrium fosfat, larutan Luff, larutan kalium iodida, natrium tiosulfat, indikator pati, KOH, iodin, isoamil alkohol, kristal timol, enzim pepsin, bufer pH 6.8, enzim pankreatin, natrium dodesilsulfat, H2SO4, standar asam format, standar asam asetat, standar asam propionat, standar asam butirat, dan aquades.
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, autoklaf, freeze dryer, freezer, lemari pendingin, oven, oven vakum, sentrifuge, spektrofotometer, pH meter, inkubator,
environmental orbital shaker, waterbath
shaker, hot plate, penyaring vakum,
whiteness meter, Brabender amilograf,
Anoxomat anaerobic jar, mikropipet, gelas piala, erlenmeyer, gelas ukur, gelas pengaduk, fial, manik-manik, tip, pisau, talenan, ember, kain saring, dan blender.
B. Metodologi
Tahapan penelitian meliputi: (1) Seleksi umbi dan (2) Seleksi RS dan seleksi BAL. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
È
Umbi
(Singkong, Suweg, Ubi Jalar Putih, Ubi Cilembu)
È È È
RS tipe III dan RS tipe IV
È È
Jenis Umbi Terpilih
È È
Bifidobacterium bifidum, Lactobacillus
plantarum, Lactobacillus casei subsp.
rhamnosus È È @ Seleksi Umbi Ekstraksi Pati Pembuatan RS
Uji Daya Cerna & Rendemen
Seleksi RS
Inokulasi 5%
MRSB – dekstrosa + RS Air + RS
(41)
@
È
Analisis Fisiko Kimia
Analisis kadar RS
Derajat putih
Densitas kamba
Densitas padat
Uji Amilograf
Kadar Amilosa
Aktivitas air (aw)
Uji kelarutan dalam air
È
Jenis RS dan BAL terpilih
Analisis SCFA
Analisis Dietary Fiber Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 1. Ekstraksi Pati
Umbi singkong, suweg, ubi jalar putih, dan ubi Cilembu diekstraksi patinya dengan metode ekstraksi basah. Umbi dikupas, dicuci, dihancurkan, diekstraksi dengan air (umbi: air=1:4), diendapkan, disaring, dikeringkan dengan oven (suhu 40oC), disaring dengan saringan 100 mesh. 2. Pembuatan RS Tipe III
RS tipe III dibuat dengan dengan metode Lehmann (2002). Pati disuspensikan dalam air (20% w/w), di-autoklaf selama 30 menit pada suhu 121oC, dididinginkan dan disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer.
3. Pembuatan RS Tipe IV
RS tipe IV dibuat dengan metode cross linking sebagai berikut: sebanyak 100 gram pati dilarutkan dalam 150 ml akuades, pH diatur sampai 10.5 dengan NaOH 5% sambil diaduk dengan kuat. Selanjutnya ditambah dengan POCl3 0.2% dari berat tepung, diinkubasi pada environmental orbital shaker (T = 40oC, kecepatan putaran 200 rpm, selama 2 jam), kemudian pH-nya diatur sampai 5.5 menggunakan HCl dan disaring dengan penyaring vakum. Endapan pati yang diperoleh dicuci dengan air 150 ml sebanyak 5 kali. Selanjutnya pati dikeringkan dalam oven vakum (50oC, 24 jam), digiling dan diayak.
4. Uji Prebiotik Secara In Vitro
a. Persiapan kultur BAL (Fardiaz, 1989)
BAL dibuka dari ampul dan disegarkan ke dalam 10 ml MRSB. MRSB tersebut kemudian dimasukkan ke dalam inkubator 370C selama 48 jam. Setelah 48 jam, BAL tersebut kembali disegarkan dengan mengambil 1 ml dari tabung MRSB lama ke tabung berisi MRSB baru. MRSB itu kemudian diinkubasi kembali selama 48 jam pada suhu 370C.
Metode ini dilakukan untuk setiap BAL (Lactobacillus
casei subsp. rhamnosus,
Lactobacillus plantarum, dan
Bifidobacterium bifidum) yang
digunakan. Bifidobacterium
bifidum penanganannya sedikit
berbeda karena bakteri ini hidup secara anaerobik (tanpa udara), maka inkubasi dilakukan dalam Anoxomat anaerobic jar. b. Uji viabilitas BAL
i) Persiapan Jumlah BAL
1 ml BAL dipindahkan ke dalam MRSB kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Kemudian 1 ml BAL yang berumur 1 hari tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam larutan pengencer NaCl 0.85% 9 ml dan divorteks untuk memperoleh pengen-ceran 10-1. Selanjutnya dibuat pengenceran desimal sampai 10-7 dengan cara yang sama. Pemupukan dilakukan secara duplo pada pengenceran 10-5-10-8 de-ngan menggunakan media MRSA dalam cawan petri. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dalam posisi terbalik. Perhitungan koloni di-lakukan setelah 48 jam berdasarkan metode ISO dan dinyatakan dalam CFU/ml.
N = ____∑ c____ (n1 + 0.1 n2) x d
(42)
N: Jumlah mikroba (CFU/ml)
∑c: Jumlah koloni dari semua cawan (25-250 koloni)
n1: Jumlah cawan pada pengenceran perta-ma (25-250 koloni)
n2: Jumlah cawan pada pengenceran kedua (25-250 koloni)
d: Tingkat pengenceran terendah
ii) Penumbuhan BAL dalam media RS
Disiapkan RS steril, air steril @50 ml/sampel dan MRSB tanpa dekstrosa (MRSB modifikasi) steril @50ml/sampel. Sebanyak 2.5 ml BAL yang berumur 1 hari dipipet dan dimasukkan ke dalam campuran larutan 50 ml MRSB modifikasi + 2.5% RS dan larutan 50 ml air steril + 2.5% RS. Larutan ini kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Setelah inkubasi 24 jam, 1 ml larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam larutan pengencer NaCl 0.85% 9ml dan divorteks untuk menda-patkan pengenceran 10-1.
Selan-jutnya dibuat pengenceran sampai 10-7 dengan cara yang sama. Pemupukan dilakukan pada pengenceran 10-5-10-8 dengan mengguna-kan media MRSA dalam cawan petri. Cawan pertri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dalam posisi terbalik. Pemupukan dila-kukan duplo setiap pengenceran. Perhitungan koloni dilakukan setelah 48 jam berdasarkan metode ISO dan dinyatakan dalam CFU/ml.
C. Metode Analisis
1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1984) 2. Rendemen
Pengukuran rendemen pati umbi singkong dihitung berdasarkan
perbandingan berat pati yang diperoleh terhadap berat singkong tanpa kulit yang dinyatakan dalam persen (%).
3. Uji Daya Cerna Pati (Muchtadi et al, 1992)
4. Kadar RS (Kim et al., 2003) 5. Derajat Putih
Pengukuran untuk warna RS dan pati alami dilakukan dengan menggunakan alat whiteness meter. Standar yang digunakan adalah MgO/BaSO4. Sebelum digunakan alat dikalibrasi terlebih dahulu, kemudian sampel dimasukkan ke dalam wadah dan diukur derajat putihnya.
6. Densitas Kamba (Khalil, 1999) 7. Densitas Padat (Khalil, 1999)
8. Kadar Amilosa (Metode Juliano, 1971 yang dimodifikasi)
9. Aktivitas Air (aw)
Pengukuran aktivitas air (aw) dilakukan dengan menggunakan alat aw meter ”Shibaura aw meter WA-360”.
10.Uji Kelarutan Dalam Air (Muchtadi dan Sumartha, 1992)
11.Uji Amilograf
Uji amilograf dilakukan dengan menggunakan alat Brabender amilograf.
12.Analisis Kadar Gula Metode Luff Schrool (SNI 01-2892-1992)
13.Analisis Dietary Fiber
14.Analisis Short Chain Fatty Acid Analisis SCFA dilakukan dengan menggunakan HPLC (High
Performance Liquid
Chromatography).
D. Pengolahan Data
Pengaruh jenis media dan jenis RS terhadap pertumbuhan bakteri dapat diketahui dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap (RAL) faktorial. Program yang digunakan yaitu program SPSS (Statistical Package for
Social Sciences), metode ANOVA
(Analysis of Variance) dan uji lanjut
Duncan pada taraf kepercayaan 0.05.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SELEKSI UMBI
Umbi-umbian yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi
(1)
BAL yang ditumbuhkan secara in vitro di media yang mengandung RS tidak mengalami peningkatan jumlah yang signifikan.
Penelitian Kleessen et al. (1997) pemberian ransum mengandung pati kentang terretrogradasi pada tikus dapat menstimulir pertumbuhan berbagai bakteri kolon, khususnya organisme anaerobik fakultatif seperti lactobacilli, streptococci, dan enterobacteria. Pemberian ransum baru memberikan pengaruh signifikan setelah lima hari ransum diberikan, hal ini menunjukkan bahwa diperlukan waktu tertentu untuk adaptasi. Gee et al. (1991) meneliti kemampuan mikroflora pada usus tikus untuk mendegradasi 10% amilosa terretrogradasi yang ditambahkan ke dalam ransum meningkat selama dua minggu periode pemberian ransum. Sedikit modifikasi dalam struktur kimia pati memiliki potensi untuk merubah komposisi mikroflora usus (Kleessen et al., 1997).
Meskipun bahwa komposisi flora usus terbukti dipengaruhi oleh konsumsi RS, namun sulit untuk mengidentifikasi organisme tertentu yang menyebabkan perubahan ini. Sangat mungkin bahwa di dalam usus terdapat bakteri yang dapat mendegradasi RS (Kleessen, 1997). MacFarlane dan Englyst (1986) menunjukkan bahwa bakteri amilolitik yang berasal dari genus Bifidobacterium, Bacteroides, Fusobacterium, dan Butyrivibrio memegang peranan penting dalam fermentasi pati di kolon. Hidrolisis RS oleh organisme-organisme ini dapat mengakibatkan akumulasi hasil metabolisme intermediat seperti maltooligosakarida.
c. Pengaruh Konsentrasi Kultur BAL yang Ditambahkan
Konsentrasi kultur BAL yang ditambahkan pada media s-RS3 dan m-MRSB+s-RS3 adalah 5%. Konsentrasi ini dinilai terlalu
tinggi sehingga menyebabkan pengaruh RS terhadap pertumbuhan BAL tidak terlihat secara nyata. Oleh karena itu, konsentrasi kultur BAL yang ditambahkan ke dalam media diturunkan menjadi 1%. Gambar 6 memperlihatkan viabilitas BAL pada media s-RS3 dan m-MRSB+RS3 dengan penambahan kultur BAL sebesar 5% dan 1%.
Gambar 6. Viabilitas BAL dalam media s-RS3 dan m-MRSB +RS3 dengan konsentrasi kultur 5% dan 1% selama inkubasi 24 jam
Konsentrasi kultur BAL yang ditambahkan ke dalam media m-MRSB+RS tidak berbeda terlalu jauh antara konsentrasi kultur BAL sebesar 5% dan konsentrasi sebesar 1%. Penambahan kultur sebesar 5% menyebabkan pertumbuhan yang lebih tinggi daripada pertumbuhan pada m-MRSB dengan konsentrasi kultur 1%, namun perbedaannya tidak sampai 1 log.
Di media s-RS3, penurunan konsentrasi kultur dari 5% menjadi 1% cukup berpengaruh terhadap viabilitas L. plantarum. Viabilitas L. plantarum di s-RS dengan konsentrasi kultur 5% adalah 1.8x108 CFU/ml dan ketika konsentrasi kultur dalam media diturunkan menjadi 1%, viabilitasnya turun menjadi 7.8x106 CFU/ml, atau menurun sekitar 1.4 log. Hal ini tidak berlaku untuk viabilitas B. bifidum karena meskipun viabilitasnya pada media dengan konsentrasi kultur sebesar 5% 0
2 4 6 8 10
s-RS3 (5%) s-RS3 (1%) m-MRSB+RS3 (5%)
m-MRSB+RS3 (1%)
Jenis Kultur
T
o
ta
l B
A
L (
log
C
F
U
/m
l)
(2)
lebih tinggi daripada media dengan konsentrasi kultur 1%, perbedaannya kurang dari 1 log. Jumlah B. bifidum pada s-RS3 dengan konsentrasi kultur 5% adalah 1.3x107CFU/ml, sedangkan jumlahnya pada s-RS3 dengan konsentrasi kultur 1% adalah 6.8x106 CFU/ml.
C. ANALISIS RS TERPILIH
Jenis RS yang dipilih untuk dianalisis kadar asam lemak rantai pendek dan kandungan serat pangannya adalah s-RS4 yang telah diinokulasi L.plantarum selama 24 jam. Meskipun pertumbuhan BAL di m-MRSB+RS lebih baik daripada pertumbuhannya di s-RS, hasil ini kurang mewakili karena pertumbuhan BAL di m-MRSB+RS kemungkinan disebabkan karena nutrisi yang ada di m-MRSB+RS lebih lengkap daripada nutrisi dalam s-RS. Pertumbuhan BAL didorong oleh adanya sumber N (yeast extract dan protease pepton) dan mineral (natrium asetat, dikalium fosfat, magnesium sulfat, dan mangan sulfat). dalam media m-MRSB. Meskipun tidak berbeda nyata, pertumbuhan BAL di s-RS4 lebih baik daripada di s-RS3. Selain itu, RS 4 juga memiliki karakteristik fisiko kimia yang lebih baik sehingga lebih mudah diaplikasikan dalam proses pengolahan pangan.
1. Analisis Asam Lemak Rantai Pendek (Short Chain Fatty Acid)
Bakteri usus besar manusia menghidrolisis karbohidrat kompleks menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya. Monosakarida ini kemudian dimetabolisme menjadi beberapa produk akhir yang menyediakan energi untuk pertumbuhan bakteri. Hasil metabolisme yang utama adalah asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acid (SCFA), yang terutama terdiri dari asetat, propionat, dan butirat (Cummings dan McFarlane, 1991). Penelitian yang dilakukan Brouns, et al. (2002) menunjukkan bahwa sekitar 50-60 % SCFA yang dihasilkan dari fermentasi in vitro RS2 dan RS3 berupa asam asetat, sekitar 20-30%-nya adalah butirat, sedangkan propionat menyusun sekitar 10-20% dari SCFA yang dihasilkan. Pada orang dewasa dan bayi yang diberi
ASI, SCFA yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari asetat, propionat terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, sedangkan butirat hampir tidak ada. Produk-produk fermentasi lainnya seperti etanol, format, suksinat, dan laktat ditemukan di dalam feses bayi, namun hanya ditemukan dalam jumlah sangat kecil di dalam feses orang dewasa (Wolin, et al., 1998).
Pada penelitian ini, hasil fermentasi L. plantarum terhadap RS yang disuspensikan di air (s-RS) hanya menghasilkan asam asetat (0.04% w/v), sedangkan asam propionat dan butirat tidak terdeteksi di dalam sampel. Menurut Henningsson, et al. (2002), sumber karbohidrat yang digunakan sebagai substrat fermentasi bakteri turut mempengaruhi komposisi SCFA yang dihasilkan. Beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa pati merupakan substrat yang baik untuk menghasilkan asam butirat (De Schrijver, et al., 1999; Morita, et al., 1999). Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Henningsson et al (2002) menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberi ransum pati beramilosa tinggi (high amyloze starch) menghasilkan butirat dengan proporsi paling rendah dibandingkan dengan substrat-substrat lain yang diuji, yaitu gum guar, pektin, dan wheat bran. Perbedaan proporsi SCFA ini bergantung pada metode yang digunakan dalam meneliti pembentukan SCFA, sifat pati (Nordgard, et al., 1995; Annison dan Topping, 1994), dan waktu adaptasi (Le Blay, et al., 1999).
Meskipun jumlahnya relatif kecil, keberadaan asam asetat dalam sampel s-RS4 yang diinokulasi dengan L. plantarum menunjukkan bahwa RS4 singkong dapat dimanfaatkan oleh BAL sebagai substrat fermentasi. Penelitian secara in vivo perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif, karena mikroflora usus manusia terdiri dari berbagai jenis
bakteri. Mikroorganisme memetabolisme substrat yang ada di
(3)
berbagai jalur yang berbeda (McFarlane dan Cummings, 1995), sehingga perbedaan komposisi mikroba mungkin menghasilkan proporsi SCFA yang berbeda pula.
2. Analisis Serat Pangan (Dietary Fiber) Secara kimia, RS bukanlah serat pangan, karena tidak memiliki komponen dinding sel, namun RS memiliki pengaruh fisiologis seperti serat pangan. Dengan demikian, seperti serat pangan, RS juga berperan penting dalam fungsi pencernaan. Masalah pencernaan merupakan hal yang cukup umum terjadi, terutama di negara-negara Barat, di mana konsumsi serat pangannya minimum. Data dari French Research Institute (INRA) yang dikutip oleh De Groote (2006) menyebutkan bahwa konsumsi RS di negara-negara barat, dari tahun 1950 sampai dengan tahun 2000, telah mengalami penurunan dari 7-9 g/hari menjadi 3-7 ghari. Secara medis, asupan RS sebanyak 20 g/hari sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan mencegah gangguan pencernaan.
Dalam metode total serat pangan, RS dianalisis sebagai serat tak larut, namun memiliki keuntungan fisiologis seperti serat larut. RS lambat dicerna, RS 3 bahkan tidak dicerna sama sekali, sehingga dapat menurunkan indeks glisemik. Sifat fisiologis RS meyerupai serat larut yang juga dapat difermentasi, seperti gum guar, yaitu meningkatkan volume feses dan menurunkan pH kolon (Haralampu, 2000). Analisis serat pangan menunjukkan bahwa RS tipe IV dari pati singkong memiliki kadar serat pangan sebesar 8.72%. Dengan adanya kandungan serat pangan, nilai tambah RS4 dapat ditingkatkan karena selain dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fungsional bahan pangan, RS4 juga memiliki pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Singkong memiliki daya cerna dan rendemen masing-masing sebesar 21.20% dan 11.79%. Kadar RS pada pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV dari pati
singkong berturut-turut sebesar 4.33%, 6.52%, dan 4.28%.
Pertumbuhan BAL di media MRSB tanpa dekstrosa (m-MRSB+RS) lebih baik daripada pertumbuhannya di media RS yang disuspensikan dengan air (s-RS). Jumlah BAL di media yang mengandung RS tipe III dan RS tipe IV relatif sama. Pertumbuhan ketiga jenis BAL juga tidak berbeda nyata.
Sifat fisiko kimia RS tipe IV, seperti derajat putih dan aktivitas air, lebih baik daripada RS tipe III dan membuatnya lebih cocok untuk diaplikasikan di produk pangan. RS tipe IV memiliki derajat putih paling tinggi (110.60%), diikuti pati alami (106.80%) dan RS tipe III (74.45%). Aktivitas air dari pati alami, RS tipe III, dan RS tipe IV berturut-turut adalah 0.308, 0.563, dan 0.365. Oleh karena itu, RS tipe IV dari pati singkong dipilih sebagai RS terbaik.
Fermentasi s-RS4 oleh L. plantarum menghasilkan asam lemak rantai pendek, yaitu asam asetat sebanyak 0.04%, sedangkan asam butirat, asam propionatm dan asam format tidak terdeteksi dalam sampel. RS tipe IV memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, yaitu 8.72%. Dengan demikian, RS tipe IV selain berperan dalam memperbaiki sifat fungsional bahan pangan, juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber serat dan prebiotik.
B. SARAN
Hal-hal yang dapat dilakukan berkenaan dengan hasil penelitian ini antara lain:
1. Perlu dilakukan debranching dengan menggunakan enzim pululanase sebelum retrogradasi pati untuk meningkatkan rendemen RS tipe III. 2. Konsentrasi POCl3 yang digunakan
dalam pembuatan RS tipe IV perlu ditingkatkan sampai sekitar 0.4% supaya reaksi pembentukan ikatan silang berlangsung sempurna dan dengan demikian rendemen RS tipe IV yang diperoleh pun lebih tinggi. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai potensi prebiotik RS tipe III dan RS tipe IV secara in vivo. 4. Sampel RS yang akan digunakan
dalam pengujian potensi prebiotik sebaiknya diisolasi terlebih dahulu
(4)
supaya hasil pengujian lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of the Association of OfficialAnalitycal Chemists, 14th ed. AOAC, Inc. Arlington, Virginia. Di dalam: Muchtadi, T. R., Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Annison G. dan D. L. Topping. 1994. Nutritional Role of Resitant Starch: Chemical Structure vs Physiologucal Function. Annu. Rev. Nutr 14: 297-320.
Berry, C.S. 1986. Resistant Starch Formation and Measurement of Starch That Survives Exhaustive Digestion with Amylolitic Enzymes During the Determination of Dietary Fiber. J. Cereal Sci 4: 301-14.
Bird, A.R., I. L. Brown, dan D. L. Topping. 2000. Starches, resistant starches, the gut microflora, and human health. Curr Issues Intest. Microbiol 1(1): 25-37. Horizon Scientific Press, United Kingdom.
Brouns, F., B. Kettlitz, dan E. Arrigoni. 2002. Resistant Starch and ”The Butyrate Revolution”. Trends in Food Science and Technology 13 (2002): 251-261.
Brown, I.L., X. Wang, D. L. Topping, M. J. Playne, dan P. L. Conway. 1998. High amylose maize starch as a versatile prebiotic for use with probiotic bacteria. Food Aust. 50: 602-609.
Cummings, J.H., and Macfarlane, G.T. 1991. The Control and Consequences of Bacterial Fermentation in the Human Colon. J. Appl. Bacteriol. 70: 443-459
Damayanti, N. 2002. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Tepung dan Pati Ganyong (Canna edulis) dari Beberapa Varietas Lokal. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
De Schrijver, R., K. Vanhof, dan J. Vande Giste. 1999.Effect of Enzyme Resistant Starchon Large Bowel Fermentation in Rats and Pigs. Nutr. Res. 19: 927-936.
Dewan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2892-1992. Cara Uji Kadar Gula.
Englyst, H.N., S.M. Kingman, dan J.H. Cummings. 1992. Classification and Measurement of Nutritionally Important Starch Fraction. European Journal of Clinical Nutrition, Vol. 46 pp S33-S50.
Escarpa, A., M.C. Ginzalez, E. Manas, L. Garcia-Diaz, dan F. Suara-Calixto. 1996. Resistant Starch Formation: Standardization of A High Pressure Autoclave Process. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 44th Ed. 924-928.
EURESTA (European Flair Action Concerted on Resistant Starch). Newsletter III. (1992). Department of Human Nutrition. Wageningen Agricultural University.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud, PAU-IPB, Bogor.
Garcia-Alonso, A., A. Jimenez-Escrig, N. Martin-Carron, L. Bravo, dan F. Saura-Calixto. 1999. Assesment of Some Parameters Involved ini The Gelatinization and Retrogradation of Starch. Food Chem 66:181-7.
Gee, J.M., R.M. Faulks., and I.T. Johnson. 1991. Physiological Effects of Retrograded α-Amylase Resistant Starch Cornstarch in Rats. J. Nutr 121:44.
Haralampu, S.G. 2000. Resistant Starch – A Review of The Physical Properties and Biological Impact of RS3.
Carbohydrate Polymers 41 (2000) : 285-292.
Henningsson, A.M., I.M.E. Bjorck, dan E.M.G.L Nyman. 2002.Combinations of Indigestible Carbohydrates Affect
(5)
Short-Chain Fatty Acid Formation in the Hindgut of Rats. J. Nutr 132: 3098-3104.
Juliano, B. O. 1971. A Simplified Assay for Milled Rice Amylose Measurement. Journal of Cereal Science Today. 16: 334-336. Di dalam: Nisviati, A. 2006. Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) Klon Bb00105.10 Sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Kukus Serta Evaluasi Mutu Gizi Dan Indeks Glikemiknya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kahlil. 1999. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel Terhadap Perubahan Perilaku Fisik Bahan Pangan Lokal: Kerapatan Tumpukan, Kerapatan Pemadatan, dan Bobot Jenis. Media Peternakan, Vol 22, No.1:1-11.
Kim S. K., J. E. Kwak, dan W. K. Kim. 2003. A simple Method for Estimation of Enzyme-Resistant Starch Content. Starch/starke 55 (2003) 366-368.
Kleessen, B., G. Stoof, J. Proll, D. Schmeidl, J. Noack, dan M. Blaut. 1997. Feeding Resistant Starch Affects Fecal and Cecal Microflora and Short Chain Fatty Acids in Rats. J. Anim. Sci 75: 2453-2462.
Le Blay, G., C. Michel, H.M. Blottiere, dan C. Cherbut. 1999. Enhancement of Butyrate Production in the Rat Caecocolonic Tract by Long Term Ingestion of Resistant Potato Starch. Br. J. Nutr 82: 419-426.
Lehmann, U., G. Jacobasch, dan D. Schmiedl. 2002. Characterization of Resistant Starch Type III from Banana (Musa Acuminata). Journal of Agricultural and Food Chemistry.
Mariati. 2001. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Pati dan Tepung Garut (Marantha arundinaceae) dari Beberapa Varietas Lokal. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
MacFarlane, G. T. Dan H.N. Englyst 1986. Starch Utilization by The Human Large
Intestinal Microflora. J. Appl.Bacteriol 60: 195.
Morita, T., S. Kasaoka, K. Hase, dan S. Kiriyama. 1999. Psyllium Shifts the Fermentation Site of High-Amylose Cornstrach Toward the Distal Colon and Increases Fecal Butyrate Concentration in Rats. J. Nutr 129: 2081-2087.
Morris, V. J. 1990. Starch Gelation and Retrogradation. Trends in Food Science and Technology. 1:2-6.
Muchtadi, D., N. S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Metoda Kimia Biokimia dan Biologi dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.
Muchtadi, T.R. dan I. G. Sumartha. 1992. Formulasi dan Evaluasi Mutu Makanan Anak Balita dari Bahan Dasar Tepung Singkong dan Pisang. Laporan Penelitian. PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor Sajilata, M.G., R.S. Singhal, dan P.N. Kulkarni. 2006. Resistant Starch – A Review. Comprehensive Reviews on Food Science and Food Safety Vol. 5: 1-17.
Nordgaard, I., P.B. Mortensen, dan A.M. Langkilde. 1995. Small Intestinal
Malabsorptionand Colonic Fermentation of Resistant Starch and
Resistant Peptides to Short Chain Fatty Acids. Nutrition 11: 129-137.
Rutenberg, M. W. dan D. Solarek. 1984. Starch derivatives: production and uses. Di dalam : Whistler, R. L., J. N. BeMiller, dan E. F. Paschall (Eds.). Starch Chemistry and Technology. Academic Press, Inc., Orlando. pp: 312-366.
Sajilata, M.G., R.S. Singhal, dan P.N. Kulkarni. 2006. Resistant Starch – A Review. Comprehensive Reviews on Food Science and Food Safety Vol. 5: 1-17.
Scrabanja, V. dan I. Kreft. 1998. Resistant Starch Formation Following Autoclaving of Buckwheat (Faopyrum esculentum Moench) Groats: An In
(6)
Vitro Study. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Vol. 46 pp.2020-23.
Shamai, K., H. Bianco-Peled, dan E. Shimoni. 2003. Polymorphism of Resistant Starch Type III. Carbohydrate Polymers 54 (2003): 363-369.
Sievert, D. dan Y. Pomeranz. 1989. Enzyme resistant starch I. Characterisation and Evaluation by Enzymatic, Thermoanalytical, Microscopic Methods. Cereal Chem. 66:342-347.
Syarief dan Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Topping, D.L. dan P.M. Clifton. 2001. Short-Chain Fatty Acids and Human Colonic Function: Roles of Resistant Starch and
Nonstarch Polysaccharides. Physiological Reviews. Vol. 81 No.3,
pp. 1031-64.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wolin, M.J., S. Yerry, T.L. Miller, Y. Zhang, dan S. Bank. 1998. Changes in Production Ethanol, Acids, and H2 from
Glucose by the Fecal Flora of a 16 to 158 – d- Old Breast-Fed Infant. J. Nutr 128: 85-90.
Woo, K.S. M.S. Shin, P.A. Seib. 1999. 49 Cross-linked, Type RS (4) Resistant Starch: Preparation and Properties. Seattle, Wash: AACC Annual Meeting; 1999 Oct 31-Nov . Manhattan, Kans: Dept of Grain Science and Industry, Kansas State University.
Wurzburg, O.B. 1989. Modified starches : properties and uses. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida.