Pertumbuhan Dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium Officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(2)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

Dilahirkan pada 20 Januari 1983 di Brebes Tanggal ujian: 22 Maret 2007

Menyetujui, Bogor, Maret 2007

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian


(3)

Sugeng Priyadi F14101124. Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah. Dibawah bimbingan Nora H. Pandjaitan.

RINGKASAN

Selada air (Nasturtium officinale) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah. Sayuran ini biasa dibudidayakan oleh para petani di sawah yang selalu tergenang karena selada air merupakan tanaman air (hidrofit) yang membutuhkan air irigasi yang menggenang. Tinggi genangan yang biasa digunakan oleh para petani di sana kurang lebih 5 cm..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tinggi genangan air irigasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas selada air (Nasturtium officinale) sehingga dapat diketahui tinggi genangan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan menganalisis kelayakan usahatani selada air. Percobaaan terdiri dari 4 perlakuan yang masing- masing diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm, 3 cm, 1 cm dan tanpa genangan. Adapun perlakuan kontrol pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm karena tinggi genangan tersebut adalah yang biasa digunakan oleh petani.

Penggunaan air dalam masing- masing perlakuan dapat diketahui dengan pengukuran debit yang masuk pada tiap perlakuan di petak pertanaman. Debit yang masuk meningkat seiring dengan pertumbuhan selada air. Dari hasil perhitungan penggunaan air untuk perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm, 1 cm dan 0 cm adalah 545.479 m³/ha, 340.35 m³/ha, 265.039 m³/ha dan 22.507 m³/ha.

Dalam penelitian ini tidak ada pengaruh tinggi genangan terhadap pertumbuhan selada air. Tanaman tumbuh dengan baik kecuali pada perlakuan tanpa genangan. Pada kondisi tanpa genangan selada air mengalami pertumbuhan yang lambat dan kurang berkualitas. Hal ini terlihat dari daun dan batang yang pendek dan ada yang tidak berwarna hijau. Selada air yang layak dipanen adalah yang ditanam dengan perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm dan 1 cm dengan rata-rata produktivitas masing- masing perlakuan tersebut adalah 26,33 kg/12m², 22,33 kg/12m² dan 23,67 kg/12m². Tanaman dengan perlakuan kontrol mempunyai produktivitas paling tinggi diduga karena mempunyai batang tanaman yang lebih besar dan berat masa yang lebih besar. Adapun perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan perlakuan tinggi genangan 3 cm karena pertumbuhan perlakuan tinggi genangan 1 cm lebih baik dengan laju pertambahan tinggi tanaman sebesar 8,21 cm/minggu dan lebih banyak anakannya. Penurunan hasil produksi selada air pada masing- masing perlakuan kalau dibandingkan dengan perlakuan kontrol adalah 15,18 % untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 10,12 % untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm.

Dalam analisis usahatani selada air dapat diketahui bahwa perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm mempunyai kelayakan usaha yang paling baik karena mempunyai nilai perbandingan antara penerimaan dengan total biaya (R/C) sebesar 1,32 yang merupakan nilai R/C tertinggi dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya. Adapun perlakuan-perlakuan kontrol justru tidak layak untuk


(4)

dibudidayakan kerena mempunyai nilai R/C < 1 yaitu 0,91. Perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm dengan produktivitas 19,72 ton/ha hanya membutuhkan harga Rp. 758,-/kg untuk mencapai titik impas. Titik impas perlakuan kontrol dan perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm masing- masing dicapai pada harga Rp. 1.093,-/kg dan Rp. 931,-/kg.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 20 Januari 1983, anak dari pasangan Bapak Dashari dan Ibu Kamisah yang merupakan ke-4 dari empat bersaudara. Pendidikan formal penulis adalah di SDN Kaligiri I Sirampog, Brebes lulus tahun 1995, SLTP Muhammadiyah 01 Sirampog, Brebes lulus tahun 1998 dan SMU Islam Ta’allumul Huda Bumiayu, Brebes lulus tahun 2001. Pada tahun tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Teknik Pertanian. Al-Hamdulillah, pada tahun 2003 penulis mendapat hidayah untuk beragama dengan benar sesuai dengan pemahaman As-Salafus Sholih dan pada tahun 2004 penulis diberi kemudahan untuk belajar agama di Ma’had ‘Ali Al-Irsyad Surabaya dan Ma’had Al-Furqon Al-Islamy Gresik (selama 1 tahun cuti akdemik).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Forum Kajian Islam Mahasiswa (FKIM) Majelis Ta’lim Al-Furqon sejak 2003 sampai 2007. Penulis juga merupakan perintis dan pengajar nahwu-shorof di Bimbingan Belajar Bahasa Arab (B3 A) Bogor.

Penulis melakukan praktek lapangan di Kelompok Tani Kerep Maju Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes dengan judul “Budidaya dan Pemasaran Selada Air (Nasturtium officinale) di Kelompok Tani Kerep Maju Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes Jawa Tengah”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian penulis melakukan penelitian dalam rangka menyusun tugas akhir (skripsi) dengan judul “Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium officinale) pada Berbagai Tinggi Genangan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah” dibawah bimbingan Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA.


(6)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’alla semata, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada orang yang tidak ada lagi setelahnya Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Skripsi ini menyampaikan hasil penelitian mengenai “Pertumbuhan dan Produk tivitas Selada Air (Nasturium officinale) pada Berbagai Tinggi Genangan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Laporan Penelitian ini tersusun atas kerja sama dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir.Nora H. Pandjaitan, DEA selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen

penguji atas kritik dan masukannya.

3. Bapak, Ibu dan keluarga di rumah atas doa dan dukungannya.

4. Dosen dan staf Departemen Teknik Pertanian atas ilmu dan pelayanan yang telah diberikan

5. Teman-teman Ihyaus Sunnah, Al-Furqon dan At-Tauhid, salafiyyun IPB, dan teman-teman TEP baik angkatan 2001, 2002 maupun 2003.

Semoga Allah menjadikan segala bantuannya sebagai amal shaleh dan dapat bermanfaat pada hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak kecuali orang datang membawa hati yang bersih

Bogor, Maret 2007


(7)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Hipotesis ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Selada Air... 3

2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman... 5

2.3. Evapotranspirasi ... 6

2.4. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air ... 7

2.5. Analisis Usahatani... 8

III. RANCANGAN PENELITIAN ... 10

3.1. Waktu dan Tempat ... 10

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Metode Penelitian ... 10

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Budidaya Selada Air ...13

4.2. Pertumbuhan Selada Air ... 15

4.3. Produktivitas Selada Air ... 23

4.4. Analisis Usahatani Selada Air ... 26

V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan... 28

5.2. Saran ...28

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air ... 3 Tabel 2. Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus ... 18 Tabel 3. Tinggi Rata-Rata Selada Air setiap Perlakuan dai 3 MST

sampai 6 MST ... 19 Tabel 4. Penggunaan Air selama satu Musim Tanam untuk

Budidaya Selada Air pada Setiap Perlakuan (m³/ha) ... 22 Tabel 5. Hasil Perhitungan Penurunan Hasil Secara Aktual... 25 Tabel 6. Rata-rata Nilai Air Irigasi (Value of Water) per hektar


(9)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada ... 4

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian ... 11

Gambar 3. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Selada Air ... 13

Gambar 4. Penanaman Selada Air dengan Stek Batang ... 14

Gambar 5. Pemanenan Selada Air dan Pengemasan dalam Karung ... 14

Gambar 6. Kondisi Tanaman Selada Air pada 1 MST ... 15

Gambar 7. Kondisi Tanaman Selada Air pada 2 MST ... 16

Gambar 8. Tanaman saling Merapat dan Kanopinya Mulai Menutupi Seluruh Permukaan Petak Pertanaman ... 17

Gambar 9. Kondisi Fisik Selada Air pada 6 MST ... 17

Gambar 10. Perbandingan Tinggi Rata-Rata Selada Air pada Tiap Perlakuan dari 3 MST sampai 6 MST... 20

Gambar 11. Total Penggunaan Air yang digunakan dalam Satu Musim Tanam (m³/ha) ... 22

Gambar 12. Hasil Produksi Selada Air pada setiap Perlakuan beserta Ulangannya (kg/12 m²) ... 23


(10)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes Jawa Tengah ...33 Lampiran 2. Data-data klimatologi di Stasiun Meteorologi Tegal

selama berlangsungnya Penelitian...34 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Selada Air

(dengan W = 0,75, Ra = 13,10 mm/hari (Juli)

dan 14,00 mm/hari(Agustus) ) ...36 Lampiran 4. Denah Petak Penelitian...38 Lampiran 5. Hasil Analisis Usahatani Selada Air untuk Perlakuan


(11)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(12)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

Dilahirkan pada 20 Januari 1983 di Brebes Tanggal ujian: 22 Maret 2007

Menyetujui, Bogor, Maret 2007

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian


(13)

Sugeng Priyadi F14101124. Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah. Dibawah bimbingan Nora H. Pandjaitan.

RINGKASAN

Selada air (Nasturtium officinale) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah. Sayuran ini biasa dibudidayakan oleh para petani di sawah yang selalu tergenang karena selada air merupakan tanaman air (hidrofit) yang membutuhkan air irigasi yang menggenang. Tinggi genangan yang biasa digunakan oleh para petani di sana kurang lebih 5 cm..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tinggi genangan air irigasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas selada air (Nasturtium officinale) sehingga dapat diketahui tinggi genangan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan menganalisis kelayakan usahatani selada air. Percobaaan terdiri dari 4 perlakuan yang masing- masing diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm, 3 cm, 1 cm dan tanpa genangan. Adapun perlakuan kontrol pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm karena tinggi genangan tersebut adalah yang biasa digunakan oleh petani.

Penggunaan air dalam masing- masing perlakuan dapat diketahui dengan pengukuran debit yang masuk pada tiap perlakuan di petak pertanaman. Debit yang masuk meningkat seiring dengan pertumbuhan selada air. Dari hasil perhitungan penggunaan air untuk perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm, 1 cm dan 0 cm adalah 545.479 m³/ha, 340.35 m³/ha, 265.039 m³/ha dan 22.507 m³/ha.

Dalam penelitian ini tidak ada pengaruh tinggi genangan terhadap pertumbuhan selada air. Tanaman tumbuh dengan baik kecuali pada perlakuan tanpa genangan. Pada kondisi tanpa genangan selada air mengalami pertumbuhan yang lambat dan kurang berkualitas. Hal ini terlihat dari daun dan batang yang pendek dan ada yang tidak berwarna hijau. Selada air yang layak dipanen adalah yang ditanam dengan perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm dan 1 cm dengan rata-rata produktivitas masing- masing perlakuan tersebut adalah 26,33 kg/12m², 22,33 kg/12m² dan 23,67 kg/12m². Tanaman dengan perlakuan kontrol mempunyai produktivitas paling tinggi diduga karena mempunyai batang tanaman yang lebih besar dan berat masa yang lebih besar. Adapun perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan perlakuan tinggi genangan 3 cm karena pertumbuhan perlakuan tinggi genangan 1 cm lebih baik dengan laju pertambahan tinggi tanaman sebesar 8,21 cm/minggu dan lebih banyak anakannya. Penurunan hasil produksi selada air pada masing- masing perlakuan kalau dibandingkan dengan perlakuan kontrol adalah 15,18 % untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 10,12 % untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm.

Dalam analisis usahatani selada air dapat diketahui bahwa perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm mempunyai kelayakan usaha yang paling baik karena mempunyai nilai perbandingan antara penerimaan dengan total biaya (R/C) sebesar 1,32 yang merupakan nilai R/C tertinggi dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya. Adapun perlakuan-perlakuan kontrol justru tidak layak untuk


(14)

dibudidayakan kerena mempunyai nilai R/C < 1 yaitu 0,91. Perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm dengan produktivitas 19,72 ton/ha hanya membutuhkan harga Rp. 758,-/kg untuk mencapai titik impas. Titik impas perlakuan kontrol dan perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm masing- masing dicapai pada harga Rp. 1.093,-/kg dan Rp. 931,-/kg.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 20 Januari 1983, anak dari pasangan Bapak Dashari dan Ibu Kamisah yang merupakan ke-4 dari empat bersaudara. Pendidikan formal penulis adalah di SDN Kaligiri I Sirampog, Brebes lulus tahun 1995, SLTP Muhammadiyah 01 Sirampog, Brebes lulus tahun 1998 dan SMU Islam Ta’allumul Huda Bumiayu, Brebes lulus tahun 2001. Pada tahun tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Teknik Pertanian. Al-Hamdulillah, pada tahun 2003 penulis mendapat hidayah untuk beragama dengan benar sesuai dengan pemahaman As-Salafus Sholih dan pada tahun 2004 penulis diberi kemudahan untuk belajar agama di Ma’had ‘Ali Al-Irsyad Surabaya dan Ma’had Al-Furqon Al-Islamy Gresik (selama 1 tahun cuti akdemik).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Forum Kajian Islam Mahasiswa (FKIM) Majelis Ta’lim Al-Furqon sejak 2003 sampai 2007. Penulis juga merupakan perintis dan pengajar nahwu-shorof di Bimbingan Belajar Bahasa Arab (B3 A) Bogor.

Penulis melakukan praktek lapangan di Kelompok Tani Kerep Maju Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes dengan judul “Budidaya dan Pemasaran Selada Air (Nasturtium officinale) di Kelompok Tani Kerep Maju Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes Jawa Tengah”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian penulis melakukan penelitian dalam rangka menyusun tugas akhir (skripsi) dengan judul “Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium officinale) pada Berbagai Tinggi Genangan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah” dibawah bimbingan Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA.


(16)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’alla semata, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada orang yang tidak ada lagi setelahnya Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Skripsi ini menyampaikan hasil penelitian mengenai “Pertumbuhan dan Produk tivitas Selada Air (Nasturium officinale) pada Berbagai Tinggi Genangan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Laporan Penelitian ini tersusun atas kerja sama dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir.Nora H. Pandjaitan, DEA selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen

penguji atas kritik dan masukannya.

3. Bapak, Ibu dan keluarga di rumah atas doa dan dukungannya.

4. Dosen dan staf Departemen Teknik Pertanian atas ilmu dan pelayanan yang telah diberikan

5. Teman-teman Ihyaus Sunnah, Al-Furqon dan At-Tauhid, salafiyyun IPB, dan teman-teman TEP baik angkatan 2001, 2002 maupun 2003.

Semoga Allah menjadikan segala bantuannya sebagai amal shaleh dan dapat bermanfaat pada hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak kecuali orang datang membawa hati yang bersih

Bogor, Maret 2007


(17)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Hipotesis ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Selada Air... 3

2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman... 5

2.3. Evapotranspirasi ... 6

2.4. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air ... 7

2.5. Analisis Usahatani... 8

III. RANCANGAN PENELITIAN ... 10

3.1. Waktu dan Tempat ... 10

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Metode Penelitian ... 10

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Budidaya Selada Air ...13

4.2. Pertumbuhan Selada Air ... 15

4.3. Produktivitas Selada Air ... 23

4.4. Analisis Usahatani Selada Air ... 26

V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan... 28

5.2. Saran ...28

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(18)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air ... 3 Tabel 2. Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus ... 18 Tabel 3. Tinggi Rata-Rata Selada Air setiap Perlakuan dai 3 MST

sampai 6 MST ... 19 Tabel 4. Penggunaan Air selama satu Musim Tanam untuk

Budidaya Selada Air pada Setiap Perlakuan (m³/ha) ... 22 Tabel 5. Hasil Perhitungan Penurunan Hasil Secara Aktual... 25 Tabel 6. Rata-rata Nilai Air Irigasi (Value of Water) per hektar


(19)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada ... 4

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian ... 11

Gambar 3. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Selada Air ... 13

Gambar 4. Penanaman Selada Air dengan Stek Batang ... 14

Gambar 5. Pemanenan Selada Air dan Pengemasan dalam Karung ... 14

Gambar 6. Kondisi Tanaman Selada Air pada 1 MST ... 15

Gambar 7. Kondisi Tanaman Selada Air pada 2 MST ... 16

Gambar 8. Tanaman saling Merapat dan Kanopinya Mulai Menutupi Seluruh Permukaan Petak Pertanaman ... 17

Gambar 9. Kondisi Fisik Selada Air pada 6 MST ... 17

Gambar 10. Perbandingan Tinggi Rata-Rata Selada Air pada Tiap Perlakuan dari 3 MST sampai 6 MST... 20

Gambar 11. Total Penggunaan Air yang digunakan dalam Satu Musim Tanam (m³/ha) ... 22

Gambar 12. Hasil Produksi Selada Air pada setiap Perlakuan beserta Ulangannya (kg/12 m²) ... 23


(20)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes Jawa Tengah ...33 Lampiran 2. Data-data klimatologi di Stasiun Meteorologi Tegal

selama berlangsungnya Penelitian...34 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Selada Air

(dengan W = 0,75, Ra = 13,10 mm/hari (Juli)

dan 14,00 mm/hari(Agustus) ) ...36 Lampiran 4. Denah Petak Penelitian...38 Lampiran 5. Hasil Analisis Usahatani Selada Air untuk Perlakuan


(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian air yang cukup sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Air merupakan bahan baku bagi proses fotosintesis sehingga tanpa adanya air, proses fotosintesis tidak akan dapat berlangsung. Air juga merupakan bagian terbesar penyusun tubuh tanaman (80 -90 %) sehingga tanpa adanya air dalam tubuh tanaman maka tanaman akan layu (Moenandir, 1994). Air merupakan komponen yang paling dibutuhkan oleh tanaman, di samping unsur hara dan radiasi surya, untuk pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Tersedianya air bagi tanaman ditentukan oleh besarnya curah hujan dan jumlah irigasi yang diberikan. Kapasitas tanah dalam menyimpan air ditentukan oleh sifat fisik, seperti tekstur, struktur dan kapasitas infiltrasi atau porositas tanah (Soepardi, 1983).

Salah satu masalah dalam merencanakan pengembangan irigasi adalah ketersedian sumberdaya air yang terbatas. Walaupun air tampak berlimpah di Indonesia, dengan curah hujan rata-rata 2640 mm setahun, namun ternyata air sudah merupakan komoditas ekonomi yang terbatas. Ketersediaan air bergantung pada musim dan distribusi geografi. Di musim hujan, air hujan turun dengan intensitas yang berlebih sedangkan di musim kemarau sering terjadi kekeringan. Kuantitas air sering tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Di musim hujan sekalipun dapat terjadi kekurangan air karena hujan tidak turun di tempat yang memerlukannya dan pada waktu yang tidak diperlukan. Justru karena itulah, diperlukan irigasi untuk mengatur ketersediaan air bagi tanaman di tempat dan pada waktu yang diperlukan (Notodihardjo, 1992 dalam Pasandaran 1992).

Mengingat ketersedian air irigasi juga karena efisiensi yang relatif masih rendah, maka pemanfaatan air irigasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan budidaya tanaman perlu ditingkatkan efisiensinya. Efisiensi irigasi adalah suatu usaha pemakaian air untuk irigasi yang benar-benar sesuai bagi keperluan budidaya tanaman dengan jumlah air yang dialirkan sampai ke tanaman dapat mencukupi, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik (Kartasapoetra et.al, 1994).


(22)

2 Dalam pertanian dikenal dry farming (pertanian lahan kering) dan wet farming (pertanian lahan basah). Dry farming adalah kegiatan budidaya tanaman yang diusahakan di lahan pertanaman kering sedangkan wet farming adalah kegiatan budidaya tanaman di lahan pertana man basah yang banyak membutuhkan air irigasi (Kartasapoetra et.al, 1994).

Selada air merupakan sayuran hijau yang biasa ditanam di daerah pegunungan. Sayuran ini biasa dimanfaatkan sebagai sayuran, tetapi bisa juga digunakan sebagai minuman pendingin perut seperti di Singapura. Pemasaran umumnya masih terbatas di daerah sekitar daerah sentra produksi, meskipun sudah ada yang mulai mengembangkan pemasarannya ke daerah yang lebih luas, seperti pasar swalayan bahkan di ekspor ke Singapura. Oleh karena itu, sayuran ini cukup baik untuk dikembangkan dilihat dari prospek pemasarannya.

Tanaman selada air biasa dibudidayakan di sawah dengan tinggi genangan kira-kira 5 cm, sedangkan ketersedian air terbatas sehingga semakin sulit dan mahal. Berdasarkan kondisi tersebut dilakukan penelitian mengenai pengaruh tinggi genangan air irigasi pada budidaya tanaman selada air terhadap laju pertumbuhan dan produktivitas selada air. Dari hasil penelitian diharapkan bisa didapatkan alternatif tinggi genangan yang optimal untuk pertumbuhan selada air.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari pengaruh tinggi genangan air irigasi terhadap pertumbuhan dan produk tivitas selada air (Nasturtium officinale).

2. Menentukan tinggi genangan optimal untuk pertumbuhan selada air. 3. Menganalisis kelayakan usahatani selada air.

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tingginya genangan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

selada air.

2. Pemberian air irigasi yang semakin besar tidak selalu efektif bagi pertumbuhan dan produksi selada air.


(23)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Selada Air

Selada air termasuk divisi Spermatofita, subdivisi Angiospermae, klas

Dicotil. Ordo Archichlamydeae, famili Cruciferae, genus Nasturtium, dan spesies

Nasturtium officinale.

Daerah asal selada air adalah wilayah timur Mediterania dan wilayah berbatasan dengan Asia, dan Ethiopia. Baik forma liar maupun yang telah didomestikasi dapat digunakan untuk sayuran. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Selada air adalah tanaman air, berbatang lunak, bercabang dan tumbuh menjalar. Tanaman ini batangnya tegak dengan panjang 10-60 cm dengan perakaran dari batang yang berdekatan dengan tanah dan batang bagian bawah harus sering terendam air. Daunnya berwarna hijau, berkilau dan berupa daun majemuk dengan 3-9 anak daun, serta bunga nya berwarna putih dengan diameter 4-6 mm dan jarang dijumpai di daerah tropis. Buah tanaman selada air berbentuk polong dengan panjang mencapai 13-18 mm dan berisi biji. (Tindall, 1983).

Selada air merupakan sayuran hijau yang bisa digunakan sebagai sumber mineral dan vitamin yang cukup baik. Dalam 100 gram berat kering selada air terdapat kandungan zat gizi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air.

Zat Gizi Jumlah

Air 93 g

Protein 1.7 – 2.0 g

Lemak 0.2 – 0.3 g

Karbohidrat 3.0 – 4.0 g

Serat 0.8 – 1.1 g

Kalsium 64 – 182 mg

Fosfor 27 – 46 mg

Besi 1.1 – 2.5 mg

Vitamin A 2421 IU

Vitamin B2 0.26 -0.27 mg

Vitamin C 45 -50 mg

Nilai Energi 70 -118 KJ/100 g


(24)

4 Selada air kurang populer di masyarakat dibandingkan dengan selada, sehingga masih banyak orang yang tidak mengetahuinya. Kebanyakan orang mengetahui kalau disebutkan nama selada maka yang terbayang adalah lectuce

yang dibudidayakan di areal kering (bukan sawah). Adapun selada air adalah sayuran yang dibudidayakan di sawah. Selada dan selada air adalah dua sayuran yang berbeda baik dari bentuk maupun fisiologi tanamannya.

(a) selada air (b) selada

Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada.

Tanaman selada air paling cocok ditanam pada ketinggian lebih dari 500 m dpl di daerah tropika sekitar khatulistiwa (Williams et al., 1993). Kondisi tanah yang sesuai untuk budidaya tana man selada air adalah tanah dengan pH berkisar antara 6.5 - 7.5 (Tindall, 1983)

Penanaman selada air biasa dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan biji dan dengan stek. Penanaman dengan biji caranya adalah dengan melakukan pembenihan terlebih dahulu sampai tinggi bibit 6 - 8 cm, baru setelah itu dipindahkan ke lahan. Penanaman stek, menggunakan tanaman selada air sepanjang 15 – 20 cm dengan jarak tanam pada teras adalah 15 cm x 15 cm. (Tindall, 1983)

Tanaman selada air dapat dibudidayakan dalam petak-petak berisi air bersih dan tanah berbatu, sehingga memungkinkan air merembes. Biasanya di kiri kanan petak dibuat saluran untuk mengurangi tekanan air, menjaga air tetap segar dengan ketinggian maksimal 5 cm, dan memudahkan pembuangan semua bahan yang tidak diinginkan. Petak-petak tersebut pelu dijaga jangan sampai ada lumut dan tanaman air lainnya yang tumbuh, karena dapat mengganggu pertumbuhan selada air.( Anonim, 2000 dalam Alfa 2003 ).


(25)

5 Proses pemeliharaan bertujuan untuk menjaga jangan sampai ada lumut dan tanaman air lainnya yang akan menjadi gulma, yang dilakukan dengan penyiangan. Petani biasanya memberikan pupuk urea setiap kali setelah panen. Hama yang menyerang tanaman ini berupa kutu kumbang, aphids dan ulat daun. Beberapa hama dihindari dengan pengge nangan, sedangkan cara yang lain adalah dengan penyemprotan insektisida untuk menanggulangi serangaan hama pemakan daun. Pemberian insektisida sebenarnya tidak ramah lingkungan karena menyebabkan polusi air dan residu pada hasil panen. (Prosea, 1994). Sementara Willams et al. (1993), mengatakan bahwa tanaman ini membutuhkan tanah yang subur.

Pemanenan selada air dapat dilakukan paling cepat 4 -6 minggu setelah penanaman dengan stek batang, dan dapat terus menerus dilakukan pada setiap bulannya. Pemanenan dilakukan dengan pemotongan pucuk batang selada air sepanjang antara 10 – 30 cm. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Hasil panen biasanya adalah 20 ton/ha untuk setiap kali pemotongan. (Prosea, 1994)

2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman.

Kandungan air dalam tanaman bervariasi antara 80 - 90 % dari berat segar pada tanaman muda yang tumbuh aktif, sampai hanya 5 % pada biji kering. Pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan ketersedian air, akan tetapi hubungan antara kualitas pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang diperlukan untuk pertumbuhan merupakan suatu hal yang kompleks, karena banyak faktor yang terlibat. Beberapa faktor penting di antaranya adalah: ketersedian air dalam tanah (lengas tanah), iklim, spesies tanaman dan periode tumbuh tanaman.

Pada mus im kemarau atau bila selama 2 minggu tidak ada hujan akan terjadi cekaman air pada banyak tanaman. Masa kekeringan ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen apabila dialami tanaman pada tingkat pertumbuhan. (Sanchez,1992).

Hubungan antara ketersedian air dengan kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman adalah apabila ketersedian air dapat dicukupi maka pertumbuhan dan produksi tanaman akan optimal. Namun sebaliknya apabila


(26)

6 ketersedian air kurang maka akan ada penurunan laju pertumbuhan dan produksi tanaman.

2.3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah total air yang hilang dari lahan melalui proses evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara bersama-sama. Evaporasi dari tanah dapat mencapai 20 – 30 % dari total evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ET antara lain: (1) cuaca yaitu kelembaban udara, suhu, radiasi dan kecepatan angin; (2) jenis tanaman; (3) periode tumbuh tanaman; (4) populasi tanaman; (5) kondisi permukaan dan pengolahan tanah; dan (6) ketersedian air dalam tanah (lengas tanah). (Gardner et al., 1991).

Jika penanaman pada musim hujan dibandingkan dengan penanaman pada musim kemarau, baik evapotranspirasi harian maupun jumlah dalam satu musim, maka ternyata pada musim kemarau transpirasi dan evapotranspirasi lebih tinggi daripada pada musim penghujan (Tomar dan O’Toole dalam Pasandaran dan Taylor, 1984).

Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), besarnya evapotranspirasi tanaman dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).

ETc = Kc x ETo ...(1) dimana:

ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Kc = koefisien tanaman

ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)

Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air irigasi dinyatakan sebagai koefisien tanaman, yang menghubungkan antara evapotranspirasi acuan dengan evapotranspirasi tanaman (Doorenbos dan Pruitt, 1977). Nilai koefisien tanaman (Kc) tergantung pada jenis tanaman dan periode pertumbuhan tanaman.

Evapotranspirasi acuan (ETo) merupakan nilai evapotranspirasi pegangan yang meliputi efek faktor- faktor meteorologis. Besarnya evapotranspirasi acuan dapat dihitung dengan menggunakan metode Radiasi, Penman, Blaney-Criddle dan panci evapotranspirasi (Tomar dan O’Toole dalam Pasandaran dan Taylor, 1984).


(27)

7 Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977) pendugaan evapotranspirasi acuan dengan metode radiasi digunakan bila suhu udara dan penyinaran matahari diketahui, yang dinyatakan dengan Persamaan (2).

ETo = c x ( W x Rs )...(2) dimana:

ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari).

c = faktor koreksi yang tergantung pada kelembaban rata-rata

dan kecepatan angin.

Rs = radiasi matahari (mm/hari)

W = konstanta yang tergantung pada suhu dan ketinggian

tempat.

Doorenbos dan Pruitt (1977) menambahkan nilai Rs dinyatakan dengan Persamaan (3).

Rs = (0.25 + 0.5 n/N ) x Ra ...(3) dimana:

n = jam penyinaran aktual (jam/hari).

N = maksimum jam penyinaran yang memungkinkan (jam/hari).

Ra = radiasi eksternal dalam ekivalen evapotranspirasi (mm/hari)

2.4. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air

Jika ketersediaan air dalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, maka tingkat hasil tanaman akan ditentukan oleh ketersedian hara dan adanya serangan hama penyakit. Bila ketersediaan hara optimum dan tanaman bebas dari serangan hama penyakit, maka tanaman akan memberikan hasil maksimum (Ym) pada kondisi tumbuhnya. Dalam hal ini maka hasil maksimum (Ym) tanaman akan ditentukan oleh potensi genetiknya dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi iklim setempat.

Doorenboss dan Kassam (1979) mengembangkan suatu rumus empiris untuk menyatakan pengaruh defisit air, yang diturunkan dari penurunan hasil relatif (Ya/Ym) dan defisit evapotranspirasi relatif (ETa/ETm) dengan faktor respons hasil (yield respons factor, ky) sebagai berikut:


(28)

8 dimana :

ky = faktor respon hasil.

1 – Ya/Ym = nisbah pengurangan produksi.

1 – ETa/ETm = nisbah pengurangan evapotranspirasi.

2.5.Analisis Usahatani.

Analisis usahatani atau analisis bisnis tanaman komersial adalah suatu pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha tani tersebut. Dari hasil analisis usahatani dapat diambil kebijakan apakah usahatani tersebut layak dilanjutkan atau tidak. (Rahardi et.al.,1999). Sebenarnya banyak analisis yang digunakan dalam analisis ekonomi secara umum, tetapi dalam analisis usahatani selada air ini hanya dilakukan 3 analisis sebagai berikut:

1. Rasio antara Penerimaan (return) dengan Biaya Total (cost) atau Rasio R/C. Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

R/C = Penerimaan / Biaya Total ...(5) Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya usaha tani berada pada titik impas (break event point) sehingga tidak memperoleh keuntungan maupun mengalami kerugian. Adapun bila nilai R/C > 1 maka usahatani tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. (Soekartawi, 2002). 2. Analisis Titik Impas (Break Event Point) atau BEP.

Suatu usaha dikatakan mencapai titik impas, apabila dalam analisis perhitungan laba dan rugi, usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan ataupun menderita kerugian. Atau dapat dikatakan usaha tersebut pada tingkat produksi tertentu, jumlah penerimaannya sama dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan. Di antara kegunaan analisis titik impas adalah dalam pengambilan keputusan mengenai penentuan volume produksi dan harga per unit produksi minimal. (Pramudya dan Dewi, 1992 ).

Menurut Rahardi et. al. (1999) secara sederhana nilai BEP untuk suatu usahatani dapat dirumus kan sebagai berikut:


(29)

9 BEP untuk harga jual = Total Biaya / Volume produksi ...(7) Apabila nilai BEP untuk vo lume produksi lebih kecil dari produksi yang dicapai maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan dan mendapatkan keuntungan. Begitu juga apabila nilai BEP untuk harga jual lebih kecil dari harga di pasar maka usahatani tersebut menguntungkan dan layak diusahakan.


(30)

10

III. RANCANGAN PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes ( Lampiran 1 ). Areal yang digunakan untuk penelitian adalah lahan sawah milik petani dengan luas 144 m² yang berada pada ketinggian 950 m dpl. Penelitian di lapangan dilakukan dari bulan Juli sampai September 2006.

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan meliputi: cangkul dan sabit untuk pengolahan lahan; penggaris untuk pengukuran tinggi tanaman; stopwatch dan gelas ukur untuk pengukuran debit air; dan sprayer untuk penyemprotan pupuk daun dan pestisida; karung, pisau dan timbangan untuk pemanenan.

2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan berupa stek batang bibit selada air sepanjang 20 cm yang ditanam sebanyak 5 batang per lubang dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dalam satu kilogram selada air biasanya terdapat kurang lebih 300 stek batang maka dibutuhkan bibit sebanyak 3 kg/12m² atau 2.500 kg/ha.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian terdiri atas 4 perlakuan dengan tinggi genangan yang berbeda-beda dengan 3 ulangan untuk masing- masing perlakuan. Penelitian ini menggunakan perlakuan dan ulangan diacak secara acak tanpa pengelompokan dan faktor yang mempengaruhi perlakuan hanya ada satu yaitu tinggi genangan air irigasi. Denah petak percobaan ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Tinggi genangan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Tinggi genangan air irigasi 5 cm sebagaimana yang dilakukan oleh

kebanyakan para petani di Desa Kaligiri sekaligus sebagai kontrol (P1). 2. Tinggi genangan irigasi 3 cm (P2).


(31)

11

4. Tinggi genangan 0 cm (tanpa genangan) caranya dengan menjaga

kelembaban tanah dengan pemberian air 2 kali sehari setengah jam pada pagi hari dan setengah jam pada sore hari (P4).

Bagan alir penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

Tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali sehingga akan terdapat 12 satuan percobaan sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengolahan Lahan dan Penyiapan Bibit :

§ Pembuatan petak-petak penelitian

§ Pembuatan pematang

§ Pembajakan dan pelumpuran lahan

§ Pengadaan stek sepanjang 20 cm untuk 12 petak penelitian

Penanaman Stek Batang :

§ Jarak tanam 20 cm x 20 cm

§ 5 stek batang per lubang

Penggenangan petak setinggi 5 cm, 3 cm, 1 cm dan 0 cm (tanpa genangan)

Pengukuran tinggi tanaman.

§ Pengukuran volume penggunaan air

§ Perawatan tanaman dari gulma dan hama

§ Pemeliharaan dengan pemupukan

Pemanenan dan pengemasan Penimbangan hasil panen

Selesai

tanaman yang mempunyai tingggi > 35 cm dan kondisi batang dan daunnya hijau

§ Layak untuk dipanen

Analisis pertumbuhan dan produktivitas selada air Analisis usahatani selada air

Tinggi genangan optimal R/C rasio dan BEP

Kesimpulan Mulai


(32)

12 Masing- masing satuan percobaan berupa petakan sawah seluas 12 m² (3 m x 4 m) sehingga luas total percobaan adalah 144 m².

Kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Pengukuran tinggi tanaman setiap minggunya mulai dari 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST.

2. Penimbangan hasil panen selada air setiap petak penelitian. 3. Pengukuran volume air yang digunakan dalam satu musim tanam. 4. Perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya.

Adapun perhitungan dalam penelitian ini adalah: 1. Pendugaan Nilai Evapotranspirasi Selada Air.

Evapotranspirasi selada air dihitung dengan cara menghitung evapotranspirasi acuan (ETo) dengan Metode Radiasi sebagaimana Persamaan (2) dan (3). Setelah diketahui nilai ETo kemudian nilainya dikalikan dengan nilai koefesien tanaman (Kc) sehingga didapatkan nilai evapotranspirasi aktual (ETa) selada air dengan menggunakan Persamaan (1).

2. Penentuan Efektivitas Pemberian Air

Untuk menentukan efektivitas pemberian air dilihat dari hasil produksi dan dengan menggunakan Persamaan (4). Adapun secara aktual penurunan hasil menggunakan nisbah pengurangan hasil.

3. Perhitungan Total Volume Penggunaan Air Irigasi.

Ditentukan dengan menghitung penggunaan air irigasi pada setiap perlakuan selama satu musim tanam mulai dari pengolahan lahan sampai pemanenan.

4. Penentuan Kelayakan Usaha

Analisis usahatani dilakukan dengan menghitung total biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada tiap perlakuan. Dengan melakukan analisis usahatani, dapat diketahui kelayakan usaha dari perlakuan-perlakuan tersebut. Untuk mengetahui kelayakan usaha dilakukan analisis rasio R/C dengan menggunakan Persamaan (5) dan analisis titik impas dengan Persamaan (6) dan (7).


(33)

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada lahan sawah dengan ketinggian 950 m dpl di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes (Lampiran 1), mulai bulan Juli 2006 sampai September 2006. Kegiatan yang dilakukan selain kegiatan budidaya selada air, dilakukan juga kegiatan pengamatan dan pengukuran terhadap peubah-peubah yang akan dilakukan penelitian seperti tinggi tanaman, debit dan volume air yang diberikan, produktivitas dan perhitungan biaya.

4.1. Budidaya Selada Air. 4.1.1. Pengolahan Lahan.

Pengolahan lahan untuk budidaya selada air sama dengan pengolahan lahan untuk tanaman padi karena sama-sama dibudidayakan pada lahan persawahan. Pengolahan lahan tersebut meliputi pembuatan pematang, pembajakan dan pelumpuran (Gambar 3). Pematang dibuat dengan lebar antara 20 – 40 cm untuk menahan air agar menggenang di petak pertanaman.

(a) pembuatan pematang (b) pelumpuran

(c) lahan yang telah selesai diolah dan siap untuk ditanami. Gambar 3. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Selada Air.


(34)

14

4.1.2. Penanaman.

Penanaman selada air dilakukan dengan menggunakan stek batang sepanjang 20 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dalam satu lubang tanam ditanam sebanyak 5 stek batang. Proses penanaman selada air dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penanaman Selada Air dengan Stek Batang.

4.1.3. Pemeliharaan.

Pemeliharaan pada budidaya selada air meliputi pengendalian hama dan gulma dan pemberian pupuk. Hama yang ada berupa ulat daun dan aphids

dikendalikan dengan penyemprotan pestisida sedangkan gulma yang ada berupa rumput polong-polongan, rumput gewor, lumut dan semanggi. Pengendalian gulma dilakukan dengan penyiangan. Pupuk yang diberikan berupa pupuk daun yang disemprotkan menggunakan sprayer.

4.1.4. Pemanenan.

Pada umur 40 hari tanaman selada air sudah siap untuk dipanen karena sudah mempunyai tinggi rata-rata lebih dari 35 cm dan kondisi fisik tanaman berupa batang dan daunnya berwarna hijau dan segar.

(a) pemanenan pada perlakuan P2 (b) pengemasan


(35)

15 Pemanenan dilakukan dengan cara dipotong pucuk batang tanaman sepanjang 20 – 25 cm. Kemudian dikemas menggunakan karung dan direndam agar tetap segar untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. (Gambar 5).

4.2. Pertumbuhan Selada Air 4.2.1. Kondisi Tanaman.

Selada air yang ditanam dalam penelitian ini adalah stek batang tanpa akar sepanjang 20 cm, satu lubang tanam sebanyak lima batang dan ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Perlakuan yang ada adalah dengan pemberian irigasi dengan tinggi genangan 5 cm sebagai kontrol, 3 cm, 1 cm dan tanpa genangan (0 cm). Secara umum kondisi tanaman di lahan percobaan mengalami pertumbuhan dan produksi yang cukup baik kecuali untuk perlakuan tanpa genangan.

(a). Tanpa genangan (b). Genangan 1 cm

(c). Genangan 3 cm (d). Genangan 5 cm

Gambar 6. Kondisi Tanaman Selada Air pada 1 minggu setelah tanam (MST). Pada 1 Minggu Setelah Tanam (MST), stek batang selada air yang ditanam mulai tumbuh akarnya yaitu mulai hari ke-5 setelah tanam. Belum ada perbedaan pertumbuhan antar petak maupun antar perlakuan sebagaimana terlihat pada Gambar 6.


(36)

16 Kemudian pada 2 MST, tanaman selada air pada tiap petak sudah mulai menunjukkan pertumbuhan dengan mulai munculnya anakan. Pada 2 MST tersebut, tanaman selada air yang paling banyak menghasilkan jumlah anakan adalah pada perlakuan tinggi genangan 1 cm. Pada perlakuan kontrol justru mempunyai anakan yang paling sedikit karena genangan yang terlalu dalam dan terdapat beberapa tanaman yang busuk. Pada petak perlakuan tinggi genangan 0 cm permukaan lahan banyak ditumbuhi lumut dan gulma. Pada petak perlakuan genangan 3 cm tanaman tumbuh dengan cukup baik. Secara umum keadaan tanaman pada minggu ke dua dapat dilihat pada Gambar 7.

(a). Genangan 0 cm (b). Genangan 1 cm

(c). Genangan 3 cm (d). Genangan 5 cm

Gambar 7. Kondisi Tanaman Selada Air pada 2 MST.

Pada 3 MST mulai dilakukan pengukuran tinggi tanaman setiap minggu sampai 6 MST. Pada 4 MST tanaman selada air telah saling merapat dengan kanopi tanaman telah menutupi petak pertanaman sebagaimana terlihat pada Gambar 8. Perlakuan tinggi genangan 3 cm merupakan perlakuan yang kanopi tanamannya menutupi petak pertanaman karena mempunyai pertumbuhan yang paling baik. Kemudian perlakuan tinggi genangan 1 cm dan kontrol juga pada 4 MST kanopi tanamannya telah menutupi permukaan petak pertanaman. Adapun


(37)

17 perlakuan tinggi genangan 0 cm kanopi tanamannya belum menutupi permukaan petak pertanaman bahkan sampai 6 MST pun kanopi tanamannya belum menutupi permukaan petak pertanamannya (Gambar 8).

(a). Genangan 3 cm (b). Genangan 5 cm

Gambar 8. Tanaman saling Merapat dan Kanopinya Mulai Menutupi Seluruh Permukaan Petak Pertanaman.

Akhirnya pada 6 MST tinggi rata-rata tanaman telah mencapai lebih dari 35 cm sehingga telah layak dipanen kecuali tanaman pada perlakuan tanpa genangan. Tanaman selada air pada perlakuan tinggi genangan 1 cm, 3 cm dan 5 cm mempunyai kondisi fisik yang baik dengan daun dan batang berwarna hijau dan segar sedangkan pada perlakuan tanpa genangan kondisi fisik tanaman berwarna kekuning-kuningan, daun agak kemerahan dan batang pendek, sebagaimana pada Gambar 9.

(a). Genangan 0 cm (b). Genangan 3 cm

Gambar 9. Kondisi Fisik Selada Air pada 6 MST.

4.2.2. Evapotranspirasi.

Untuk menghitung evapotranspirasi selada air, diperlukan data iklim yang diambil di stasiun meteorologi terdekat dari tempat penelitian yaitu Stasiun Meteorologi Tegal. Data iklim yang diperoleh disajikan pada Lampiran 2. Berdasarkan data iklim dari Stasiun Meteorologi Tegal diperoleh penyinaran


(38)

18 matahari aktual tertinggi sebesar 100 % dan terendah 75 % artinya kondisi penyinaran cukup cerah. Adapun radiasi ektraterestrial (Ra) memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung posisi lintang dan bulan tanam. Nilai radiasi ekstraterestrial pada Bulan Juli 2006 dan bulan Agustus 2006 di Desa Kaligiri adalah 13,10 mm/hari dan 14,00 mm/hari.

Besarnya nilai evapotranspirasi acuan (ETo) diduga dengan

menggunakan Metode Radiasi. Dengan menggunakan Persamaan (2) dan (3) diperoleh nilai ETo tertinggi adalah 7.85 mm/hari sedangkan nilai ETo terendah adalah 4.25 mm/hari . Nilai evapotranspirasi aktual (ETa) kemudian dihitung dengan menggunakan Persamaan (1) dengan data koefesien tanaman (Kc) selada air sebesar 1,05 (fase awal) dan 1,10 (fase pertengahan dan akhir). Nilai Kc selada air diambil dari Tabel 2. Nilai Kc selada air diambil dari Kc sayuran pendek. Pemilihan nilai Kc sayuran pendek ini didasarkan karena selada air merupakan sayuran pendek yang hidup di lahan basah dan berasal dari daerah sub-tropis (Eropa). Adapun penentuan fase pertumbuhan selada air adalah 7 hari pertama adalah fase awal karena tanaman belum tumbuh akar dan belum mempunyai anakan, dan pada hari selanjutnya selada air menunjukkan fase vegetatif ditandai dengan tumbuhnya akar dan munculnya anakan. Sedangkan fase generatif tidak dijumpai karena di daerah tropis tanaman tidak berbunga dan berbuah.

Tabel 2. Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus. Fase Pertumbuhan

Jenis Tanaman Kc Awal Kc

Vegetatif Kc Generatif Tinggi Tanaman Maksimal (cm) Tanaman Lahan Basah (Iklim sub-tropis)

Sayuran Pendek, air tidak beku 1,00 1,10 1,10 30

Semak Rawa, Air Tergenang

Diam 0,60 1,20 1,00 100 – 300

Semak Rawa, Tanah Basah 0,90 1,20 0,70 100-300

Kondisi Khusus Air Terbuka, kedalaman < 2

m, Iklim Tropis 1,05 1,05 0,5

Air Terbuka, kedalaman > 5

m, Iklim Sub-Tropis 0,50 1,25 0,5

*Nilai Kc yang digunakan untuk menentukan nilai evapotranspirasi aktual (ETa) selada air. Sumber: www.fao.org/docrep/X0490E/x0490e0b.htm (8 Maret 2007)


(39)

19 Hasil perhitungan ETa sebagaimana terlihat pada Lampiran 3 yaitu nilai ETa selada air terbesar 8.64 mm/hari dan terendah sebesar 4.46 mm/hari.

Selada air adalah tanaman yang memerlukan kondisi khusus untuk dapat tumbuh dengan baik di antaranya yaitu penggenangan lahan dan air yang bersirkulasi (mengalir) di samping ketersedian air yang cukup untuk menjaga lengas tanah, karena selada air merupakan tanaman air (hidrofit). Pada perlakuan tinggi genangan 0 cm (tanpa genangan) meskipun keberadaan air mencukup i lengas tanah (kondisi kapasitas lapang) namun karena tidak ada genangan yang mengalir maka selada air tidak bisa tumbuh dengan baik.

4.2.3. Pengaruh Tinggi Genangan Terhadap Pertumbuhan Selada Air.

Pengukuran tinggi tanaman selada air dilakukan mulai 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pengukuran pada petak pertanaman dilakukan dengan mengu- kur anakan selada air secara acak dengan jumlah sampel 10 anakan di setiap petak percobaan. Cara pengukuran dilakukan dari pangkal tunas sampai ujung daun tertinggi. Hasil rata-rata tinggi selada air tiap perlakuan pada mulai 3 MST sampai 6 MST tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Tinggi Rata-Rata Selada Air setiap Perlakuan pada 3 MST sampai 6 MST.

Perlakuan Genangan Waktu

P1 (5 cm) P2 (3 cm) P3 (1 cm) P4 (0 cm)

3 MST 9,22 10,43 11,64 9,34

4 MST 18,41 21,08 19,17 12,76

5 MST 28,53 32,80 31,65 14,95

6 MST 39,41 42,49 44,46 16,04

Laju Pertambahan Tinggi

(cm/minggu) 7,55 8,02 8,21 1,68

Pada Tabel 3 dapat dilihat pertambahan tinggi selada air dari mulai 3 MST sampai 6 MST untuk tiap-tiap perlakuan tinggi genangan. Pada tinggi genangan 5 cm yang merupakan tinggi genangan kontrol menunjukkan pertambahan tinggi tanaman yaitu dari 9,22 cm pada 3 MST sampai 39,41 cm pada 6 MST dengan rata-rata pertambahan tinggi 7,55 cm/minggu. Adapun pada perlakuan tinggi genangan 0 cm terlihat pertambahan tinggi tanaman yang lambat yaitu dari tinggi selada air 9,34 cm cm pada 3 MST sampai 16,04 cm pada 6 MST dengan rata-rata pertambahan tinggi tanaman 1,68 cm/minggu. Sedangkan


(40)

20 perlakuan 3 cm dan 1 cm menunjukkan pertambahan tinggi tanaman yang lebih baik dari perlakuan kontrol. Tinggi tanaman berubah dari 10,43 cm pada 3 MST sampai menjadi 42,49 cm pada 6 MST untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan pertambahan tinggi tanaman dari 11,64 cm pada 3 MST sampai menjadi 44,46 cm pada 6 MST untuk perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm. Rata-rata laju pertambahan tinggi tanaman untuk perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm adalah 8,02 cm/minggu sedangkan untuk perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm adalah 8,21 cm/minggu.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

0 1 3 5

Tinggi Genangan (cm)

Tinggi Tanaman (cm)

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Gambar 10. Perbandingan Tinggi Rata-Rata Selada Air pada Tiap Perlakuan dari 3 MST sampai 6 MST.

Perbandingan tinggi rata-rata tanaman selada air antara setiap perlakuan mulai dari 3 MST sampai 6 MST dapat dilihat pada Gambar 10. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa kurva pertumbuhan selada air naik mulai dari perlakuan tanpa genangan sampai pada perlakuan tinggi genangan 1 cm, tetapi kemudian pada tinggi genangan 3 cm kurva mulai menurun hingga tinggi genangan 5 cm. Adapun puncak kurva yang menunjukkan pertumbuhan yang optimal terletak di antara tinggi genangan 1 cm dan 3 cm. Kecenderungan ini terlihat mulai dari 3 MST dan semakin terlihat pada minggu- minggu setelahnya. Oleh karena itu, kecenderungan bentuk kurva tetap dengan puncak berada di antara perlakuan


(41)

21 tinggi genangan 1 cm dan 3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tinggi genangan terhadap pertumbuhan selada air dimana pertumbuhan optimal tetap berada di antara perlakua n tinggi genangan 1 cm dan 3 cm. Perlakuan tanpa genangan dan dengan tinggi genangan 5 cm menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dari perlakuan tinggi genangan 1 cm dan 3 cm.

4.2.4. Penggunaan Air.

Pada percobaan ini diberikan debit yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan tinggi genangan dan umur tanaman. Untuk kegiatan pengolahan lahan diberikan debit air yang sama pada setiap perlakuan. Kemudian pada saat budidaya, debit yang diberikan disesuaikan dengan tinggi ganangannya masing-masing, semakin tinggi genangan maka semakin besar debit air yang diberikan. Semakin bertambah umur tanaman maka debit air yang diberikan juga ditingkatkan karena kebutuhan tanaman terhadap air meningkat disebabkan pertumbuhan tanaman (pertambahan tinggi dan jumlah daun) dan munculnya anakan. Pemberian air ditingkat lagi debitnya terutama setelah kanopi tanaman sudah menutupi permukaan petak pertanaman karena kondisi ini menunjukkan tanaman selada air sudah semakin tinggi dan menunjukkan adanya banyak anakan.

Pengukuran debit masuk pada tiap-tiap perlakuan tinggi genangan dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 0,5 liter dan stopwatch. Pengukuran debit selama tiga kali sehari yaitu pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang dan pukul 17.30 sore. Besarnya debit ini akan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman dan kebutuhan air irigasi pada pertanaman agar tetap menggenang dan mengalir. Dengan memperhatikan pertumbuhan selada air dan kebutuhan air irigasi pada petak pertanaman agar tetap menggenang dan mengalir pada setiap minggunya dihasilkan debit air yang masuk pada tiap perlakuan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.


(42)

22 Tabel 4. Penggunaan Air selama satu Musim Tanam untuk Budidaya Selada Air

pada Setiap Perlakuan (m³/ha).

Volume Air Pada setiap Perlakuan Kegiatan

Lama Kegiatan

(hari) P1 P2 P3 P4*

Pembuatan pematang 2 7.200 7.200 7.200 7.200

Pembanjakan dan

pelumpuran 3 3.607 3.607 3.607 3.607

Budidaya pada 1 MST 7 84.168 41.832 25.200 2.100

Budidaya pada 2 MST 7 84.168 41.832 31.752 2.100

Budidaya pada 3 MST 7 84.168 50.400 35.784 2.100

Budidaya pada 4 MST 7 84.168 63.000 50.400 2.100

Budidaya pada 5 MST 7 126.000 84.168 63.000 2.100

Budidaya pada 6 MST 4 72.000 48.096 48.096 1.200

Total 545.479 340.135 265.039 22.507

* Pemberian air hanya 2 kali sehari, masing-masing selama ½ jam.

Setelah dilakukan perhitungan volume, maka akan diketahui kebutuhan air selama satu musim tanam, dari mulai pengolahan lahan sampai pemanenan. Volume total penggunanaan air pada tiap perlakuan selama satu musim tanam mulai dari pengolahan lahan sampai pemanenan terlihat pada Gambar 11.

545.479 340.135 265.039 22.507 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000

P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Penggunaan Air (m3/ha)

Gambar 11. Total Penggunaan Air yang digunakan dalam Satu Musim Tanam (m³/ha).

Perlakuan dengan tinggi genangan 5 cm mempunya i volume penggunaan air terbesar yaitu sebanyak 545.479 m³/ha, disusul oleh pelakuan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm dengan total penggunaan air sebanyak 340.135 m³/ha dan 265.039


(43)

23 m³/ha. Pada perlakuan tanpa genangan hanya diperlukan air sebanyak 22.507 m³/ha. Penggunaan air pada perlakuan tanpa genangan memang sangat kecil namun selada air tidak bisa dipanen. Pada perlakuan dengan genangan 3 cm dan 1 cm penggunaan air lebih kecil dibandingkan perlakuan dengan tinggi genangan 5 cm dan selada air masih tetap dapat dipanen bahkan pertumbuhan kedua perlakuan tersebut lebih baik dari perlakuan tinggi genangan 5 cm.

4.3. Produktivitas Selada Air

4.3.1. Pengaruh Tinggi Gerangan Terhadap Produktivitas Selada Air.

Selada air telah layak dipanen apabila tanaman telah mempunyai tanaman tinggi tanaman rata-rata 35 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara pemotongan tanaman bagian atas sepanjang 20 – 25 cm. Pada umur 40 hari (6 MST) tanaman selada air perlakuan kontrol tinggi rata-rata tanaman telah mencapai 39,41 cm sehingga penelitian dihentikan. Perlakuan lain yang juga telah layak untuk dipanen adalah perlakuan tinggi genangan 1 cm dan 3 cm karena mempunyai tinggi rata-rata tanaman di atas 35 cm. Hasil panen dapat dilihat pada Gambar 12, hasil panen tertinggi terdapat pada petak dengan dengan perlakuan kontrol sebesar 30 kg/12m² sedangkan hasil panen terendah pada petak dengan perlakuan tinggi genangan 3 cm sebesart 21 kg/12m². Adapun hasil panen rata-rata untuk perlakua n kontrol, tinggi genangan 3 cm dan 1 cm adalah 26.33 kg/12m², 22,33 kg/12m² dan 23,67 kg/12m².

27

30

22

24

21

22

23

24

24

0

10

20

30

40

Ke-1

Ke-2

Ke-3

Ulangan

Produktivitas (kg/12m2)

P1

P2

P3

Gambar 12. Hasil Produksi Selada Air pada setiap Perlakuan beserta Ulangannya (kg/12 m²).


(44)

24 Perlakuan kontrol menunjukkan produktivitas hasil yang paling baik dengan rata-rata hasil panen sebesar 26,33 kg/12m² meskipun laju pertumbuhan dan tinggi rata-rata tanaman lebih rendah dari perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm. Hal ini diduga karena selada air dengan perlakuan tinggi genangan 5 cm mempunyai kandungan air yang tinggi sehingga bobotnya lebih berat.

Dengan memperhatikan pertumbuhan selada air tiap minggunya, penggunaan air dan produktivitas selada air masing- masing perlakuan maka dapat dibuat kombinasi tinggi genanga n pada budidaya selada air agar memperoleh pertumbuhan dan produktivitasnya optimal sekaligus mendapatkan penghematan air. Kombinasi tersebut adalah:

1. Pada 1 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm karena pada perlakuan ini mempunyai pertumbuhan akar yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 6).

2. Pada 2 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm karena pada perlakuan ini mempunyai jumlah anakan yang paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 7).

3. Pada 3 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm karena pada perlakuan ini diperoleh pertumbuhan yang paling baik (Tabel 3).

4. Pada 4 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 3 cm karena perlakuan ini mempunyai pertumbuhan yang paling baik dibandingkan perlakuan kontrol. Perlakuan tinggi genangan 3 cm pada 4 MST merupakan perlakuan yang kanopi tanamannya paling cepat menutupi permukaan lahan (Gambar 8).

5. Pada 5 MST dan 6 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 5 cm

karena perlakuan ini mempunyai produktivitas tertinggi. Pemberian air irigasi dengan tinggi genangan 5 cm pada 5 MST dan 6 MST bertujuan meningkatkan berat tanaman dengan membesarnya ukuran dan batang sekaligus agar tanaman mempunyai kadar air cukup tinggi.


(45)

25

4.3.2. Respons Tanaman Selada Air terhadap Air.

Walaupun selang dari kondisi air dalam tanah yang optimum bagi pertumbuhan tanaman belum sepenuhnya diketahui, akan tetapi diketahui bahwa pertumbuhan tanaman pada umumnya akan mengalamai hambatan apabila kondisi air dalam keadaan kekurangan maupun kelebihan. Hambatan oleh kondisi air ini biasa disebut sebagai cekaman air. Cekaman air ada yang disebabkan oleh karena kelebihan air atau kekurangan air. Apabila tanaman mengalami cekaman kekurangan air, diperlukan tambahan air melalui irigasi, sedangkan bila tanman mengalami cekaman kelebihan air , diperlukan tindakan drainase.

Secara aktual penurunan hasil selada air dihitung berdasarkan nisbah pengurangan hasil pada Persamaan (4). Diketahui produktivitas selada air maksimum per hektar adalah pada perlakuan kontrol yaitu 26.33 kg/12m², 22,33 kg/12m² dan 23,67 kg/12m². (Ym) sedangkan produkivitas aktual (Ya) adalah hasil rata-rata tiap perlakuan. Hasil perhitunga nnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan Penuruna n Hasil Secara Aktual.

Perlakuan Produktivitas aktual (Ya) (kg/12m² ) Produkivitas Maksimum (Ym) (kg/12m² )

Penurunan hasil secara aktual

Genangan 5 cm 26,33 26,33 0 0 %

Genangan 3 cm 22,33 26,33 0,1518 15,18 %

Genangan 1 cm 23,67 26,33 0,1012 10,12 %

Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm mengalami penurunan hasil aktual sebesar 15,18 % sedangkan perlakuan tinggi genangan 1 cm mengalami penurunan hasil aktual sebesar 10,12 %. Jadi apabila mengganti budidaya selada air dengan tinggi genangan 5 cm menjadi tinggi genangan 3 cm dan 1 cm maka kemungkinan mengalami penurunan hasil produksi aktual antara 10 – 15 %.

Apabila satuan hasil panen tersebut diubah menjadi ton/ha maka perlakuan tinggi genangan 5 cm, 3 cm dan 1 cm mempunyai produkstivitas masing- masing sebesar 21,94 ton/ha, 18,61 ton/ha dan 19,72 ton/ha. Diketahui bahwa produktivitas normal selada air adalah 20 ton/ha sehingga perlakuan tinggi genangan 5 cm mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dari produkstivitas normal selada air. Hal ini menunjukkan produktivitas selada air pada perlakuan


(46)

26 tinggi genangan 5 cm lebih baik dari produktivitas normal selada air dengan peningkatan produksi sebesar 1,94 ton. Adapun perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm mempunyai produktivitas yang lebih rendah dari produk tivitas normal selada air, penurunan produksi untuk masing- masing perlakuan tinggi genangan tersebut adalah 1,39 ton dan 0,26 ton.

4.4. Analisis Usahatani Selada Air

Biaya untuk budidaya selada air meliputi: biaya untuk tenaga kerja yaitu pengolahan tanah, penanaman, perawatan dan pemanenan; biaya benih; biaya pupuk dan pestisida; biaya angkut, biaya sewa lahan dan biaya air irigasi. Sedangkan pendapatan diperoleh dari hasil penjualan selada air.

Tabel 6. Rata-rata Nilai Air Irigasi (Value of Water) per hektar dalam Usahatani Padi tahun 2005/2006.

Daerah MT I

(Rp/m³) MT II (Rp/m³) MT III (Rp/m³) Total nilai air (Rp/m³) Total rata-rata nilai air (Rp/m³)

Hulu 38 26 68 132 44

Tengah 28 17 50 95 32*

Hilir 21 12 36 69 23

Sumber : Siwi (2006)

* Tarif air irigasi yang dipilih untuk menghitung biaya air irigasi pada budidaya selada air.

Biaya air diperhitungkan dengan penentuan tarif air irigasi dalam rupiah per meter kubik. Tarif air irigasi yang dipilih adalah tarif air irigasi untuk tanaman padi karena budidaya selada air dibudidayakan di lahan persawahan dengan pemberian air irigasi yang menggenang dan mengalir mirip dengan budidaya tanaman padi. Tarif air irigasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Adapun besarnya tarif yang digunakan dalam perhitungan karena letak sawah berada ditengah-tengah saluran irigasi dengan nilai rata-rata air irigasi yaitu Rp 32/m³.

Dengan tarif tersebut dapat diketahui besarnya biaya penggunaan air pada perlakuan kontrol sebesar Rp. 17.455.328,- atau 79,56 % dari total biaya. Pada perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm diperlukan sebesar Rp. 10.884.320,- atau 58,49 %, sedangkan pada perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm diperlukan biaya sebesar Rp. 8.481.248,- atau 43,01 % dari total biaya sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 5.


(47)

27 Adapun analisis usahatani yang akan dilakukan adalah analisis R/C rasio dan analisis titik impas (BEP).

4.4.1. Rasio antara Penerimaan dengan Biaya Total (R/C rasio).

Dengan menggunakan Persamaan (5) diperoleh nilai rasio R/C untuk perlakuan kontrol sebesar 0,91 sedangkan nilai rasio R/C untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm adalah sebesar 1,07 dan 1,32. Nilai R/C dapat dilihat pada Lampiran 5.

Secara teoritis perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm menguntungkan dan layak digunakan dalam budidaya selada air karena nilai R/C > 1 sebaliknya perlakuan kontrol justru mengalami kerugian dan tidak layak. Perlakuan tinggi genangan 1 cm mempunyai nilai rasio R/C yang paling besar artinya perlakuan tinggi genangan 1 cm paling menguntungkan untuk usaha budidaya selada air jika dibandingkan dengan perlakuan tinggi genangan 3 cm. Produktivitas selada air pada perlakuan kontrol mempunyai nilai yang paling tinggi, tetapi biaya air irigasi pada perlakuan kontrol juga paling tinggi yaitu mencapai Rp. 17.455.328,- atau 79,56 % dari biaya total, sedangkan untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm biaya air hanya sebesar Rp. 8.481.248,- atau 43,01 % dari total biaya.

4.4.2. Analisis Titik Impas (BEP).

Produk tivitas minimal agar usaha budidaya selada air mencapai titik impas dengan harga selada air Rp. 1000,- /kg (menggunakan Persamaan (6)) adalah sebanyak 23.982 kg/ha untuk perlakuan kontrol, 17.333 kg/ha untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 14.556 kg/ha untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm. Adapun harga minimal agar usaha budidaya selada air mencapai titik impas (menggunakan Persamaan (7)) adalah Rp. 1.093,-/kg untuk perlakuan kontrol, sedangkan untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm masing-masing adalah Rp. 931,-/kg dan Rp. 758,-/kg.

Dari hasil ke dua analisis usahatani tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan tinggi genangan 1 cm mempunyai kelayakan usaha yang paling baik (nilai R/C paling besar) dan titik impas yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena perlakuan tinggi genangan 1 cm menggunakan air yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan tinggi genangan 5 cm dan 3 cm.


(48)

28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pertumbuhan dan produktivitas selada air tidak dipengaruhi oleh tinggi genangan.

2. Tinggi genangan optimal untuk pertumbuhan selada air adalah antara 1 cm sampai 3 cm.

3. Perlakuan tinggi genangan 1 cm dan 3 cm layak untuk dibudidayakan sedang perlakuan tinggi genangan 5 cm tidak layak karena rasio penerimaan dengan total biaya lebih kecil dari 1.

4. Tanaman selada air yang diberi genangan 1 cm menunjukkan laju

pertumbuhan yang tertinggi.

5. Tanaman selada air yang diberi genangan 5 cm menunjukkan produktivitas yang tertinggi.

6. Total volume air yang digunakan pada tinggi genangan 5 cm, 3 cm dan 1 cm masing- masing sebanyak 545.479 m³/ha, 340.135 m³/ha dan 265.036 m³/ha. 7. Secara aktual pengurangan hasil produksi untuk perlakuan tinggi genangan 3

cm adalah sebesar 15,18 % sedangkan untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm sebesar 10,12 % dibandingkan dengan produksi pada perlakuan kontrol (tinggi genangan 5 cm).

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan tinggi genangan 2 cm, 4 cm dan 6 cm untuk melihat laju pertumbuhan dan produktivitas selada air.

2. Disarankan agar petani menggunakan tinggi genangan 1 cm sebagai alternatif budidaya selada air untuk penghematan air, karena tanaman tumbuh dengan baik dan produktivitasnya relatif baik serta biaya produksi dapat dikurangi.

3. Apabila jumlah air melimpah maka dilakukan penggenangan maksimal

setinggi 3 cm dan apabila terjadi kelangkaan air maka dilakukan penggenangan minimal setinggi 1 cm, hal ini karena pertumbuhan optimal terjadi pada tinggi genangan antara 1 cm dan 3 cm.


(49)

29 4. Sebaiknya untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal serta penghematan penggunaan air maka petani dapat menggunakan kombinasi dalam pemberian irigasi pada budidaya selada air yaitu pada 1 MST sampai 3 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm, kemudian pada 4 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 3 cm dan pada akhir budidaya (5 MST sampai 6 MST) diberikan irigasi dengan tinggi genangan 5 cm.

5. Selain pengelolaan irigasi di petak pertanaman dengan pemanfaatan air yang lebih efektif dan efisien juga perlu peningkatan efisiensi penyaluran di jaringan irigasi dengan melakukan perbaikan dan perawatan jaringan-jaringan irigasi.

6. Penelitian dilakukan pada musim kemarau dengan curah hujan yang hampir tidak ada selama proses budidaya, maka sebagai perbandingan perlu dilakukan penelitian yang sama pada musim hujan.


(50)

30

DAFTAR PUSTAKA

Alfa, D. F. 2003. Kemampuan Genjer, Kangkung, dan Selada Air untuk

Menurunkan Kosentrasi Logam Timbal (Pb) di Dalam Air. Skripsi. Jurusan Kimia-FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Doorenbos, J. dan A. H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper. Vol. 33. Rome.

Doorenbos, J. dan W. O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop water Requirements. FAO Irrigation and Draina ge Paper. Vol. 24. Rome.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Kartasapoetra, A.G., Mul M. S. dan E. Pollein. 1994. Teknologi Pengairan

Pertanian Irigasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Moenandir, J. 1994. Agronomi. Lembaga Penelitian dan Penerbitan Fakultas Pertanian Unibraw. Malang.

Nilmawaty. 2005. Kajian Efisiensi Irigasi pada Jaringan Irigasi Airtanah dangkal untuk Tanaman Bawang Merah. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian-FATETA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pasandaran, E. 1991. Tinjauan tentang Sistem Irigasi di Indonesia. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta

Pasandaran, E. 1992. Irigasi Di Indonesia: Strategi dan Pengembangan. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta

Pasandaran, E dan D. C. Taylor. 1984. Irigasi Perencanan dan Pengelolaan. PT. Gramedia Jakarta

Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992 . Ekonomi Teknik. JICA-IPB. Bogor.

PROSEA. 1994. Plant Resources of South-East Asia Vol. 8 (Vegetables). Prosea Foundation. Bogor.

Rahardi, F., R. Palungkun dan A. Budiarti. 1999. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid 3. Penerjemah: C. Herison. Penerbit ITB. Bandung.


(51)

31 Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerjemah: J. T.

Jayadinata. Penerbit ITB: Bandung.

Sismiyati, D. 2003. Efektivitas Pemberian Air dengan Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman Melon (Cucumis melo). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian-FATETA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siwi, A. A. 2006. Penentuan Tarif Air Irigasi sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air pada Usahatani Padi sawah di Daerah Irigasi Van Der Wijee, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya-FAPERTA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia-UI Press. Jakarta

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tindall, H. D. 1983. Vegetables In The Tropics. Macmillan Education, Ltd : Hampspire

Williams, C. N., J. O. Uzo dan W. T. H. Peregrine 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Penerjemah: S. Ronoprawito. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

www.fao.org/docrep/X0490E/x0490e0b.htm . Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus. (8 Maret 2007).

www.id.wikipedia.org/Kabupaten_Brebes. Peta Kabupaten Brebes. (8 Maret 2007)


(52)

32


(53)

33 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog,

Kabupaten Brebes.

Skala = 1 : 700.000

Sumber : www.id.wikipedia.org/Kabupaten_Brebes (8 Maret 2007)

Lokasi Penelitian


(54)

34 Lampiran 2. Data Iklim di Stasiun Meteorologi Tegal (21 Juli sampai 29 Agustus

2006).

No Tanggal T (°C) CH (mm) n/N (%) RH (%) U2

(m/dtk)

1 21/07/2006 26.3 0.0 93 76 5

2 22/07/2006 26.7 0.0 50 70 4

3 23/07/2006 26.5 0.0 63 73 3

4 24/07/2006 24.9 0.0 100 76 4

5 25/07/2006 26.4 0.0 81 75 3

6 26/07/2006 26.9 0.0 100 70 5

7 27/07/2006 26.9 0.0 95 76 4

8 28/07/2006 26.9 0.0 87 77 4

9 29/07/2006 27.3 0.0 87 77 4

10 30/07/2006 27.5 0.0 88 70 6

11 31/07/2006 26.8 0.0 100 64 5

12 01/08/2006 26.5 0.0 94 70 4

13 02/08/2006 26.0 0.0 100 73 4

14 03/08/2006 26,0 0.0 100 77 3

15 04/08/2006 26.6 0.0 100 68 4

16 05/08/2006 26.1 0.0 100 73 4

17 06/08/2006 26.4 0.0 100 66 4

18 07/08/2006 25.0 0.0 100 67 4

19 08/08/2006 25.7 0.0 100 63 5

20 09/08/2006 25.3 0.0 100 67 3

21 10/08/2006 26.1 0.0 100 67 3

22 11/08/2006 26.5 0.0 100 63 4

23 12/08/2006 26.3 0.0 100 66 5

24 13/08/2006 25.6 0.0 100 69 5


(55)

35 Lampiran 2. Lanjutan.

No Tanggal T (°C) CH (mm) n/N (%) RH (%) U2

(m/dtk)

26 15/08/2006 26.1 0.0 100 78 5

27 16/08/2006 26.3 0.0 100 71 4

28 17/08/2006 26.4 0.0 100 78 4

29 18/08/2006 27.6 0.0 92 76 5

30 19/08/2006 27.7 0.0 100 73 4

31 20/08/2006 27.5 0.0 75 69 4

32 21/08/2006 26.6 0.0 88 73 5

33 22/08/2006 26.3 0.0 100 72 4

34 23/08/2006 26.2 0.0 100 74 4

35 24/08/2006 26.7 4.5 100 71 5

36 25/08/2006 26.6 0.0 95 71 5

37 26/08/2006 25.3 0.0 100 68 5

38 27/08/2006 25.9 0.0 85 66 4

39 28/08/2006 25.7 0.0 100 69 4


(56)

36 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Selada Air (dengan W = 0,75,

Ra = 13,10 mm/hari (Juli) dan 14,00 mm/hari (Agustus) ). N

o

Tanggal T RH U2 n/N Rs W x Rs Eto Kc Eta

1 21/07/2006 26,3 76 5 0,93 10,10 7,57 6,29 1,05 6,60

2 22/07/2006 26,7 70 4 0,50 6,94 5,21 4,25 1,05 4,46

3 23/07/2006 26,5 73 3 0,63 7,90 5,92 4,71 1,05 4,95

4 24/07/2006 24,9 76 4 1,00 10,61 7,96 6,58 1,05 6,91

5 25/07/2006 26,4 75 3 0,81 9,22 6,91 5,74 1,05 6,03

6 26/07/2006 26,9 70 5 1,00 10,61 7,96 7,25 1,05 7,61

7 27/07/2006 26,9 76 4 0,95 10,24 7,68 6,26 1,05 6,57

8 28/07/2006 26,9 77 4 0,87 9,66 7,24 5,85 1,10 6,14

9 29/07/2006 27,3 77 4 0,87 9,66 7,24 5,85 1,10 6,14

10 30/07/2006 27,5 70 6 0,88 9,73 7,30 6,96 1,10 7,31

11 31/07/2006 26,8 64 5 1,00 10,61 7,96 7,23 1,10 7,59

12 01/08/2006 26,5 70 4 0,94 10,87 8,15 7,43 1,10 7,80

13 02/08/2006 26,0 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,44

14 03/08/2006 26,0 77 3 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,44

15 04/08/2006 26,6 68 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

16 05/08/2006 26,1 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

17 06/08/2006 26,4 66 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

18 07/08/2006 25,0 67 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

19 08/08/2006 25,7 63 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

20 09/08/2006 25,3 67 3 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

21 10/08/2006 26,1 67 3 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

22 11/08/2006 26,5 63 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

23 12/08/2006 26,3 66 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

24 13/08/2006 25,6 69 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

25 14/08/2006 26,1 68 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

26 15/08/2006 26,1 78 5 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

27 16/08/2006 26,3 71 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

28 17/08/2006 26,4 78 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

29 18/08/2006 27,6 76 5 0,92 10,71 8,03 6,62 1,10 7,28

30 19/08/2006 27,7 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

31 20/08/2006 27,5 69 4 0,75 9,38 7,04 6,38 1,10 7,02

32 21/08/2006 26,6 73 5 0,88 10,40 7,80 6,33 1,10 6,96

33 22/08/2006 26,3 72 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

34 23/08/2006 26,2 74 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80


(57)

37 Lampiran 3. Lanjutan.

No Tanggal T RH U2 n/N Rs W x Rs Eto Kc Eta

36 25/08/2006 26,6 71 5 0,95 10,95 8,21 6,69 1,10 7,36

37 26/08/2006 25,3 68 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

38 27/08/2006 25,9 66 4 0,85 10,16 7,62 6,95 1,10 7,65

39 28/08/2006 25,7 69 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64

40 29/08/2006 25,5 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

Keterangan:

T = suhu udara (ºC). RH = kelembaban nisbi (%).

U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/dtk). n/N = rasio jam penyinaran aktual (jam/hari).

Ra = radiasi eksternal dalam ekivalen evapotranspirasi (mm/hari). Rs = radiasi matahari (mm/hari).

W = konstanta yang tergantung pada suhu dan ketinggian. Eto = evapotranspirasi acuan (mm/hari).

Kc = koefesien tanaman.

Eta= evapotranspirasi aktual (mm/hari). .


(58)

38 Lampiran 4. Denah Petak Penelitian

Keterangan :

P1 : perlakuan dengan tinggi genangan 5 cm P2 : perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm P3 : perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm P4 : perlakuan dengan tanpa genangan

P3 P2 P3 P2 P2 P4

P4 P1 P1 P4 P1 P3

Saluran irigasi

saluran drainase

pematang/galengan Pintu masuk air ke petak percobaan

Pintu keluar air dari petak percobaan Sumber

air

Sumber air


(59)

39 Lampiran 5. Hasil Analisis Usahatani Selada Air untuk Perlakuan Kontrol, Perlakuan

Tinggi Genangan 3 cm dan 1 cm (per ha).

Perlakuan Kontrol (Tinggi Genangan 5 cm) Keterangan Jumlah

satuan

Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

% Biaya terhadap Nilai Pendapatan Biaya Pengolahan

Lahan 70 HOK 12.000 840.000 3,83

Biaya Penanaman 5 HOK 12.000 60.000 0,27

Biaya Perawatan 100 HOK 12.000 1.200.000 5,47 Biaya Pemanenan 10 HOK 12.000 120.000 0,55 Biaya Bibit 2.500 kg 1.000 2.500.000 11,39

Pupuk Daun 1 paket 300.000 300.000 1,37

Pestisida 1 paket 400.000 400.000 1,82

Sewa Lahan 2 bulan 300.000 600.000 2,73

Biaya Air Irigasi 545.479 m³ 32 17.455.328 79,56 Biaya angkut (1

karung = 65 kg) 338 karung 1.500 507.000 2,31

Total biaya(C) 23.982.328 109,31

Penerimaan (R) 21.940 kg 1.000 21.940.000

Rasio R/C 0,91

Perlakuan Tinggi Genangan 3 cm

Keterangan Jumlah satuan Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

% Biaya terhadap Nilai Pendapatan Biaya Pengolahan

Lahan 70 HOK 12.000 840.000 4,51

Biaya Penanaman 5 HOK 12.000 60.000 0,32

Biaya Perawatan 100 HOK 12.000 1.200.000 6,45 Biaya Pemanenan 10 HOK 12.000 120.000 0,64 Biaya Bibit 2.500 kg 1.000 2.500.000 13,43

Pupuk Daun 1 paket 300.000 300.000 1,61

Pestisida 1 paket 400.000 400.000 2,5

Sewa Lahan 2 bulan 300.000 600.000 3,22

Biaya angkut ( 1

karung = 65 kg) 286 karung 1.500 429.000 2,31 Biaya air irigasi 340.135 m³ 32 10.884.320 58,49

Total biaya (C) 17.333.320 93,14

Penerimaan (R) 18.610 kg 1.000 18.610.000


(1)

Lampiran 2. Lanjutan.

No Tanggal T (°C) CH (mm) n/N (%) RH (%) U2 (m/dtk)

26 15/08/2006 26.1 0.0 100 78 5

27 16/08/2006 26.3 0.0 100 71 4

28 17/08/2006 26.4 0.0 100 78 4

29 18/08/2006 27.6 0.0 92 76 5

30 19/08/2006 27.7 0.0 100 73 4

31 20/08/2006 27.5 0.0 75 69 4

32 21/08/2006 26.6 0.0 88 73 5

33 22/08/2006 26.3 0.0 100 72 4

34 23/08/2006 26.2 0.0 100 74 4

35 24/08/2006 26.7 4.5 100 71 5

36 25/08/2006 26.6 0.0 95 71 5

37 26/08/2006 25.3 0.0 100 68 5

38 27/08/2006 25.9 0.0 85 66 4

39 28/08/2006 25.7 0.0 100 69 4


(2)

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Selada Air (dengan W = 0,75, Ra = 13,10 mm/hari (Juli) dan 14,00 mm/hari (Agustus) ).

N o

Tanggal T RH U2 n/N Rs W x Rs Eto Kc Eta

1 21/07/2006 26,3 76 5 0,93 10,10 7,57 6,29 1,05 6,60 2 22/07/2006 26,7 70 4 0,50 6,94 5,21 4,25 1,05 4,46 3 23/07/2006 26,5 73 3 0,63 7,90 5,92 4,71 1,05 4,95 4 24/07/2006 24,9 76 4 1,00 10,61 7,96 6,58 1,05 6,91 5 25/07/2006 26,4 75 3 0,81 9,22 6,91 5,74 1,05 6,03 6 26/07/2006 26,9 70 5 1,00 10,61 7,96 7,25 1,05 7,61 7 27/07/2006 26,9 76 4 0,95 10,24 7,68 6,26 1,05 6,57 8 28/07/2006 26,9 77 4 0,87 9,66 7,24 5,85 1,10 6,14 9 29/07/2006 27,3 77 4 0,87 9,66 7,24 5,85 1,10 6,14 10 30/07/2006 27,5 70 6 0,88 9,73 7,30 6,96 1,10 7,31 11 31/07/2006 26,8 64 5 1,00 10,61 7,96 7,23 1,10 7,59 12 01/08/2006 26,5 70 4 0,94 10,87 8,15 7,43 1,10 7,80 13 02/08/2006 26,0 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,44 14 03/08/2006 26,0 77 3 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,44 15 04/08/2006 26,6 68 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 16 05/08/2006 26,1 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80 17 06/08/2006 26,4 66 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 18 07/08/2006 25,0 67 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 19 08/08/2006 25,7 63 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 20 09/08/2006 25,3 67 3 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 21 10/08/2006 26,1 67 3 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 22 11/08/2006 26,5 63 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 23 12/08/2006 26,3 66 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 24 13/08/2006 25,6 69 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 25 14/08/2006 26,1 68 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 26 15/08/2006 26,1 78 5 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80 27 16/08/2006 26,3 71 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80 28 17/08/2006 26,4 78 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80 29 18/08/2006 27,6 76 5 0,92 10,71 8,03 6,62 1,10 7,28


(3)

Lampiran 3. Lanjutan.

No Tanggal T RH U2 n/N Rs W x Rs Eto Kc Eta 36 25/08/2006 26,6 71 5 0,95 10,95 8,21 6,69 1,10 7,36 37 26/08/2006 25,3 68 5 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 38 27/08/2006 25,9 66 4 0,85 10,16 7,62 6,95 1,10 7,65 39 28/08/2006 25,7 69 4 1,00 11,34 8,51 7,85 1,10 8,64 40 29/08/2006 25,5 73 4 1,00 11,34 8,51 7,09 1,10 7,80

Keterangan:

T = suhu udara (ºC). RH = kelembaban nisbi (%).

U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/dtk). n/N = rasio jam penyinaran aktual (jam/hari).

Ra = radiasi eksternal dalam ekivalen evapotranspirasi (mm/hari). Rs = radiasi matahari (mm/hari).

W = konstanta yang tergantung pada suhu dan ketinggian. Eto = evapotranspirasi acuan (mm/hari).

Kc = koefesien tanaman.

Eta= evapotranspirasi aktual (mm/hari). .


(4)

Lampiran 4. Denah Petak Penelitian

P3 P2 P3 P2 P2 P4

P4 P1 P1 P4 P1 P3

Saluran irigasi pematang/galengan Pintu masuk air ke petak percobaan

Sumber air

Sumber air


(5)

Lampiran 5. Hasil Analisis Usahatani Selada Air untuk Perlakuan Kontrol, Perlakuan Tinggi Genangan 3 cm dan 1 cm (per ha).

Perlakuan Kontrol (Tinggi Genangan 5 cm)

Keterangan Jumlah

satuan

Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

% Biaya terhadap Nilai Pendapatan Biaya Pengolahan

Lahan 70 HOK 12.000 840.000 3,83

Biaya Penanaman 5 HOK 12.000 60.000 0,27

Biaya Perawatan 100 HOK 12.000 1.200.000 5,47

Biaya Pemanenan 10 HOK 12.000 120.000 0,55

Biaya Bibit 2.500 kg 1.000 2.500.000 11,39

Pupuk Daun 1 paket 300.000 300.000 1,37

Pestisida 1 paket 400.000 400.000 1,82

Sewa Lahan 2 bulan 300.000 600.000 2,73

Biaya Air Irigasi 545.479 m³ 32 17.455.328 79,56

Biaya angkut (1

karung = 65 kg) 338 karung 1.500 507.000 2,31

Total biaya(C) 23.982.328 109,31

Penerimaan (R) 21.940 kg 1.000 21.940.000

Rasio R/C 0,91

Perlakuan Tinggi Genangan 3 cm

Keterangan Jumlah satuan Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

% Biaya terhadap Nilai Pendapatan Biaya Pengolahan

Lahan 70 HOK 12.000 840.000 4,51

Biaya Penanaman 5 HOK 12.000 60.000 0,32

Biaya Perawatan 100 HOK 12.000 1.200.000 6,45

Biaya Pemanenan 10 HOK 12.000 120.000 0,64

Biaya Bibit 2.500 kg 1.000 2.500.000 13,43

Pupuk Daun 1 paket 300.000 300.000 1,61

Pestisida 1 paket 400.000 400.000 2,5

Sewa Lahan 2 bulan 300.000 600.000 3,22

Biaya angkut ( 1

karung = 65 kg) 286 karung 1.500 429.000 2,31

Biaya air irigasi 340.135 m³ 32 10.884.320 58,49

Total biaya (C) 17.333.320 93,14

Penerimaan (R) 18.610 kg 1.000 18.610.000


(6)

Lampiran 5. Lanjutan

Perlakuan Tinggi Genangan 1 cm

Keterangan Jumlah

satuan

Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

% Biaya terhadap Nilai Pendapatan Biaya Pengolahan

Lahan 70 HOK 12.000 840.000 4,26

Biaya Penanaman 5 HOK 12.000 60.000 0,30

Biaya Perawatan 100 HOK 12.000 1.200.000 6,9

Biaya Pemanenan 10 HOK 12.000 120.000 0,61

Benih 2.500 kg 1.000 2.500.000 12,68

Pupuk Daun 1 paket 300.000 300.000 1,52

Pestisida 1 paket 400.000 400.000 2,03

Sewa Lahan 2 bulan 300.000 600.000 3,04

Biaya Air Irigasi 265.039 m³ 32 8.481.248 43,01

Biaya angkut (1

karung = 65 kg) 303 karung 1.500 454.500 2,30

Total biaya (C) 14.955.748 75,84

Penerimaan (R) 19.720 kg 1.000 19.720.000

R/C rasio 1,32