3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Selada Air
Selada air termasuk divisi Spermatofita, subdivisi Angiospermae, klas Dicotil. Ordo Archichlamydeae, famili Cruciferae, genus Nasturtium, dan spesies
Nasturtium officinale. Daerah asal selada air adalah wilayah timur Mediterania dan wilayah
berbatasan dengan Asia, dan Ethiopia. Baik forma liar maupun yang telah didomestikasi dapat digunakan untuk sayuran. Rubatzky dan Yamaguchi, 1999.
Selada air adalah tanaman air, berbatang lunak, bercabang dan tumbuh menjalar. Tanaman ini batangnya tegak dengan panjang 10-60 cm dengan
perakaran dari batang yang berdekatan dengan tanah dan batang bagian bawah harus sering terendam air. Daunnya berwarna hijau, berkilau dan berupa daun
majemuk dengan 3-9 anak daun, serta bunga nya berwarna putih dengan diameter 4-6 mm dan jarang dijumpai di daerah tropis. Buah tanaman selada air berbentuk
polong dengan panjang mencapai 13-18 mm dan berisi biji. Tindall, 1983. Selada air merupakan sayuran hijau yang bisa digunakan sebagai sumber
mineral dan vitamin yang cukup baik. Dalam 100 gram berat kering selada air terdapat kandungan zat gizi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air. Zat Gizi
Jumlah Air
93 g Protein
1.7 – 2.0 g Lemak
0.2 – 0.3 g Karbohidrat
3.0 – 4.0 g Serat
0.8 – 1.1 g Kalsium
64 – 182 mg Fosfor
27 – 46 mg Besi
1.1 – 2.5 mg Vitamin A
2421 IU Vitamin B2
0.26 -0.27 mg Vitamin C
45 -50 mg Nilai Energi
70 -118 KJ100 g
Sumber: Prosea, 1994
4 Selada air kurang populer di masyarakat dibandingkan dengan selada,
sehingga masih banyak orang yang tidak mengetahuinya. Kebanyakan orang mengetahui kalau disebutkan nama selada maka yang terbayang adalah lectuce
yang dibudidayakan di areal kering bukan sawah. Adapun selada air adalah sayuran yang dibudidayakan di sawah. Selada dan selada air adalah dua sayuran
yang berbeda baik dari bentuk maupun fisiologi tanamannya.
a selada air b selada
Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada. Tanaman selada air paling cocok ditanam pada ketinggian lebih dari 500 m
dpl di daerah tropika sekitar khatulistiwa Williams et al., 1993. Kondisi tanah yang sesuai untuk budidaya tana man selada air adalah tanah dengan pH berkisar
antara 6.5 - 7.5 Tindall, 1983 Penanaman selada air biasa dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan biji
dan dengan stek. Penanaman dengan biji caranya adalah dengan melakukan pembenihan terlebih dahulu sampai tinggi bibit 6 - 8 cm, baru setelah itu
dipindahkan ke lahan. Penanaman stek, menggunakan tanaman selada air sepanjang 15 – 20 cm dengan jarak tanam pada teras adalah 15 cm x 15 cm.
Tindall, 1983 Tanaman selada air dapat dibudidayakan dalam petak-petak berisi air
bersih dan tanah berbatu, sehingga memungkinkan air merembes. Biasanya di kiri kanan petak dibuat saluran untuk mengurangi tekanan air, menjaga air tetap segar
dengan ketinggian maksimal 5 cm, dan memudahkan pembuangan semua bahan yang tidak diinginkan. Petak-petak tersebut pelu dijaga jangan sampai ada lumut
dan tanaman air lainnya yang tumbuh, karena dapat mengganggu pertumbuhan selada air. Anonim, 2000 dalam Alfa 2003 .
5 Proses pemeliharaan bertujuan untuk menjaga jangan sampai ada lumut
dan tanaman air lainnya yang akan menjadi gulma, yang dilakukan dengan penyiangan. Petani biasanya memberikan pupuk urea setiap kali setelah panen.
Hama yang menyerang tanaman ini berupa kutu kumbang, aphids dan ulat daun. Beberapa hama dihindari dengan pengge nangan, sedangkan cara yang lain adalah
dengan penyemprotan insektisida untuk menanggulangi serangaan hama pemakan daun. Pemberian insektisida sebenarnya tidak ramah lingkungan karena
menyebabkan polusi air dan residu pada hasil panen. Prosea, 1994. Sementara Willams et al. 1993, mengatakan bahwa tanaman ini membutuhkan tanah yang
subur. Pemanenan selada air dapat dilakukan paling cepat 4 -6 minggu setelah
penanaman dengan stek batang, dan dapat terus menerus dilakukan pada setiap bulannya. Pemanenan dilakukan dengan pemotongan pucuk batang selada air
sepanjang antara 10 – 30 cm. Rubatzky dan Yamaguchi, 1999. Hasil panen biasanya adalah 20 tonha untuk setiap kali pemotongan. Prosea, 1994
2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman.